Konten dari Pengguna

Botometer: Membedakan Akun Bot Atau Manusia di Twitter

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
15 Agustus 2017 17:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Botometer: Membedakan Akun Bot Atau Manusia di Twitter
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Twitter (Foto : The Verge)
Akun-akun bot adalah masalah yang sangat mengganggu di Twitter, di mana mereka bisa mengirimkan sebuah berulang kali dan mengarahkan opini publik. Sekadar upaya pengidentifikasian bot sampai sekarang masih saja sulit dilakukan meskipun berbagai usaha telah dicoba oleh Twitter maupun aplikasi pihak ketiga.
ADVERTISEMENT
Sebuah sistem baru bernama Botometer yang dibuat oleh peneliti di Indiana University dan Northeastern University adalah contoh sempurna mengapa sulit mengidentifikasi keberadaaan bot.
Sistemnya meninjau lebih dari 1000 faktor, mulai dari kicauan itu sendiri (termasuk metadata berisi informasi bagaimana dan kapan kicauan dikirim) hingga komposisi follower akun yang bersangkutan.
“Kami menggunakan sinyal penanda yang sangat lebar rentangnya untuk menghitung skor,” kata Onur Varel peneliti dari Northeastern University yang mengerjakan proyek tersebut. “Dengan bergantung pada perilaku akun, tipe-tipe yang berbeda bisa diungkap.”
Hasil awal penelitiannya cukup mengejutkan. Ketika The Verge memasukkan beberapa akun ke Botometer, mereka mendapatkan nilai 27 persen bot sementara salah satu editornya dinilai 40 persen bot.
Teori yang dipakai para peneliti mengatakan nilai di bawah 40 persen masih merupakan manusia. Dan tim peneliti sendiri tidak mengklaim sistem Botometer cukup akurat untuk mengeluarkan penilaian. Sistem Botometer masih mengumpulkan data yang ditampung di Bot Repository.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, menurut Varel kemampuan bot sendiri semakin canggih dan bertambah sulit dideteksi dibanding saat dia memulai penelitian tahun 2011. Ini adalah kabar buruk bagi pemerintah, jejaring sosial atau siapapun juga yang ingin memusnahkan bot spam. Kita mendapatkan cara untuk mendeteksi bot namun kecepatan pendeteksian tak sekencang bot itu sendiri.