Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sofyan Djalil ‘Menteri Teh Botol’: Teladan Seorang Pejuang Hidup
13 Juni 2021 19:35 WIB
Tulisan dari Jason Perdhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beliau menduduki kursi menteri di lima kementerian berbeda dalam 17 tahun terakhir. Apa rahasianya?
ADVERTISEMENT
Para pejabat dan aktivis tentu tidak asing lagi dengan nama Sofyan Djalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia periode 2019-2024. Jabatan menteri ini adalah pos menteri kelimanya selama berkiprah dalam dunia politik lebih kurang 20 tahun. Publik mungkin bertanya-tanya mengapa Sofyan Djalil tetap dipercayakan kursi menteri walau hampir selalu menjadi langganan reshuffle. Nama Sofyan Djalil tidak pernah ada dalam top five kategori ‘menteri favorit’ atau ‘menteri terbaik’ menurut berbagai lembaga survei dan jajak pendapat masyarakat. Alasan politis juga sepertinya kurang pas, karena Sofyan Djalil tidak terafiliasi dengan partai politik mana pun. Lalu, apa alasan Presiden SBY dan Presiden Jokowi tetap mempertahankan Sofyan Djalil dalam susunan kabinet mereka?
ADVERTISEMENT
Pengalaman dan Garis Tangan
Seorang pemimpin dapat melakukan perubahan melalui tindakan politis seperti menciptakan koalisi, membentuk tim, memilih orang yang tepat untuk diletakkan pada posisi kunci, membuat simbol perubahan, dan memonitor persoalan (Yukl, 2002). Sofyan Djalil tidak hanya memahami prinsip ini pada ranah teori, tetapi juga menerapkannya dalam setiap pekerjaannya.
Sofyan mencetuskan penerapan sistem lelang radio frekuensi secara transparan dan kompetitif sewaktu ia menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika. Pemindahan jabatan tidak mengurangi ketajaman kualitas kepemimpinannya. Sebagai Menteri Negara BUMN, Sofyan ‘menemukan’ dan mengangkat Ignasius Jonan sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 2009.
Namun, kariernya tidak selalu berjalan mulus. Sempat menepi dari kursi menteri selama satu periode, masa kerjanya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas di bawah pemerintahan Presiden Jokowi dapat dibilang sangat singkat. Pada acara sambutan sertijab Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Sofyan Djalil mengaku kinerjanya kurang maksimal karena memang tidak cocok dengan bidang keahliannya. Namun, Presiden Jokowi tidak putus asa. Sofyan dirotasi ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Alhasil, Sofyan bertahan dalam jabatannya hingga saat ini, kursi menteri dengan durasi terlama sepanjang karier politiknya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Sofyan Djalil wira-wiri lintas periode kepresidenan dan kementerian adalah aset yang amat berharga bagi kabinet mana pun. Namun, ketika ditanya lebih lanjut oleh para wartawan mengenai nasib mujurnya tersebut, ia berkelakar bahwa ‘keberuntungan’ tersebut hanya karena garis tangan.
Hasil Tak Akan Mengkhianati Usaha
Meski kini terkenal dengan reputasi ‘nama wajib’ kabinet, kehidupan Sofyan Djalil bukan tanpa rintangan. Merantau ke Jakarta pada umur 25 tanpa keluarga dan support system, Sofyan sempat menumpang tinggal di masjid. Bekerja apa saja guna menyambung hidup sebelum akhirnya berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sofyan memperoleh gelar sarjana hukum pada usia 31 tahun. Berbekal beasiswa untuk melanjutkan studi, Sofyan meraih dua gelar magister dan satu gelar doktor dari Tufts University, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Bahkan setelah mengalami dan menaklukkan asam garam kehidupan, Sofyan Djalil tetap memilih untuk tampil bersahaja. Baginya, jabatan dan penampilan hanyalah casing, esensinya berada pada pelayanan dan dampak yang diberikan pada sesama. Ada satu pepatah Arab yang menjadi prinsip hidup Sofyan Djalil: “Baju kamu menghormati kamu sebelum kamu duduk. Ilmu kamu menghormati kamu setelah kamu duduk.”
Kiranya kita semua dapat mengambil teladan hidup dari sosok Sofyan Djalil, ‘Menteri Teh Botol’. Siapa pun presidennya, Sofyan Djalil menterinya. Apa pun tujuan hidup kita, menyerah bukan jawabannya.