Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Detik-Detik Hilangnya Nilai-Nilai Falsafah Ki Hajar Dewantara
9 Juni 2023 7:32 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari M Dani Habibi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa. Salah satu tokoh yang diakui di Indonesia dalam bidang pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara. Namun, sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, terlihat adanya kecenderungan hilangnya filosofi pendidikan yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara.
ADVERTISEMENT
Tentang Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, atau juga dikenal sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang pendidik dan pemikir besar Indonesia. Ia dikenal sebagai tokoh perintis pendidikan nasional dan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang berupaya memberikan akses pendidikan kepada masyarakat luas, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara berfokus pada pengembangan karakter, kebebasan berpikir, dan penghargaan terhadap budaya dan tradisi lokal.
Penurunan Falsafah Pendidikan
Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat adanya penurunan filosofi pendidikan yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain:
Pertama, kurangnya penerapan nilai-nilai pendidikan. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pengembangan karakter, kebebasan berpikir, dan penghargaan terhadap budaya.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini, pendidikan lebih sering fokus pada pencapaian akademik semata tanpa memperhatikan perkembangan karakter siswa. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya implementasi pendekatan yang holistik dalam proses belajar-mengajar.
Kedua, dominasi pendidikan berbasis prestasi. Pendidikan saat ini terjebak dalam paradigma prestasi semata. Perhatian terhadap nilai dan peringkat dalam ujian sering kali menghalangi tujuan utama pendidikan yang seharusnya mengembangkan potensi anak secara menyeluruh. Pemahaman yang sempit ini melupakan pentingnya membentuk karakter yang kuat dan kreativitas siswa.
Ketiga, pengabaian budaya dan tradisi lokal. Salah satu aspek penting dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah penghargaan terhadap budaya dan tradisi lokal.
Namun, di era globalisasi ini, budaya asing dan model pendidikan yang diimpor seringkali mendominasi, sedangkan budaya dan tradisi lokal diabaikan. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya identitas budaya dan mengurangi keanekaragaman dalam pendidikan.
ADVERTISEMENT
Dampak Hilangnya Filsafah Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Hilangnya filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara berpotensi memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap generasi muda dan masa depan pendidikan.
Filsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pengembangan karakter yang baik pada individu. Namun, jika pendidikan hanya fokus pada aspek akademik semata, maka pembentukan karakter yang kuat akan terabaikan. Akibatnya, generasi muda mungkin akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi tantangan kehidupan dan kurang memiliki moralitas yang solid.
Filsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara juga mengedepankan kebebasan berpikir dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Namun, jika pendidikan hanya berpusat pada pencapaian akademik dan tes standar, maka kreativitas siswa akan terhambat.
Kurangnya ruang untuk bereksperimen dan berinovasi dapat menghasilkan generasi yang kurang mampu berpikir kritis dan tidak mampu menghadapi perubahan yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, hilangnya kearifan lokal. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya penghargaan terhadap budaya dan tradisi lokal. Namun, jika budaya dan tradisi lokal diabaikan dalam proses pendidikan, generasi muda akan kehilangan koneksi dengan akar budayanya. Ini dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya dan mengurangi kekayaan dan keanekaragaman dalam pendidikan.
Salah satu solusi yang diperlukan untuk mengatasi hilangnya filsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai berikut.
Pertama, implementasi pendekatan pendidikan holistik. Pendidikan harus melibatkan pengembangan karakter, moral, dan kecakapan sosial selain hanya fokus pada aspek akademik. Ini dapat dicapai melalui penggunaan metode pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman, kolaborasi, dan penerapan praktik dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, pemulihan peran pendidikan dalam membentuk karakter. Pendidikan harus mengintegrasikan pembentukan karakter sebagai bagian penting dari proses pembelajaran. Nilai-nilai seperti integritas, empati, disiplin, dan tanggung jawab harus ditekankan dan diajarkan secara aktif kepada siswa.
ADVERTISEMENT
Ketiga, pengembangan kurikulum yang inklusif. Kurikulum harus mencakup materi yang mencerminkan keanekaragaman budaya dan tradisi lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan bahan ajar yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia dan memasukkan elemen lokal dalam metode pengajaran.
Keempat, penguatan peran guru. Guru harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menerapkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pelatihan yang berkualitas tinggi harus diberikan kepada para guru agar mereka dapat menjadi fasilitator yang efektif dalam membentuk karakter siswa dan mengembangkan kreativitas mereka.
Detik-detik hilangnya falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara merupakan suatu kekhawatiran yang perlu disadari. Penurunan filosofi pendidikan ini dapat berdampak negatif terhadap generasi muda dan masa depan pendidikan. Oleh karena itu, upaya yang serius dan komprehensif perlu dilakukan untuk memulihkan dan mempertahankan nilai-nilai yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara.
ADVERTISEMENT
Pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan perlu bekerja sama dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan. Pendidikan harus menjadi wadah yang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter, kebebasan berpikir, dan penghargaan terhadap budaya dan tradisi lokal.
Dengan mengembalikan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara ke pusat perhatian, kita dapat menciptakan generasi yang memiliki kepribadian yang kuat, kreatif, dan berakhlak mulia. Hal ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi bangsa, karena generasi muda akan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan keberanian, kecerdasan, dan integritas yang tinggi.
Detik-detik hilangnya filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara harus menjadi panggilan bagi semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dengan menghormati dan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, kita dapat memastikan bahwa pendidikan Indonesia terus berkembang dan mencetak generasi yang berkualitas.
ADVERTISEMENT