Sejarah Museum Lubang Buaya Lengkap dengan Harga Tiket, Lokasi, Jam Bukanya

Jendela Dunia
Menyajikan informasi untuk menginspirasi dan menambah wawasan pembaca
Konten dari Pengguna
9 Juni 2022 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Museum Lubang Buaya, Foto: Unsplash/Mufid Majnun.
zoom-in-whitePerbesar
Museum Lubang Buaya, Foto: Unsplash/Mufid Majnun.
ADVERTISEMENT
Mungkin banyak dari kita yang sudah tidak asing dengan istilah G30SPKI. Museum Lubang Buaya adalah salah satu bangunan pengingat kejadian tersebut. Tapi sudahkah kalian tahu sejarah di baliknya?
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs resmi Cagar Budaya Kemdikbud, Monumen Pancasila Sakti atau yang dikenal dengan Lubang Buaya ini terdiri dari beberapa tempat bersejarah, yaitu: Sumur Tua Tempat Pembuangan Jenazah 7 Pahlawan Revolusi, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum, Mobil-Mobil Tua Peninggalan Pahlawan Revolusi, Monumen Pancasila Sakti, Museum Paseban, dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis).
Gerakan 30 September dimulai saat sekelompok gabungan pasukan pimpinan Letkol Untung memanggil paksa jenderal-jenderal TNI AD. Para tokoh jenderal TNI AD yang diculik ini menurut PKI adalah tokoh yang masuk dalam Dewan Jenderal yang akan merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan ini mulai bergerak menuju kediaman Men/Pangad Letjen A. Yani, Deputi II/Pangad Mayjen TNI Suprapto, Asisten I/Pangad Mayjen TNI S. Parman, Deputi III Men/Pangad Mayjen TNI M.T. Hartono, Oditur Jenderal Militer/Inspektur Kehakiman AD Brigjen TNI Sutoyo, Asisten II/Pangad Brigjen TNI D.I. Panjaitan, dan Menko Hankam/Kasab TNI A.H. Nasution.
ADVERTISEMENT
Dari tujuh target, pasukan pimpinan Letkol Untung hanya berhasil mendapatkan enam. Satu target, Menko Hankam/Kasab TNI A.H. Nasution berhasil meloloskan diri. Namun, ajudannya Lettu Piere Tendean ikut berhasil dibawa oleh pasukan Letkol Untung dan putri Jenderal A.H. Nasution tertembak dan meninggal dunia.
Para jenderal ini kemudian dibawa menuju ke Lubang Buaya yang dijadikan markas komando Gerakan 30 September 1965. Di Lubang Buaya, tiga orang jenderal yang masih hidup kemudian dibunuh. Enam jenazah perwira tinggi TNI AD itu bersama dengan jenazah Lettu Piere Tendean oleh para pembunuh dimasukkan ke dalam sumur tua untuk menghilangkan jejak.
Daerah ini sebelumnya merupakan perkebunan karet yang berbatasan dengan lapangan udara Halim Perdana Kusuma. Sumur ini berhasil ditemukan pada 3 Oktober 1965 berkat informasi dari seorang polisi bernama Sukitman yang ikut diculik dan dibawa ke Lubang Buaya namun berhasil melarikan diri. Sumur kemudian digali dan jenazah ketujuh anggota TNI AD itu ditemukan untuk diangkat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
ADVERTISEMENT

Harga Tiket, Lokasi, Jam Buka Museum Lubang Buaya

Museum Lubang Buaya, Foto: Unsplash/Bisma Mahendra.
Berikut ini adalah informasi penting mengenai Museum Lubang Buaya yang harus kalian ketahui:
Alamat Jl. Raya Pd. Gede, Lubang Buaya, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Harga Tiket Rp 5.000,-/orang
Jam Buka 09:00 – 21:00
Mengunjungi Museum Lubang Buaya akan membuat kita semakin menghargai pengorbanan para pahlawan terdahulu yang telah gugur demi memperjuangkan Indonesia. Mari berkunjung ke sana! (Ester)