Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jugun Ianfu adalah Pekerja Seks Pada Masa Penjajahan Jepang di Korea
2 Juni 2022 13:26 WIB
Tulisan dari Jaza Ana Albirru tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jugun Ianfu itu sebutan bagi tawanan budak seks pada perang ke II, dan menjadi budak seks tentara Jepang di Korea. Nama sebutan yang lain untuk Jugun Ianfu itu perempuan penghibur yang mendampingi tentara Jepang selama masa perang.
ADVERTISEMENT
Kasus ini terjadi pada tahun 1942-1945 atau selama masa perang Asia Pasifik. Para Jugun Ianfu ini harus memenuhi kebutuhan biologis para tentara militer Jepang dengan cara kasar atau tidak manusiawi.
Terjadinya Jugun Ianfu ini dilatarbelakangi oleh meluasnya kasus pemerkosaan, yang terdapat di Shanghai pada tahun 1932. Para tentara Jepang yang melakukan pada masa perang Jepang - Cina. Dari kasus pemerkosaan tersebut yang sangat banyak terjadi membuat penyakit kelamin itu terjadi di antara para tentara Jepang menyebabkan kekuatan angkatan kekaisaran Jepang itu melemah.
Pada akhirnya tentara Jepang mengumpulkan para perempuan lokal untuk di cek kesehatan dan dimasukkan ke dalam rumah bordil militer Jepang. Para Jugun Ianfu ini dipaksa untuk melayani tentara sebanyak 10 hingga 20 orang dalam siang malam hari. Jugun Ianfu ini jika hamil disuruh melakukan pengguguran kandungan secara paksa, hingga di dalam rumah bordil militer Jepang ini para perempuan yang dijadikan Jugun Ianfu ini banyak yang bunuh diri atau meninggal karena disiksa.
ADVERTISEMENT
Para Jugun Ianfu ini ada yang dari Korea Selatan, Korea Utara, Cina, Belanda hingga Indonesia. Wanita yang telah menjadi Jugun Ianfu ini pada awalnya tidak tahu jika ingin dijadikan budak seks karena awalnya hanya dibilang akan dijadikan perawat atau buruh pabrik.
Jumlah dari para Jugun Ianfu yang dibawa ke rumah bordil ini tidak diketahui jumlahnya tetapi sekitar 50.000 sampai 200.000 wanita. Sebutan rumah bordil itu Bernama Ianjo ini itu tersebar di berbagai daerah.
Awalnya dibentuk rumah bordil itu karena sengaja didirikan untuk tempat penyediaan wanita penghibur bagi tentara Jepang demi mengurangi kasus pemerkosaan liar. Para Jugun Ianfu ini tidak hanya dijadikan budak seks saja tetapi mereka juga menjadi bahan komoditas tentara Jepang, bahkan dikirim ke luar negeri untuk mengikuti para tentara Jepang yang sedang bertugas.
ADVERTISEMENT
Para militer Jepang ini mengambil wanita dari desa sekitar dengan bantuan dari camat atau lurah untuk bisa menarik para wanita. Militer Jepang ini tidak memandang usia untuk mengambil wanita yang untuk dijadikan Jugun Ianfu. Kebanyakan dari wanita yang dijadikan budak seks ini memiliki pendidikan yang rendah, mengalami kesulitan finansial, dan juga buta huruf.
Masalah yang terjadi setelah menjadi Jugun Ianfu ini biasanya mengalami gangguan fisik, seksual, tertekan secara psikis, trauma, kekurangan ekonomi karena susah mendapatkan pekerjaan. Jugun Ianfu ini terpaksa melakukan menjadi budak seks demi untuk memenuhi kehidupan keluarga. Di Rumah bordil ini para Jugun Ianfu tidak bebas untuk keluar dari rumah tahanan tersebut karena para tentara Jepang tidak mengizinkan bahkan untuk keluar kompleks pun tidak bisa kecuali dengan izin khusus. Rumah bordil ini menjadi tempat yang menyeramkan dikelilingi kawat berduri seperti tempat pertahanan.
ADVERTISEMENT
Jugun Ianfu ini jika tidak menuruti para militer Jepang akan dipukul, dibanting hingga kaki dan tangan nya patah, lari dipenggal, ditikam dengan pisau, dan dibunuh. Hukum yang diberikan untuk para Jugun Ianfu ini ada ditangan para prajurit yang ditolak permintaannya.
Mantan Jugun Ianfu mempunyai strategi dalam mengatasi hambatan sosial dengan mengikuti berbagai kegiatan sosial yang ada di masyarakat. Strategi yang dilakukan oleh mantan Jugun Ianfu ini bisa dikatakan cukup berhasil banyak masyarakat yang sudah menerima keadaan mantan Jugun Ianfu.