Startup Israel Buat Teknologi Anti Facial Recognition

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
15 Februari 2018 22:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Startup Israel Buat Teknologi Anti Facial Recognition
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Facial recognition (Foto : Lifewire)
Menyikapi kencangnya dorongan global untuk mengikuti standar privasi yang baru, sebuah perusahaan Israel percaya pihaknya bisa membantu orang-orang supaya wajahnya tetap anonim di dunia yang sangat terhubung seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Usaha rintisan bernama D-ID ini mengaku telah mengembangkan ‘firewall’ untuk memblokir pengenalan wajah (facial recognition), teknologi yang semakin populer digunakan untuk membuka ponsel pintar, menandai teman di Facebook, atau membantu polisi mencari orang yang bersembunyi di keramaian.
Masalah yang muncul kemudian dengan teknologi facial recognition tersebut adalah para peretas punya incaran baru: sejumlah besar foto profil yang terhubung dengan informasi pribadi.
Perusahaan-perusahaan di berbagai negara menggelontorkan uangnya untuk melindungi database demikian sebelum masa berlakunya undang-undang baru Uni Eropa di bulan Mei.
Aturan bertajuk Regulasi Proteksi Data Umum (GDPR) ini memberikan lebih banyak kendali kepada setiap orang terkait informasi pribadinya di dunia maya dan berlaku terhadap semua pelaku bisnis di Eropa.
ADVERTISEMENT
Ide milik D-ID mulai tebersit satu dekade silam ketika kedua orang pendirinya berkunjung ke Amerika Selatan setelah menyelesaikan wajib militer di Israel.
Teman-teman mereka akan mengirimkan foto ke dunia maya, namun karena pekerjaan mereka sebelumnya, mereka dilarang membagikan fotonya kepada publik supaya tidak mudah dikenali orang banyak.
Mereka mulai mencari cara supaya orang-orang tetap berbagi foto namun tetap melindungi identitas pribadinya dan setahun yang lalu keduanya mendirikan D-ID.
Tantangannya adalah mengelabui algoritma pengenalan wajah, yang menganalisa wajah seseorang dan mencocokkannya dengan citra digital di koleksinya yang prinsipnya sama dengan pencarian sidik jari di sebuah database.
“Semakin banyak organisasi menggunakan wajah kita sebagai alat identifikasi, misalnya untuk membuka ponsel, menarik uang atau pun saat melintasi batas negara. Itulah sebabnya foto kita harus diproteksi, karena tidak seperti password, kita tidak bisa mengganti wajah seenaknya.” kata Gil Perry, CEO D-ID yang dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT