Nama Bendera Jepang dan Sejarahnya secara Singkat

Jendela Dunia
Menyajikan informasi untuk menginspirasi dan menambah wawasan pembaca
Konten dari Pengguna
7 Maret 2024 15:44 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nama Bendera Jepang. Unsplash/Romeo A.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nama Bendera Jepang. Unsplash/Romeo A.
ADVERTISEMENT
Setiap Negara memiliki bendera dengan warna dan simbol yang berbeda-beda, seperti bendera Jepang. Bendera Jepang ini memiliki sejarah dan maknanya sendiri. Sebelum mempelajarinya, perlu diketahui dahulu pengertian dari nama bendera Jepang ini.
ADVERTISEMENT
Bendera nasional milik Negara Jepang memiliki warna putih dengan bentuk sebuah lingkaran merah yang berada di tengah-tengah. Memiliki desain yang sederhana tentu saja membuat orang penasaran mengenai makna dan sejarah benderanya.

Nama Bendera Jepang

Ilustrasi Nama Bendera Jepang. Unsplash/Nick Fewings.
Mengutip dari situs stekom.ac.id, Bendera nasional Jepang adalah sebuah bendera berbidang putih dengan lingkaran merah tua di tengahnya.
Nama bendera Jepang secara resmi disebut Nisshōki (日章旗, "bendera matahari"), atau Hinomaru (日の丸, "lingkaran matahari").
Bendera Nisshōki ditetapkan sebagai bendera nasional dalam Undang-Undang mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan, yang diumumkan dan mulai berlaku pada 13 Agustus 1999.
Meskipun tidak terdapat UU yang menetapkan bendera nasional, bendera matahari telah menjadi bendera nasional Jepang secara de facto.
ADVERTISEMENT
Dua proklamasi dikeluarkan pada tahun 1870 oleh Daijō-kan, bendera matahari dipakai sebagai bendera nasional untuk kapal-kapal dagang menurut Proklamasi No. 57 tahun 3 Meiji (dikeluarkan pada 27 Februari 1870), dan sebagai bendera nasional yang digunakan oleh Angkatan Laut menurut Proklamasi No. 651 tahun 3 Meiji (dikeluarkan pada 27 Oktober 1870).
Penggunaan Hinomaru sangat dibatasi selama awal pendudukan sekutu di Jepang setelah Perang Dunia II; pembatasan ini kemudian dilonggarkan. Pada awal sejarah Jepang, motif Hinomaru digunakan pada bendera daimyo dan samurai.
Menurut sejarah kuno Shoku Nihongi, Kaisar Mommu menggunakan bendera yang melambangkan matahari di istananya pada tahun 701, dan peristiwa tersebut merupakan catatan pertama tentang penggunaan bendera bermotif matahari di Jepang.
ADVERTISEMENT
Bendera tertua yang masih ada disimpan di kuil Unpō-ji, Kōshū, Yamanashi, yang dibuat sebelum abad ke-16, dan sebuah legenda kuno menceritakan bahwa bendera itu diberikan pada pihak kuil oleh Kaisar Go-Reizei pada abad ke-11.
Pada rumah-rumah Jepang, masyarakat diwajibkan untuk mengibarkan bendera tersebut selama hari libur nasional, perayaan, dan hari-hari tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Persepsi masyarakat berbeda-beda terhadap bendera nasional tersebut.
Penggunaan bendera dan lagu kebangsaan Kimigayo menjadi topik perdebatan di sekolah-sekolah Jepang sejak akhir Perang Dunia II (Perang Pasifik). Perselisihan tentang penggunaan bendera tersebut menyebabkan protes dan tuntutan hukum.
Hinomaru digunakan sebagai alat untuk melawan negara-negara pendudukan untuk tujuan intimidasi, menegaskan dominasi Jepang, atau penaklukan.
ADVERTISEMENT
Hinomaru juga berfungsi sebagai pola acu bagi bendera Jepang lainnya yang digunakan untuk penggunaan umum dan pribadi.

Sejarah Bendera Jepang

Ilustrasi Nama Bendera Jepang. Unsplash/Manuel C
Mengutip dari situs yang sama yaitu stekom.ac.id, berikut sejarah singkat nama bendera Jepang:

1. Sebelum Tahun 1900

Asal mula keberadaan Hinomaru tidak diketahui secara pasti, namun matahari terbit memiliki beberapa makna simbolis sejak awal abad ke-7.
Pada tahun 607, sebuah korespondensi resmi yang dimulai dengan "dari kaisar matahari terbit" dikirim kepada Kaisar Yang dari Sui di Tiongkok.
Jepang sering disebut sebagai "negeri matahari terbit". Dalam karya sastra pada abad ke-12, Heike Monogatari, tertulis bahwa Samurai membawa kipas yang bergambar matahari. Salah satu legenda yang terkait dengan bendera nasional dikaitkan dengan biksu Nichiren.
ADVERTISEMENT
Salah satu bendera Jepang tertua disimpan di kuil Unpo-ji di Prefektur Yamanashi.
Legenda mengatakan bahwa bendera tersebut diberikan oleh Kaisar Go-Reizei kepada Minamoto no Yoshimitsu, yang diperlakukan sebagai harta keluarga oleh klan Takeda selama 1000 tahun, dan setidaknya telah ada jauh sebelum abad ke-16.
Catatan terawal tentang bendera-bendera yang ada di Jepang berasal dari masa penyatuan Jepang pada akhir abad ke-16. Bendera-bendera tersebut dimiliki oleh masing-masing daimyo dan pada umumnya dikibarkan dalam pertempuran.
Pada tahun 1854, selama keshogunan Tokugawa, kapal-kapal Jepang diperintahkan untuk mengibarkan Hinomaru untuk membedakan diri mereka dengan kapal-kapal asing.
Sebelumnya, bendera Hinomaru dengan desain berbeda-beda dikibarkan pada kapal-kapal yang berdagang dengan Amerika dan Rusia.
ADVERTISEMENT
Hinomaru ditetapkan sebagai bendera perdagangan Jepang pada tahun 1870, dan merupakan bendera nasional resmi dari tahun 1870 hingga 1885, menjadikannya bendera nasional pertama yang diadopsi Jepang.
Pada tahun 1885, semua peraturan sebelumnya yang tidak diterbitkan dalam Lembaran Negara Jepang dihapuskan.
Berdasarkan keputusan kabinet baru tersebut, Hinomaru adalah bendera nasional secara de facto karena tidak ada peraturan yang menggantikannya setelah Restorasi Meiji.

2. Konflik awal dan Perang Pasifik

Poster propaganda mempromosikan harmoni antara orang Jepang, Tionghoa, dan Manchu. Sebuah keterangan dalam bahasa Mandarin (dibaca dari kanan ke kiri) berbunyi "Dengan kerja sama Jepang, Tiongkok, dan Manchukuo, maka dunia akan damai".
Penggunaan bendera nasional berkembang seiring dengan upaya Jepang membangun kekaisarannya, dan Hinomaru digunakan pada perayaan kemenangan Jepang atas Perang Tiongkok-Jepang Pertama dan Perang Rusia-Jepang. Bendera tersebut juga digunakan dalam situasi perang di seluruh negeri.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1937, sekelompok perempuan dari Prefektur Hiroshima menunjukan solidaritasnya terhadap tentara Jepang yang berperang di Tiongkok selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, dengan memakan "hinomaru bento" yang berupa nasi (bidang putih) dengan umeboshi (bulatan merah) di tengahnya.
Hinomaru bento menjadi simbol utama mobilisasi perang dan solidaritas Jepang terhadap tentaranya sampai tahun 1940-an. Kemenangan awal Jepang dalam Perang Tiongkok-Jepang mengakibatkan penggunaan kembali Hinomaru dalam perayaan.
Bendera Hinomaru merupakan alat imperialisme Jepang di wilayah Asia Tenggara yang diduduki selama Perang Dunia II: masyarakat diwajibkan mengibarkan bendera tersebut, dan para pelajar menyanyikan Kimigayo ketika upacara pengibaran bendera pada pagi hari.
Bendera lokal diizinkan berkibar di beberapa wilayah seperti Filipina, Indonesia, dan Manchukuo.Di Korea yang merupakan bagian dari Kekaisaran Jepang, Hinomaru dan simbol lainnya digunakan untuk menyatakan bahwa orang Korea merupakan subjek kekaisaran.
ADVERTISEMENT
Bagi orang Jepang, Hinomaru merupakan "bendera matahari terbit yang menyinari kegelapan di seluruh dunia." Bagi orang Barat, bendera tersebut merupakan salah satu simbol militer Jepang yang paling kuat.

3. Pendudukan AS

Hinomaru adalah bendera Jepang secara de facto selama Perang Dunia II dan masa pendudukan. Selama pendudukan Amerika atas Jepang setelah Perang Dunia II, izin dari Panglima Tertinggi Sekutu diperlukan untuk mengibarkan Hinomaru.
Beberapa sumber memberi keterangan berbeda mengenai batasan penggunaan bendera Hinomaru; salah satunya menggunakan istilah "dilarang". Meskipun pembatasannya dilakukan secara besar-besaran, pelarangan tidak dilakukan secara langsung.
Setelah Perang Dunia II, sebuah bendera digunakan oleh kapal-kapal sipil Jepang yang berasal dari Lembaga Kendali Perkapalan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk Armada Niaga Jepang.
ADVERTISEMENT
Bendera yang dimodifikasi dari kode sinyal "E" tersebut digunakan dari September 1945 sampai pendudukan AS atas Jepang berakhir. Kapal-kapal AS yang beroperasi di perairan Jepang menggunakan sebuah modifikasi bendera sinyal "O" sebagai bendera mereka.
Pada 2 Mei 1947, Jenderal Douglas MacArthur mencabut larangan pengibaran Hinomaru di lapangan Gedung Parlemen Nasional, Istana Kekaisaran, tempat tinggal Perdana Menteri dan gedung Dewan Tertinggi dengan ratifikasi Konstitusi Jepang yang baru.
Pada Januari 1949, pembatasan dihapuskan dan setiap orang dapat mengibarkan Hinomaru setiap saat tanpa meminta izin. Akibatnya, sekolah-sekolah dan rumah-rumah bersemangat untuk mengibarkan Hinomaru hingga awal tahun 1950-an.

4. Pascaperang hingga Tahun 1999

Sejak Perang Dunia II, bendera Jepang dikritik karena keterkaitannya dengan kemiliteran negara tersebut pada masa lalu. Keberatan serupa juga diajukan pada lagu kebangsaan Jepang saat ini, Kimigayo.
ADVERTISEMENT
Karena terjadi pergeseran ideologi, bendera tersebut jarang dikibarkan di Jepang setelah masa perang meskipun pembatasan telah dicabut oleh SCAPJ pada tahun 1949.
Pada tahun 1989, peristiwa kematian Kaisar Hirohito mengangkat kembali isu moral mengenai bendera nasional.
Kaum konservatif merasa bahwa bendera tersebut dapat digunakan pada saat upacara sehingga memungkinkan mereka untuk menerima Hinomaru sebagai bendera nasional tanpa mempertanyakan maknanya.
Selama masa berkabung enam hari, bendera-bendera dikibarkan dalam keadaan setengah tiang atau disertai dengan kain hitam di seluruh Jepang.
Hak sekolah untuk mengibarkan Hinomaru dalam posisi setengah tiang tanpa syarat membawa kesuksesan bagi kaum konservatif.

5. Sejak tahun 1999

Undang-Undang mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan disahkan pada tahun 1999, menetapkan Hinomaru dan Kimigayo sebagai simbol nasional Jepang.
ADVERTISEMENT
Pengesahan undang-undang tersebut berawal dari aksi bunuh diri Ishikawa Toshihiro, kepala SMA Sera di Sera, Hiroshima, yang tidak dapat menyelesaikan perselisihan antara dewan sekolah dan para guru mengenai penggunaan Hinomaru dan Kimigayo.
Undang-undang tersebut merupakan salah satu undang-undang paling kontroversial yang disahkan oleh Diet sejak "Hukum mengenai Kerjasama untuk Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB dan Operasi Lainnya" pada tahun 1992, dikenal juga sebagai "Hukum Kerjasama Perdamaian Internasional".
Pada tahun 1974, dengan latar belakang kembalinya Okinawa ke Jepang pada tahun 1972 dan krisis minyak 1973, Perdana Menteri Tanaka Kakuei mengisyaratkan sebuah undang-undang yang disahkan untuk mengabadikan kedua simbol dalam hukum Jepang.
Pendukung utama rancangan undang-undang tersebut adalah PDL dan Komeito (PPB), sementara penentangnya termasuk Partai Demokratik Sosial (PDSJ) dan Partai Komunis (PKJ), yang mengkaitkan kedua simbol tersebut dengan zaman perang.
ADVERTISEMENT
PKJ kemudian ditentang karena tidak membiarkan masalah tersebut diputuskan oleh publik. Sementara itu, Partai Demokratik Jepang (PDJ) tidak dapat menghasilkan konsensus partai mengenal hal tersebut.
Presiden PDJ yang sekaligus calon perdana menteri Naoto Kan menyatakan bahwa PDJ harus mendukung rancangan undang-undang tersebut karena partai tersebut telah mengakui kedua simbol tersebut sebagai simbol Jepang.
Wakil Sekretaris Jenderal dan calon perdana menteri Yukio Hatoyama berpikir bahwa rancangan undang-undang tersebut akan menyebabkan perpecahan lebih lanjut di antara masyarakat dan sekolah umum.
Hatoyama menyatakan untuk mendukungnya sementara Kan menyatakan untuk menentangnya.[53]
Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan rancangan undang-undang tersebut pada 22 Juli 1999, dengan 403 berbanding 86 suara. Legislasi tersebut diserahkan pada 28 Juli dan ditetapkan pada 9 Agustus. Legislasi tersebut disahkan menjadi undang-undang pada 13 Agustus.
ADVERTISEMENT
Itulah informasi mengenai nama bendera Jepang dan sejarahnya secara singkat dan jelas. (LA)