Konten dari Pengguna

Stepi Anriani : Peran Penting Intelijen dalam Pemenangan Pilkada

Aditya
Admin keuangan di PT Kanal Media Bangsa Reporter di Kanalnews.co
4 April 2018 10:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stepi Anriani : Peran Penting Intelijen dalam Pemenangan Pilkada
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jakarta, Buku Intelijen & Pilkada: Pendekatan Strategis dalam Menghadapi Pemilu merupakan buku pertama di Indonesia yang memadukan Intelijen dan pilkada. Penulisnya, Stepi Anriani M.Si adalah seorang kandidat doktor bidang kebijakan publik dari Universitas Indonesia, yang tertarik pada dunia intelijen, pertahanan dan politik.
ADVERTISEMENT
Dalam buku pertamanya ini, Stepi bertutur bahwa intelijen & politik adalah hal yang tak dapat dipisahkan. Politik sebagai cara-cara mendapatkan kekuasaan, merebut atau mempertahankan kekuasaan. Sementara intelijen merupakan rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai dan merebut kekuasaan itu sendiri.
Stepi mengatakan, politik yang saat ini dirasakan masyarakat tak luput dari hal-hal negatif seperti hoax, politik identitas dan politik uang. “Pendekatan intelijen dapat menjadi sebuah tawaran bagi kandidat maupun tim sukses agar tidak melakukan upaya instan dengan money politic maupun hal-hal negatif lainnya.” Jelas Stepi Anriani.
Buku setebal 241 halaman ini mengenalkan intelijen diawal buku sebagai informasi, pengetahuan, kegiatan, organisasi, dan profesi. Bab selanjutnya juga menceritakan peran intelijen sejak zaman kerajaanhingga Millennial. Di zaman Majapahit, strategi intelijen terlihat dalam upaya Ken Arok merebut kekuasaan dari Tunggul Ametung tanpa darah dan pertempuran. Di era orde baru, pengabdian dari Letjen TNI (purn) Ali Moertopo dan Jenderal TNi (purn ) L.B Moerdani turut mendukung kekuasaan Presiden Soeharto selama 32 tahun.
ADVERTISEMENT
Di era millennial dimana media sosial berkembang pesat. Sejak itulah medan politik tak lagi sama. Media sosial akhirnya menjadi alat untuk mempengaruhi mindset generasi muda. Interaksi pengguna di dunia maya, baik facebook, twitter, line dan lainnya bisa menghabiskan 8 jam perhari. Berkaca pada pemilihan presiden Amerika 2017 terlihat betapa dahsyatnya kekuatan media sosial hingga dapat mempengaruhi perilaku pemilih. “Presiden Donald Trump sukses dengan twitter-nya. Media sosial bukan lagi hanya untuk mengumpulkan sumbangan kampanye seperti era sebelumnya, namun juga mobilisasi pemilih mengambang,” jelas Stepi.
Fenomena yang sama juga hadir di Indonesia. Penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran politik dan alat kampanye partai secara bertahap muncul. Dalam survey tentang Peta BAru Lanskap Digital Indonesia 2018, yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Amerika tahun 2017, terlihat dari 132,7 juta pengguna internet Indonesia, 90% adalah pengguna media sosial aktif. Angka ini meningkat 49% dari tahun sebelumnya. Sementara dalam survey yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 yang melihat penetrasi dan perilaku pengguna internet Indonesia, sebanyak 19% adalah kategori usia 10 – 24 tahun, 24% usia 25 – 34 tahun, 29% usia 35 – 44 tahun, serta 18% usia 45 – 54. “Jadi, bila ingin memenangkan simpati netizen, ketahuilah bahwa penguasa media sosial saat ini adalah generasi millennial,” kata Stepi Anriani.
ADVERTISEMENT
Pada pemilu 2019, jumlah pemilih Millenial akan mencapai 86 juta jiwa atau 48% dari populasi pemilih. Mereka adalah anak-anak muda dengan nilai-nilai kreativitas, kemajuan dan berpikiran terbuka. Untuk mendapatkan simpati pemilih dengan karakteristik ini, parpol tidak bisa berharap pada model pembagian sembako, kaus maupun stiker.
Masih banyak gagasan-gagasan yang diungkapkan Stepi dalam buku yang ditulis dengan gaya bertutur sederhana ini dan dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang dibuat oleh penulis. Buku ini penting dibaca untuk para calon kepala daerah, tim sukses dan siapa saja yang menaruh perhatian pada politik dan pemerintahan. Dengan menarapkan strategi intelijen, dimasa mendatang, diharapkan generasi muda yang berkualitas, para aktivis, tokoh muda yang cerdas, mampu memanajemen organisasi dengan baik mau terjun ke politik tanpa harus mengkhawatirkan “saya tidak punya uang”.
ADVERTISEMENT