Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Dampak Naiknya Upah Minimum di AS, Robot Akan Semakin Cepat Mengambil Alih Pekerjaan
16 Agustus 2017 12:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Demo kenaikan upah di AS (Foto : Reuters)
Upah minimum adalah isu yang sensitif, namun sebuah penelitian baru telah menunjukkan kenaikan upah dapat memberi efek turunan yang beberapa tahun lalu sulit diprediksi: robot.
ADVERTISEMENT
Upah minimum federal AS, USD 7,25 per jam berdasarkan penelitian Economic Policy Institute tahun 2015 dinyatakan nyaris mustahil untuk sanggup menanggung beban keluarga beranggotakan empat orang (sepasang orangtua dan sepasang anak). Sebagai akibatnya banyak pekerja meminta kenaikan upah minimum, yang berdasarkan penelitian yang dipublikasi Selasa kemarin, semakin tinggi kenaikan UMR, semakin besar kemungkinan pekerja berupah rendah kehilangan pekerjaan karena diambil alih oleh robot seperti diberitakan Inverse.
“Secara umum kami menemukan bahwa naiknya upah minimum akan mempercepat adopsi teknologi,” kata Grace Lordan, salah satu anggota tim peneliti.
“Kami menduga di masa depan fenomena ini akan menyebar ke pekerjaan lain di mana orang tak terlalu peduli siapa yang menyediakan jasanya dan kemajuan teknologi sudah sangat menjanjikan misalnya pengiriman barang, supir taksi, bartender, dan waiter.”
ADVERTISEMENT
Penelitian Lordan yang dipublikasi oleh National Bureau of Economic Research menemukan setiap terjadi kenaikan upah USD 1, akan terdapat 0,43 persen pekerjaan yang diambilalih oleh robot.
Meskipun 0,43 persen tidak terlalu dramatis akan tetapi bisa diaplikasikan untuk menggambarkan perubahan demografi tenaga kerja di AS.
Pekerjaan-pekerjaan yang disebutkan Lordan memang sedang terancam yang dikuatkan oleh laporan pemerintah AS tahun 2016 yang menyatakan lebih dari 83 persen pekerja yang berpenghasilan kurang dari USD 20 per jam kelak akan direbut pekerjaannya oleh robot.
Menaikkan upah minimum dapat mempercepat terebutnya pekerjaan oleh robot. Jika pabrik harus membayar pekerja lebih mahal, mereka cenderung mengganti manusia dengan robot yang sama sekali tak perlu digaji.
“Kami bukan ingin menyarankan jangan memakai robot sama sekali,” kata Lordan. “Namun adopsi yang lebih cepat tanpa mempertimbangkan orang-orang yang akan kehilangan pekerjaan pada akhirnya memperburuk kehidupan kelompok yang memang rentan, misalnya pekerja tua yang keterampilannya rendah.”
ADVERTISEMENT
Pihak industri sendiri bukannya menutup mata akan hal ini. Bulan Januari, presiden dari Association for Advanced Automation Jeff Burnstein mengatakan kepada Inverse bahwa Automate, pameran robot industri terbesar di Amerika Utara sedang menyaksikan melimpahnya dukungan kepada program yang dapat menolong para pekerja AS bertahan di era serba otomatis.
Burnstein percaya bahwa otomasi dapat meningkatkan pekerjaan sebab robot yang melakukan kerja kasar kadang butuh pengawasan dari manusia yang bisa dilatih ulang untuk melakukan kerja baru tersebut.
Program pelatihan ulang tergolong mahal, dan belum jelas siapa pihak yang bertanggung jawab membiayainya.
Kenaikan upah minimum dapat menolong secara temporer sebagian keluarga mempertahankan posisinya di atas garis kemiskinan, namun jangan salah sebab untuk jangka panjang mesin akan mengambil alih pekerjaan mereka.
ADVERTISEMENT