Hari Sumpah Pemuda, Khofifah Ingin Generasi Milenial jadi Game Changer

Konten Media Partner
28 Oktober 2022 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Hari Sumpah Pemuda, Khofifah Ingin Generasi Milenial jadi Game Changer

Hari Sumpah Pemuda, Khofifah Ingin Generasi Milenial jadi Game Changer
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
jatimnow.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong pemuda-pemudi Jatim menjadi game changer atau para lakon yang mengubah jalannya permainan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sosok game changer akan menjadi penentu saat tengah berada di persimpangan, antara maju dan mundur, antara hidup dan mati, antara dinamis atau statis.
Mereka, kata Khofifah, memiliki karakter inisiatif, kolaborasi, dan inovasi atau yang disingkat IKI.
"Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki mampu mengubah jalannya permainan perubahan peradaban, memunculkan sebuah realitas dan kesadaran baru," ungkap Khofifah dalam upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 Tahun 2022 di Alun-alun Kabupaten Madiun, Jumat (28/10/2022).
Madiun sengaja dipilih Khofifah sebagai lokasi pusat penyelenggaraan peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini karena memiliki sosok pemuda pencetak sejarah yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional Manifesto 1925 dan Kongres Pemuda II. Sosok tersebut adalah Prof Mr Sunario Sastrowardoyo.
ADVERTISEMENT
Sunario merupakan pemuda kelahiran Madiun 28 Agustus 1902 diketahui aktif sebagai pengacara. Ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda.
Ia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres tersebut, Sunario menjadi pembicara dengan makalah Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.
Khofifah juga menyebut, peringatan Sumpah Pemuda bukanlah sebuah rutinitas tahunan untuk bernostalgia. Melainkan harus menjadi pelecut semangat bersama untuk terus menggerakkan roda perjuangan pembangunan, mencapai cita-cita bersama, Indonesia maju.
Para pemuda dalam Sumpah Pemuda 1928, lanjut Khofifah, sebagian besar adalah bagian dari kaum aristokrat atau kaum terdidik yang mendapatkan pendidikan tinggi. Tidak sulit bagi mereka untuk dapat hidup mewah dan enak dibawah pemerintah kolonial Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Tetapi mereka meninggalkan kesempatan bergelimang kemewahan material untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih sebuah cita-cita. Mereka meletakkan kepentingan diri sendiri, dan menguatkan kehendak dan tekad bersama untuk memerdekakan Indonesia.
"Saat ini, yang dibutuhkan Indonesia dan Jawa Timur adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia. Jadilah agen perubahan, bukan pemuda rebahan dan mager," ujarnya.
Mantan Mensos RI itu menambahkan, Sumpah Pemuda diperingati agar seluruh elemen bangsa dapat menyingkap relevansi momen bersejarah tersebut dalam situasi kekinian.
Saat teknologi informasi begitu berkembang pesat yang tidak hanya membawa dampak positif, namun juga dampak negatif seperti informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas hingga radikalisme dan terorisme.
ADVERTISEMENT
"Kita mengenang momen yang sangat bersejarah ini untuk menyadari bahwa karena mengingat sumbangsih para pemuda semenjak pra-kemerdekaan sangat berperan penting sebagai inisiator dan game changer bagi perubahan dan dinamika sosial berbangsa, maka jalannya pembangunan kita," imbuhnya.