Konten dari Pengguna
4 Sisi Gelap Jepang yang Perlu Diketahui Sebelum Traveling ke Sana
23 Mei 2025 7:57 WIB
·
waktu baca 3 menitKiriman Pengguna
4 Sisi Gelap Jepang yang Perlu Diketahui Sebelum Traveling ke Sana
Ada sejumlah sisi gelap Jepang yang harus diketahui sebelum traveling ke negara tersebut. Seperti overtourism, diskriminasi turis, budaya kerja ekstrem, hingga tunawisma.Jendela Dunia

Tulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jepang dikenal sebagai negara yang rapi, bersih, dan penuh sopan santun. Tapi di balik citra ideal itu, ada sisi gelap Jepang yang sering luput dari perhatian turis.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, tak berarti tempat ini jadi tak layak dikunjungi. Justru, hal-hal seperti ini penting juga diketahui untuk melihat realita yang ada secara utuh.
Sisi Gelap Jepang yang Sebaiknya Diketahui Lebih Dulu sebelum Traveling
Semakin banyak turis datang, semakin banyak juga cerita yang menunjukkan bahwa Jepang tak selalu seindah foto-foto di media sosial. Ada hal-hal yang mungkin bikin kaget kalau datang tanpa persiapan. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi supaya bisa lebih peka dan menghargai apa yang terjadi di balik layar.
Berikut beberapa sisi gelap Jepang yang sebaiknya diketahui sebelum berencana pergi dan mengunjungi Negeri Matahari Terbit tersebut.
1. Overtourism
Overtourism telah menjadi masalah serius di beberapa destinasi wisata populer di Jepang. Salah satu contohnya di Gunung Fuji.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari advnture.com, Gunung Fuji saat ini menghadapi tantangan overtourism dengan jumlah pendaki yang meningkat drastis. Masalah yang timbul meliputi penumpukan sampah, erosi jalur pendakian, dan risiko keselamatan.
Untuk mengatasi hal ini, mulai musim panas 2024, pemerintah Jepang memberlakukan sistem reservasi berbayar dan membatasi jumlah pendaki harian di Jalur Yoshida hingga 4.000 orang. Pendaki diwajibkan membayar biaya masuk sebesar ¥2.000 dan hanya diperbolehkan mendaki antara pukul 3 pagi hingga 4 sore waktu setempat. Kecuali bagi mereka yang menginap di pondok gunung.
2. Karoshi
Budaya kerja di Jepang dikenal dengan etos kerja tinggi dan dedikasi luar biasa. Namun, sisi gelap dari budaya ini adalah fenomena karoshi (過労死).
Dikutip dari pulitzercenter.org, karoshi merujuk pada kematian mendadak yang disebabkan oleh stres kerja berlebihan. Biasanya akibat serangan jantung, stroke, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1969 dan telah menjadi isu nasional di Jepang. Pemerintah Jepang bahkan mengakui karoshi sebagai masalah serius dan telah menetapkan undang-undang untuk mencegahnya.
3. Tunawisma
Meskipun Jepang dikenal sebagai negara maju dengan tingkat kejahatan rendah dan sistem sosial yang tertata, realitas tunawisma (homelessness) di negara ini menyimpan sisi gelap yang jarang terlihat oleh turis.
Menurut data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, pada Januari 2024 terdapat 2.820 tunawisma di seluruh negeri. Angka ini hanya mencakup mereka yang tidur di tempat umum seperti taman dan stasiun. Tidak termasuk mereka yang tinggal di internet café, kapsul hotel, atau kendaraan pribadi.
4. Diskriminasi
Diskriminasi terhadap wisatawan asing di Jepang juga menjadi isu nasional. Padahal Jepang dikenal sebagai negara yang ramah pada turis. Hal ini terjadi khususnya di penginapan tradisional (ryokan), restoran, dan pemandian air panas (onsen).
ADVERTISEMENT
Beberapa ryokan dan hotel di Jepang diketahui menolak tamu asing dengan berbagai alasan. Contohnya seperti keterbatasan bahasa atau kekhawatiran terhadap perbedaan budaya.
Misalnya, ada kasus di salah satu hotel di Kyoto. Pengelola hotel mencantumkan bahwa mereka hanya menerima tamu yang bisa berbahasa Jepang. Hotel tersebut mendapat teguran dari Asosiasi Pariwisata Kyoto karena melanggar Undang-Undang Manajemen Hotel Jepang.
Baca juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata Gratis di Jepang
Berbicara tentang sisi gelap Jepang bukan berarti menyorot yang buruk saja, tapi lebih ke gambaran utuh tentang apa yang mungkin ditemui. Dengan tahu realitanya, traveling pun bisa terasa lebih jujur dan tetap menyenangkan. (CR)