Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Frontier Traffic dan Duta Pertumbuhan di Ujung Timur Indonesia
21 Juni 2024 15:33 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Jeremia B Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk pikuk aktivitas di pagi hari itu, Fielda tengah berupaya memisahkan lembar Rupiah di genggaman tangan kiri dari campuran lembar Rupiah dan Kina yang dirogoh dari saku kanannya. Uang itu hendak dipakai Fielda untuk membayar 2 liter minyak goreng dan sebungkus deterjen yang baru dibelinya dari seorang pedagang sembako di Pasar Skouw, Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang warga negara Papua Nugini yang berdomisili di Desa Wutung, Provinsi West Sephik, Papua Nugini, ternyata berbelanja bahan pokok di Pasar Skouw, yang notabene berada di wilayah Indonesia, sudah menjadi rutinitas yang dilakukan Fielda dan ratusan warga Papua Nugini lainnya setiap minggu. Berbekal dokumen paspor, para warga Desa Wutung, kota Vanimo, dan sekitarnya lebih memilih berbelanja di Indonesia dengan alasan yang jelas: produk-produk yang ditawarkan lebih murah, lengkap, dan beragam.
Berlokasi tidak jauh dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Papua, yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2017, Pasar Modern Skouw menjadi saksi geliat ekonomi antar warga dari kedua negara yang secara sosiologis–historis memiliki hubungan dan koneksi yang sangat erat. Sesuai harapan yang disampaikan Presiden Jokowi, pembangunan pasar – sebagai bagian integral dari PLBN Terpadu Skouw – menjadi salah satu tumpuan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Skouw dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Frontier traffic, demikian terminologi yang digunakan para ahli dan pengamat perdagangan internasional, yang terjadi antara Indonesia dan Papua Nugini di wilayah perbatasan sejatinya dilandasi oleh logika sederhana. Fielda, misalnya, lebih memilih untuk berbelanja dengan alasan banyaknya pilihan jenis dan merek minyak goreng yang dijual, harga yang lebih murah dibandingkan dengan yang dijual di wilayah negaranya, dan jarak kediamannya dengan Pasar Skouw yang jauh lebih dekat dibandingkan harus bepergian ke kota terdekat di Vanimo, Papua Nugini. Hal ini juga tidak asing terjadi di berbagai belahan dunia, sekalipun di kota tempat markas Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) bernaung, yakni di Jenewa, Swiss.
Berlatar belakang geografis di ujung barat daya negara Swiss, Jenewa berbatasan langsung dengan sejumlah kota di wilayah negara Prancis, seperti Saint–Julien–en–Genevois di selatan dan Ferney–Voltaire di utara. Sebagian warga kota Jenewa, yang notabene mencatatkan angka PDB per kapita fantastis sebesar USD 64.000, memilih secara rutin untuk membeli bahan pokok di pasar modern di wilayah Prancis. Faktor pendorongnya akan terdengar tidak asing: pilihan yang lebih beragam dan harga produk yang lebih ekonomis. Hanya satu faktor unik yang membedakan kondisi antara Swiss Prancis, yakni jam buka pasar modern di Prancis yang lebih fleksibel.
Tingginya biaya yang diperlukan pengusaha pasar modern untuk menutupi standar penghasilan yang tinggi, biaya sewa yang meroket, dan biaya distribusi yang mahal menjadi sekian dari banyaknya faktor yang mendorong berbondongnya warga Swiss untuk berbelanja bahan pokok di Prancis. Selain itu, fakta bahwa Swiss tidak termasuk ke dalam wilayah kepabeanan Uni Eropa juga berdampak pada tingginya bea yang berlaku untuk produk impor turut menjadikan harga jualnya di Swiss membumbung tinggi. Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah tinggal di kota Jenewa antara rentang tahun 2019–2022, berbelanja bahan pokok di wilayah Prancis bahkan dapat memangkas pengeluaran bulanannya hingga 35%.
ADVERTISEMENT
Keunggulan komparatif Prancis atas Swiss ini dikapitalisasi dengan baik oleh para warga Prancis di wilayah perbatasan dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya melalui perdagangan. Geliat ekonomi yang dirintis dan dibangun oleh para pelaku usaha lokal, dengan dukungan dari Pemerintah, menghasilkan manfaat ekonomi yang besar pula. Bayangkan saja, berdasarkan data yang dirilis media Swiss Le News, setiap tahunnya para warga Jenewa menghabiskan 7,2 miliar Franc Swiss untuk berbelanja di wilayah Prancis.
Berkat tingginya aktivitas frontier traffic ini pula, arus investasi yang datangnya dari berbagai negara, termasuk Swiss sendiri, turut mengalir ke wilayah perbatasan Prancis. Berdirinya berbagai pasar modern, pom bensin, rumah makan dengan chain internasional menjadi indikator konkret bagaimana frontier traffic dapat membawa multiplier effect yang signifikan tidak hanya bagi wilayah setempat, namun juga bagi negaranya.
ADVERTISEMENT
Tidak berbeda dengan gejala sosial ekonomi di perbatasan Swiss-Prancis, Indonesia turut menikmati keunggulan komparatif atas Papua Nugini sehingga menarik arus warga Papua Nugini untuk berbelanja dan mengonsumsi produk dari wilayah Indonesia. Pada tahun 2023, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa nilai perdagangan per tahun antara warga Skouw–Wutung mencapai USD 300 juta–besaran angka yang sangat signifikan. Angka ini masih dapat bertumbuh apabila melihat potensi pengembangan aktivitas perdagangan di wilayah Skouw dan pemanfaatan rezim aturan perdagangan internasional terhadap frontier traffic. Dalam hal ini, aturan WTO mewajibkan pemberian fasilitasi arus barang dalam konteks frontier traffic–modalitas penting yang dapat dimanfaatkan Indonesia.
Potensi besar yang dapat diraih Indonesia sebagai multiplier effect dari perdagangan di wilayah Skouw ini yang disadari betul oleh Pemerintah Indonesia. Berbekal keunggulan komparatif tersebut, diikutsertakannya pembangunan Pasar Modern Skouw sebagai bagian dari PLBN Terpadu Skouw yang dimulai pada tahun 2015 menjadi langkah strategis Pemerintah untuk semakin menghidupkan aktivitas jual beli antar warga dari kedua negara. Harapannya, pertumbuhan perdagangan di wilayah Skouw dapat menjadi mesin pertumbuhan di tanah Papua, termasuk melalui penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar hidup masyarakat, serta katalis masuknya arus investasi ke wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam merealisasikan upaya tersebut, para warga Skouw dan sekitarnya menjadi pemain sentral: menjadi duta untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sebagai para pelaku yang terjun langsung dalam keseharian aktivitas perdagangan, para duta ini menjadi garda terdepan yang berperan dalam menampilkan keunggulan komparatif Indonesia dalam upaya meraup potensi multiplier effect yang optimal bagi wilayah setempat dan Indonesia secara keseluruhan. Menilik fenomena yang terjadi di berbagai wilayah negara lain, warga Skouw memiliki peran yang sangat krusial dalam menunjang pertumbuhan di tanah Papua dengan mengkapitalisasi modal sosiologi–histori–ekonomi yang ada di wilayah perbatasan Indonesia–Papua Nugini.