Konten Media Partner

Tukang Becak Naik Haji, 30 Tahun Menanti Bersama Istri namun Terpaksa Berangkat Sendiri

6 Juni 2023 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Tukang Becak Naik Haji, 30 Tahun Menanti Bersama Istri namun Terpaksa Berangkat Sendiri

Tukang Becak Naik Haji, 30 Tahun Menanti Bersama Istri namun Terpaksa Berangkat Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Muhammad Mudjib (71) 30 tahun mengayuh becak tuanya demi menyambung ekonomi keluarga. Selama itu juga ia tabung sebagian rizkinya bersama istri untuk berkhidmat berangkat ke Tanah Suci.
ADVERTISEMENT
Mudjib yang tinggal di Jalan Pegesangan 4 Nomor 29, Surabaya itu menghidupi tiga orang anak. Hari-harinya ia lalui sebagai pengayuh becak.
Panas dan dinginnya jalanan tetap ia tahan demi menempuh niatnya untuk melaksanakan rukun Islam kelima.
Mudjib telah mendaftar haji sejak 2011, ia mendaftar bersama sang istri Siti Arifah. Keberangkatan yang seharusnya terjadwal 2021 pupus lantaran Pandemi Covid-19. Ia terpaksa harus legowo. Ia pun menerima.
Namun, pria yang telah dikaruniai empat orang cucu itu pun harus kembali menata hati, karena seketika di tahun yang sama, saat besarnya ombak Covid-19 di Surabaya mengambil nyawa sang istri. Cita-cita berangkat haji bersama pun pupus. Mudjib harus kembali legowo.
Kini, Mudjib harus menunaikan cita-citanya haji sendiri. Ia direncanakan berangkat pada 20 Juni 2023, melalui Embarkasih Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Tapi tidak apa-apa, alhamdulilah saya tetap bisa berangkat dan akan berdoa di sana," kata Mudjib, Senin (5/6/2023).
Saat bercerita tentang istri, Mudjib seakan kembali membuka memori tentang cita-cita bahagianya bersama istri menunaikan ibadah bersama.
Matanya pun berkaca-kaca. Lambat laun tubuh kekarnya pun tak bisa menutupi kesedihan, air mata Mudjib tumpah.
Sembari mengusap air mata, Mudjib kembali menghela nafas, dan bercerita. Apalah dia tanpa sang istri, selama ia bekerja, Arifah lah yang selalu tekun menyisihkan uang hasilnya mengayuh becak untuk di tabung.
"Saya ini cuma kerja saja yang menyimpan uangnya ya ibuk (istri saya). Jadi saya ndak tau nabungnya gimana, tiba-tiba 2011 itu ibuk mengajak saya daftar haji," kata Mudjib.
Karena ingin cepat haji. Istri Mudjib pun membantu ekonomi dengan cara berjualan sayur di teras rumah. Hari-hari keduanya seringkali bersama, karena saat malam menjelang fajar, dengan becak tuanya itu, ia bersama sang istri harus belanja sayur untuk dijual.
ADVERTISEMENT
Meski telah ditinggal istrinya, Mudjib mengakui telah menyiapkan sederet doa untuk sang istri. Ia juga berjanji akan memanjatkan doa khusus bagi sang istri didepan ka'bah.
Waktu keberangkatan Mudjib pun semakin dekat. Hari-hari, ia lalui dengan pemanasan, olahraga, dan mengkonsumsi vitamin untuk menjaga badan tetap sehat.
Menjajal medan saat berhaji, Mudjib mengaku, setiap pagi dan sore ia coba untuk berjalan mengelilingi Mas Al-Akbar, Surabaya. Semata, untuk melemaskan otot tuanya, agar terbiasa menjalani langkah-langkahnya beribadah di Tanah Suci.
"Setiap hari muter jalan kaki di Masjid Agung dua kali, soalnya ini pinggang saya kadang sakit. Kalau persiapan spesial tidak ada hanya baju saja," kata dia.
Â