Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Masjid Agung Demak: Sejarah dan Keunikannya
3 Juni 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain sejarahnya yang menarik, masjid ini memiliki beberapa keunikan tersendiri yang menjadikannya sebagai ciri khas. Karena sejarah dan keunikannya tersebut, masjid ini merupakan destinasi wisata religi yang ada di Demak.
Sejarah dan Keunikan Masjid Agung Demak
Dikutip dari buku Sunan Kalijaga dan Mitos Masjid Agung Demak, Fairuz Sabiq, (2021) Masjid Agung Demak merupakan masjid agung pertama kali yang dibangun pada masa kerajaan Islam di Jawa yaitu Kerajaan Demak.
Masjid ini diperkirakan dibangun pada abad ke-5 Masehi dan masih berdiri dengan kokoh hingga saat ini. Dalam catatan sejarah , masjid ini dibangun pada tahun 1479 Masehi oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dengan bantuan para Wali Songo.
Salah satu Wali Songo yang memiliki peran besar dalam pembangunan masjid bersejarah ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga merupakan Wali Songo paling terkenal yang ada di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunikan dari masjid ini adalah arsitekturnya yang unik dan menarik. Hal tersebut karena arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara budaya Jawa dan Islam sehingga menghasilkan bangunan yang megah, indah, dan karismatik.
Atap masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam, yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo.
Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.
Sementara itu, pintu masjid yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg dianggap mampu menahan petir. Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, maknanya tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.
ADVERTISEMENT
Bagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit.
Masjid Agung Demak adalah simbol penting dalam perjalanan dakwah Islam di Indonesia. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu sejarah dan budaya bangsa. Keunikan arsitekturnya dan nilai sejarahnya yang tinggi menjadikan Masjid Agung Demak sebagai destinasi wisata religi yang tak boleh dilewatkan. (ARD)