Konten dari Pengguna

Koniku Kore, Robot Pengendus Bahan Peledak

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
29 Agustus 2017 15:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koniku Kore, Robot Pengendus Bahan Peledak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan (Foto : Future of Life)
Seorang warga negara Nigeria Oshi Agabi telah mengungkap sebuah komputer yang berbasis neuron tikus dan bukan silikon seperti biasanya pada konferensi TEDGlobal di Tanzania yang diberitakan BBC.
ADVERTISEMENT
Sistem ini telah dilatih untuk mengenali bau bahan peledak dan dapat digunakan untuk menggantikan tenaga keamanan tradisional bandara.
Pada akhirnya, gawai seukuran modem bernama Koniku Kore ini dapat menjadi otak bagi robot di masa depan.
Para ahli mengatakan pembuatan sistem ini secara massal cukup menantang.
Semua perusahaan teknologi raksasa dari Google hingga Microsoft berlomba untuk membuat kecerdasan buatan yang menggunakan otak manusia sebagai modelnya.
Meskipun komputer lebih baik dari manusia dalam perhitungan matematika kompleks, ada banyak fungsi kognitif yang otak manusia jauh lebih unggul: misalnya melatih komputer untuk mengenali bau akan membutuhkan daya komputasi dan energi yang sangat besar.
Agabi berusaha untuk merekayasa balik biologi, yang telah berhasil menyempurnakan fungsi ini dengan sedikit daya dibanding yang dibutuhkan oleh prosesor berbasis silikon.
ADVERTISEMENT
“Biologi adalah teknologi,” kata Agabi.
“Jejaring deep learning kami semuanya meniru otak.”
Dia meluncurkan startup Koniku setahun yang lalu, telah mendapat pendanaan USD 1 juta dan mengklaim telah mengeruk keuntungan USD 10 juta berkat kontrak dengan industri keamanan.
Koniku Kore adalah campuran antara neuron hidup dan silikon dengan kapabilitas olfaktori (penciuman) yang pada dasarnya adalah sensor untuk deteksi dan mengenali aroma.
“Anda bisa memberikan perintah tertentu kepada neuron, dalam hal ini kami menyuruhnya untuk menyediakan reseptor yang dapat mendeteksi bahan peledak.”
Dia membayangkan masa depan di mana gawai seperti ini dapat digunakan secara terpisah pada beberapa titik di bandara, yang menghapuskan antrian untuk lewat pemeriksaan keamanan.
Seperti penggunaan untuk deteksi bom, gawai ini juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit dengan mengenali ciri dari sebuah penyakit di molekul udara yang dihembuskan seorang pasien.
ADVERTISEMENT
Prototipe yang ditunjukkan di TED, berupa gambar yang belum bisa ditunjukkan ke publik, secara parsial telah menyelesaikan salah satu tantangan terbesar dari memanfaatkan sistem biologis yaitu menjaga tetap hidupnya neuron, menurut Agabi yang dikutip BBC.
Di sebuah video, Agabi menunjukkan gawainya dibawa keluar dari lab.
Tentunya dia memiliki ambisi yang jauh lebih besar.
“Kami pikir daya pemroses yang akan menjalankan robot di masa depan akan berbasis biologi sintetik dan kami meletakkan pondasi untuk itu dari sekarang.”
Fusi dari biologi dan teknologi belakangan ini menjadi pembicaraan setelah CEO Tesla dan Space X, Elon Musk mengumumkan startup barunya Neuralink yang bertujuan memfusikan otak manusia dengan kecerdasan buatan menggunakan kabel neural.