Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Konsumsi Susu Kaleng, Balita Dua Tahun di Maros Alami Gizi Buruk
6 Maret 2018 18:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Aditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
MAROS - Seorang balita berusia dua tahun di Jalan Makmur Daeng Sitakka, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, bernama Rasyad mengalami gizi buruk.
ADVERTISEMENT
Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Tike (25) dengan Suryani (21) ini, hingga saat ini belum bisa duduk apalagi berjalan. Bahkan ibunya hanya bisa memberi asupan susu kaleng kental manis.
Ironisnya, keberadaan Balita gizi buruk ini, tidak jauh dari kantor Kelurahan Raya di jalan Makmur Daeng Sitakka dan masih terbilang dalam kawasan perkotaan Turikale.
Saat dikunjungi, balita malang yang seharusnya sudah bisa bermain sendiri ini, hanya terlentang lunglai. Sesekali dia menangis karena tak biasa melihat orang asing. Ibunya yang mencoba mendiamkan, memberikannya susu kental manis yang selama ini dikonsumsinya.
Kepada awak media, Suryani mengaku, anaknya itu lahir dalam keadaan normal dengan berat 2,1 kilogram. Namun, perkembangannya sangat lambat dari balita kebanyakan. Dia pun sudah membawa anaknya ke Puskesmas Turikale dan divonis mengalami gizi buruk.
ADVERTISEMENT
"Saya pernah ke Puskesmas dan dibilang anak saya ini mengalami gizi buruk. Puskesmas kemudian memberikan saya biskuit untuk tiga bulan. Katanya kalau habis kembali lagi ke sini, tapi pas ke sana lagi katanya sudah tidak bisa lagi diberikan," bebernya.
Karena keterbatasan biaya, Rasyad yang seharusnya mengkonsumsi susu bubuk balita, hanya diberikan susu kental manis. Suryani berdalih, sebelumnya anaknya pernah diberikan susu bubuk, namun saat itu kulit anaknya mengelupas. Sehingga diapun menghentikan pemberian susu bubuk.
Pasangan suami istri yang menikah tahun 2014 silam itu, bekerja sebagai penjual mainan anak-anak. Tike sendiri menggunakan motor, berkeliling dari sekolah ke sekolah, sementara Suryani menjual di pasar Batangase.
Suryani berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian khusus kepada anaknya itu. Dia sangat ingin, anak keduanya bisa normal seperti balita lain.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat ingin melihat anak saya bisa berjalan seperti anak seumurnya. Mungkin pemerintah bisa bantu obati," ujarnya.
(agn)