Konten dari Pengguna

Fort Du Bus: Benteng Peninggalan Belanda di Papua dan Kisah Sejarahnya

Jendela Dunia
Menyajikan informasi untuk menginspirasi dan menambah wawasan pembaca
3 Agustus 2024 6:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peninggalan Belanda di Papua. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Asso Myron
zoom-in-whitePerbesar
Peninggalan Belanda di Papua. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Asso Myron
ADVERTISEMENT
Benteng Fort Du Bus terletak di Teluk Triton, Papua Barat. Benteng peninggalan Belanda di Papua ini dibangun pada tanggal 24 Agustus 1828. Sekarang area ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tujuan pembangunannya adalah untuk mempertahankan wilayah tersebut dari kemungkinan serangan pasukan Inggris yang bergerak dari arah selatan.
Selain sebagai sarana pertahanan, keberadaan Benteng Fort Du Bus juga menunjukkan awal mula pengaruh kekuasaan kolonial Belanda di Papua.

Sejarah Benteng Peninggalan Belanda di Papua: Fort Du Bus

Peninggalan Belanda di Papua. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Adrien Olichon
Pada era sebelum abad ke-19, Papua berada di bawah kendali kolonial Hindia Belanda dari Maluku. Belum ada pemukiman permanen di Papua bagi Belanda, meskipun pesisirnya sudah dipetakan pada tahun 1825 oleh Letnan Komandan D.H. Kolff.
Inggris, yang tertarik dengan wilayah tersebut, mulai memberikan ancaman pendudukan. Untuk mengantisipasinya, Gubernur Maluku Pieter Merkus mendorong pembangunan pos-pos pantai. Usul ini mendapat persetujuan raja Belanda pada 31 Desember 1827.
ADVERTISEMENT
Pada 18 April 1828, Letnan Jan Jacob Steenboom memimpin sebuah ekspedisi dari Ambon dengan kapal korvet Triton dan sekunar Iris. Bersamanya, ada tim yang meliputi Letnan Komandan C.J. Boers dan lima ahli biologi, untuk mendirikan pemukiman baru.
Pada 24 Agustus 1828, bertepatan dengan hari ulang tahun Raja Willem I, Belanda mengklaim Papua Barat sebagai wilayahnya dengan mengibarkan bendera nasional. Sebuah pos pun dibangun, dan dinamai Benteng Fort Du Bus. Nama ini diambil menurut nama Gubernur Jenderal saat itu, Leonard du Bus de Gisignies. Sejumlah penduduk lokal menyatakan kesetiaan mereka dan diangkat menjadi kepala daerah oleh Belanda.
Namun, Benteng Fort Du Bus tidak bertahan lama. Dikutip dari situs biakkab.go.id, pada 1835, karena faktor permusuhan lokal dan wabah malaria yang merenggut nyawa sekitar 110 serdadu, Belanda memutuskan untuk membongkar benteng tersebut. Akhirnya, pada 20 Februari 1836, benteng tersebut ditinggalkan.
ADVERTISEMENT

Akses Menuju Fort Du Bus, Benteng Peninggalan Belanda di Papua yang Bersejarah

Peninggalan Belanda di Papua. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Kristina Kutleša
Untuk mengunjungi Benteng Du Bus, wisatawan harus menuju Teluk Triton. Untuk sampai ke Teluk Triton, perjalanan bisa dimulai dengan penerbangan atau kapal ke Kaimana, yang dilanjutkan dengan transportasi laut.
Di Kaimana, tersedia kapal milik pemerintah daerah. Kapal ini akan berhenti di beberapa desa di Teluk Triton menuju Teluk Etna.
Alternatif lain adalah menggunakan perahu panjang atau speed boat sewaan. Dari Pelabuhan Kaimana, perjalanan dengan perahu panjang memakan waktu sekitar tiga jam. Sementara, jika menggunakan speed boat hanya sekitar satu setengah jam ke Teluk Triton.
Benteng Du Bus tak hanya merupakan bangunan tua, tetapi juga peninggalan Belanda di Papua yang mengungkap banyak cerita sejarah. Kehadirannya memberikan peluang untuk memahami lebih dalam tentang periode kolonial di wilayah tersebut. (CR)
ADVERTISEMENT