Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kisahku Nyaris Dijambret Saat Berlibur ke Ho Chi Minh City, Vietnam
7 Juli 2019 9:01 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Jejak Jelata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Traveling bukan hanya jalan-jalan semata, banyak sekali pelajaran yang diambil dari sebuah perjalanan. Seperti halnya cerita perjalanan saya ketika mengunjungi Ho Chi Minh City, Vietnam, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Perjalanan yang mulanya asyik-asyik saja, bisa berubah menjadi menegangkan. Awalnya saya dan ketiga teman saya menganggap perjalanan kami kali ini, biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial.
Kami pergi, kami senang-senang, dan kami puas. Itu sudah cukup bagi kami. Tapi siapa sangka kalau banyak sekali kejadian yang tak terduga selama perjalanan.
Perjalanan yang kami tempuh memang lumayan panjang, kami transit dulu di Kuala Lumpur selama delapan jam lamanya. Sesampainya di Ho Chi Minh kami terkena scam street food. Semoga ini adalah bukan awalan yang buruk selain susahnya mencari restoran halal.
Selama di Ho Chi Minh kami sempat mengunjungi sejumlah tempat seperti sungai Mekong yang panjangnya sampai ke Cina. Perjalanan tidak sampai di situ saja, kami juga memutuskan pindah kota menggunakan sleeper bus yang kenyamanannya tidak diragukan lagi.
ADVERTISEMENT
Kami berhasil sampai di Nha Trang sambil menikmati hamparan laut dan pantai yang indah. Mencoba kuliner dan sedikit berfoya-foya. Entahlah, kami merasa kaya sebentar di Nha Trang, pasalnya kawasan ini mirip dengan Bali. Kafe dan Bar di mana-mana, para turis berseliweran di depan mata. Makanan enak ala orang barat tinggal kita pilih dan uang kami masih banyak.
Seharian menyusuri kawasan Nha Trang, membuat kami semua lelah. Kami memang tidak menyewa penginapan di sana. Bahkan untuk mandi saja kita puasa alias enggak mandi. Kami kembali ke Ho Chi Minh pada sore harinya dan berharap pagi hari kami sudah bisa istirahat di hotel seperti mandi dan lain sebagainya.
Saat kembali ke Ho Chi Minh, kami menggunakan sleeper bus lagi. Hingga akhirnya kami berempat kelelahan dalam bus tersebut. Alih-alih menikmati perjalanan malam, yang ada kami justru traveling ke alam mimpi masing-masing.
ADVERTISEMENT
Bus berhenti berkali-kali, namun tak satupun dari kami yang peduli. Hingga saat kernet bus berteriak bus sudah sampai di Ho Chi Minh City. Tandanya kami harus turun dan melanjutkan perjalanan.
Hari masih gelap, saya sempat melirik jam di tangan kiri saya menunjukkan pukul 05.00. Di tempat agen bus, saya dan ketiga teman saya berdiskusi mencari alamat dan rute hotel kami berada.
Sebelumnya kami memang sudah memesan hotel untuk tempat istirahat untuk hari itu, namun kami baru bisa check in menjelang subuh. Meski tidak bermalam di hotel itu, setidaknya kami bisa bersih-bersih badan dan istirahat sebentar.
Di tengah pencarian rute menuju hotel yang sebenarnya tidak jauh dari agen bus, kami harus merasakan suatu ketegangan. GPS kami tiba-tiba ngadat dan kami berjalan ke arah yang salah. Saat berjalan ke tempat yang penerangannya agak redup, seseorang yang sedang mengendarai motor tiba-tiba melaju ke arah kami dan tak lama teriakan terdengar dari belakang saya.
ADVERTISEMENT
Salah satu dari kami nyaris kena jambret si pemuda lokal itu. Mengetahui tragedi tersebut, kami berempat pun tercengang dan buru-buru kabur dari lokasi tersebut. Pikiran kami acak-acakan penuh dengan rasa khawatir. Kami takut si penjambret akan kembali lagi bersama teman-temannya lantaran gagal menjambret kami.
Jantung kami berdegup kencang dan diselimuti rasa takut. Saya pun jadi teringat sekelumit cerita dari traveler yang pernah datang ke Vietnam dan menyebut bahwa Vietnam bukanlah negara yang bersahabat bagi para traveler.
Mereka yang pernah datang, pernah mengalami hal serupa, mereka dipalak di dalam taksi, di jambret di jalan, hingga pemerasan di jalan raya.
Mungkin dewi fortuna saat itu masih berpihak kepada kami. Jika tidak, liburan kami akan berakhir di KBRI, lantaran isi tas yang gagal dijambret adalah paspor dan surat-surat berharga.
ADVERTISEMENT