Post-it, Penyemat Hal-hal yang Luput Diingat

Konten dari Pengguna
14 April 2018 2:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jemmy Reno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi sticky notes. Foto: Pixabay
Saya pernah baca, ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa daya ingat seseorang bekerja lebih baik ketika ia menulis. Namun, bukan lewat medium digital seperti laptop, handphone, atau gawai lainnya. Melainkan menulis dengan tangan, di atas kertas. Rasanya mencatat (dengan tangan) memang memiliki banyak manfaat. Karena saat kita menulis, pergerakan tangan kita bersinergi dengan daya ingat sehingga kita betul-betul mengenal setiap huruf yang kita tulis.
ADVERTISEMENT
Mungkin itu juga yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang masih sering menggunakan Post-it. Termasuk saya. Meskipun lebih sering bekerja mobile dan mencatat segala sesuatunya menggunakan handphone, keberadaan Post-it sebagai “reminder” masih amat fungsional. Terlebih, tampilan Post-it dengan warna mencolok dan mudah ditempel, memudahkan kita untuk melihat sisipan Post-it tersebut.
Ada satu cerita menyentil yang pernah saya alami ketika baru saja sembuh dari sakit karena masalah pencernaan. Saya diminta dokter untuk menjalani diet agar lebih sering mengonsumsi buah dan sayur-sayuran hijau. Saya memang terbiasa dan cenderung mudah untuk menyantap apa saja. Habit yang mungkin bisa dibilang fleksibel dan tidak merepotkan, namun di satu sisi ternyata ada ruginya juga.
ADVERTISEMENT
"Catatan kecil dari ibu." Foto: Dok. Pribadi
Semenjak itu, ibu selalu membekali saya dengan amunisi makanan sehat plus “catatan kecil” menggunakan Post-it yang ditempel di kotak makan. Catatan ini menjadi pengingat bahwa saya harus menghabiskan makanan sekaligus bukti bahwa kasih sayang ibu terpampang lewat bekal yang kadang luput terbawa.