Konten dari Pengguna

Telaga Rowo Bayu, Tempat yang Dikaitkan dengan Cerita #KKNDesaPenari

JatimNow
Berani Realitas
30 Agustus 2019 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Telaga Rowo Bayu yang terletak di Dusun Sambungrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Foto: Irul Hamdani/jatimnow.com
zoom-in-whitePerbesar
Telaga Rowo Bayu yang terletak di Dusun Sambungrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Foto: Irul Hamdani/jatimnow.com
ADVERTISEMENT
Dalam sepekan terakhir, nama Telaga Rowo Bayu di Dusun Sambungrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, kian santer terdengar. Sebab, telaga ini dikait-kaitkan dengan cerita mistis yang dialami oleh beberapa mahasiswa KKN (Kelompok Kerja Nyata) dan viral di Twitter dengan hastag #KKNDesaPenari.
ADVERTISEMENT
Bahkan, tagar itu menduduki trending topic Indonesia nomor 1 di Twitter hingga pukul 16.32 WIB, Jumat (30/8).
Telaga ini bersembunyi di balik rimbunnya hutan di kaki Gunung Raung, Kabupaten Banyuwangi. Masyarakat setempat lebih sering menyebutnya Rowo Bayu. 'Rowo' dalam Bahasa Indonesia adalah rawa, sedangkan 'bayu' berarti angin.
Di area telaga yang luasnya menyerupai lapangan bola ini, di kawasan KRPH Perhutani Banyuwangi Barat atau di Dusun Sambungrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, tersimpan kepingan misteri sejarah Kerajaan Blambangan--sebuah Kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa.
Konon, Rowo Bayu menjadi tempat favoritnya untuk bermeditasi pada masa Prabu Tawang Alun memerintah Kerajaan Blambangan. Lokasi meditasi sang raja berada di pojok kanan sebelah utara telaga.
ADVERTISEMENT
Di sana berdiri bangunan mirip candi bercorak Bali. Di dalam bangunan bersemayam batu besar yang dan menempel telapak kaki sang Prabu Tawang Alun ketika meditasi.
Di sekitar bangunan ada tiga mata air yang mengalir sangat bening dan dingin, yaitu Sumber Kamulyan, Sumber Kaputren, dan Sumber Dewi Gangga. Mata air ini belum pernah berhenti mengalir meski musim kemarau panjang sekalipun. Keberadaannya sangat dihormati dan disakralkan.
"Tidak diperkenankan pengunjung untuk buang air kecil di sekitarnya. Sumber air hanya untuk kebutuhan spiritual," kata Juru Kunci Rowo Bayu, Mbah Saji.
Memang, pesona Rowo Bayu yang masih alami menciptakan atmosfir yang menenangkan. Hawa yang sejuk, gemericik air dari pancaran mata air berpadu dengan suara alam, bisa membuat siapapun yang datang ke sana, hanyut dalam ketenangan dan segarnya alam.
ADVERTISEMENT
Telaga Rowo Bayu juga erat dengan nilai sejarah. Sumber sejarah menyebutkan, kawasan Rowo Bayu menjadi pusat kekuatan masa Kerajaan Blambangan dalam memerangi penjajah VOC Belanda.
Kini, selain sebagai destinasi wisata alam, tempat ini juga menjadi destinasi wisata spiritual. Tidak sedikit pengunjung yang datang dengan keperluan laku spritual di sekitar petilasan Prabu Tawang Alun.
Hal unik lainnya adalah rute yang mengelilingi tepian telaga yang diyakini menggambarkan watak seseorang yang melaluinya. Pedestrian ini disediakan bagi pengunjung yang ingin berjalan mengelilingi danau. Namun tidak sedikit pengunjung yang tidak menyelesaikan rute dari awal hingga akhir.
Hal itu dianggap menunjukkan yang bersangkutan tidak memiliki 'nyali' untuk menuntaskan perjalanan hidupnya.
"Kalau sudah berjalan, ya selesaikan perjalanannya," pesan Mbah Saji.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari cerita yang berkembang mengenainya, pesona alam serta atmosfer Rowo Bayu sangat nyaman sebagai tempat menenangkan diri. Entah sekadar relaksasi ataupun untuk meditasi ringan yang berguna bagi kesehatan.