Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Benteng Marlborough Bengkulu, Ini Kisah Sejarahnya hingga Jadi Cagar Budaya
16 September 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hari ini, benteng tersebut merupakan destinasi wisata yang menarik bagi para wisatawan yang ingin menyelami masa lalu. Selain itu, benteng ini juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga yang bermukim di sekitarnya.
Sejarah Benteng Marlborough Bengkulu
Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Benteng Marlborough Bengkulu dibangun setelah Benteng York milik Inggris dianggap tidak lagi memadai. Benteng York sebelumnya terletak di bukit dekat muara Sungai Serut dan dikelilingi rawa. Hal ini menyebabkan sering terjadi wabah penyakit seperti disentri, kolera, dan malaria.
Oleh karena itu, Inggris mendekati para raja di Bengkulu untuk mencari lokasi yang lebih baik. Mereka akhirnya memilih sebuah bukit kecil di tepi Pantai Tapak Paderi. Pembangunan benteng, yang diberi nama untuk mengenang John Churchill, Duke of Marlborough pertama, berlangsung selama lima tahun dengan pekerja dan arsitek dari India.
ADVERTISEMENT
Benteng tersebut, yang selesai dibangun antara tahun 1714 dan 1718, memiliki ukuran panjang 240,5 meter dan lebar 170,5 meter. Menjelang penyelesaian, terjadi serangan yang dipimpin oleh Pangeran Jenggalu dari Bengkulu yang mengakibatkan pasukan Inggris mundur ke Madras, India.
Konflik internal dan serangan dari luar, termasuk serangan oleh dua kapal Prancis di bawah Comte d’Estaing pada tahun 1760, ikut andil dalam sejarah benteng ini. Serangan ini berujung pada perjanjian damai dan bantuan dari Prancis untuk memperbaiki kerusakan.
Kemudian terjadi Peristiwa Mount Fellix pada tahun 1807. Gerakan ini merupakan gerakan protes petani terhadap paksaan menanam kopi. Thomas Parr, yang terbunuh dalam protes tersebut, dimakamkan di Benteng Marlborough.
Selanjutnya, pada 1824, terjadi Traktat London yang memindahkan kontrol Bengkulu dari Inggris ke Belanda. Hal ini berlangsung hingga pendudukan Jepang pada masa Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, benteng ini berfungsi sebagai markas berbagai instansi pemerintahan, mulai dari Polri, TNI-AD, hingga akhirnya dipugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1983-1984. Pada tahun 2004, Benteng Marlborough diakui sebagai cagar budaya .
Benteng Marlborough Bengkulu mudah diakses, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan dari Bandara Fatmawati Soekarno. Sebagai cagar budaya, Benteng Marlborough tidak hanya menawarkan wawasan sejarah, tetapi juga menghubungkan generasi masa kini dengan jejak langkah para pendahulu di tanah ini. (CR)