Bahayakah Jika Sering Halusinasi?

Jeremy Kenneth
Mahasiswa jurusan psikologi universitas Brawijaya angkatan 2021
Konten dari Pengguna
27 November 2021 18:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jeremy Kenneth tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
source : Pixabay
ADVERTISEMENT
Ya, kata halu mungkin sudah tidak asing di telinga generasi millennial sekarang ini. Kata halu sebenarnya merupakan istilah gaul yang diambil dari kata halusinasi yang berarti pengalaman dari salah satu atau kelima panca indera manusia yang salah tanpa adanya objek nyata dari luar. Kata halu sering digunakan oleh anak muda ketika mereka sedang memimpikan atau membayang-bayangkan sesuatu yang berada di benak mereka, atau mereka sering menyebutnya dengan menghalu. “Ya ampun, Jisoo Blackpink cantik banget, cocok nih jadi pacarku, hehe.” Ya, kira-kira itulah contoh menghalu ala anak muda di zaman sekarang ini.
Ilustrasi halusinasi Foto: pixabay/geralt
Namun, di sisi lain, halusinasi merupakan salah satu gejala dari gangguan psikologis yaitu schizophrenia. Apa sebenarnya schizophrenia itu? Schizophrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Gangguan ini biasanya disertai dengan halusinasi pendengaran, paranoia, cara berbicara dan berpikir yang kacau, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Atau, dengan bahasa lain, schizophrenia adalah salah satu gangguan mental dengan karakteristik kekacauan pada pola berpikir, proses persepsi, afeksi dan perilaku sosial.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena gangguan bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, dan 47,5 juta orang terkena demensia di Indonesia pada tahun 2016. Menurut data RISKESDAS 2018, prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia, skizofrenia, mencapai sekitar 400.000 orang.
Para ahli WHO mengatakan bahwa pengidap schizophrenia berisiko dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi mengalami kematian lebih awal ketimbang mereka yang tidak mengidapnya. Lantas, apa yang menyebabkan schizophrenia ini menjadi hal yang sangat mengganggu bagi para penderitanya, bahkan mematikan? Ketika menyerang seseorang, schizophrenia akan membuat pengidapnya mengalami delusi, halusinasi, kekacauan dalam berpikir, mengasingkan diri dari orang lain, hingga mengalami perubahan perilaku. Lantas, seperti apa sih gejala schizophrenia?
ADVERTISEMENT
Bleuler (dalam Nevid, 2012) menuliskan bahwa schizophrenia dapat dikenali berdasarkan 4 ciri gejala utama / 4A, yaitu :
1. Asosiasi, yaitu gangguan pikiran dan asosiasi longgar
2. Afek, yaitu respons emosional menjadi datar atau tidak sesuai dengan yang seharusnya
3. Ambivalensi, yaitu individu memiliki perasaan ambivalen terhadap orang lain seperti benci sekaligus cinta terhadap pasangan
4. Autisme, yaitu penarikan diri ke dunia fantasi pribadi yang tidak terikat oleh prinsip-prinsip logika.
Nah, biasanya, gejala halusinasi timbul pada poin pertama yaitu asosiasi.
Gangguan schizophrenia terbagi atas 3 tipe, yaitu :
1. schizophrenia disorganisasi
2. schizophrenia katatonik
3. schizophrenia paranoid
Schizophrenia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1. Genetika
2. Lingkungan
ADVERTISEMENT
3. Penyalahgunaan obat
4. Faktor perkembangan
Saat ini, belum disimpulkan adanya bukti efektif intervensi dini untuk mencegah schizophrenia. Para ahli berpendapat bahwa beberapa aktivitas dapat dilakukan untuk mencegah gangguan ini, seperti menjaga pola hidup sehat, melakukan kelola stress, melakukan relaksasi pikiran, menjaga relasi dan pergaulan yang sehat dengan orang lain, serta tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
Nah, setelah penjelasan yang sudah dipaparkan tadi, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ngehalu yang sering dilakukan oleh anak muda di zaman sekarang ini tidak dapat disimpulkan sebagai gejala schizophrenia. Halusinasi pada gangguan schizophrenia biasanya lebih spesifik kepada hal-hal seperti mendengar, mencium, melihat, atau merasakan sesuatu yang tidak nyata. Suara-suara yang muncul biasanya membuat si penderita merasa tidak nyaman dan membuatnya merasa tertekan. Jadi, halusinasi yang timbul cenderung mengganggu dan tanpa direncanakan, berbeda dengan kebiasaan menghalu yang pastinya dilakukan secara sadar.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
http://repository.ubaya.ac.id/37196/ http://books.google.com/books?id=x3fmsV55rigC&pg=PA21
https://www.psychiatry.org/patients-families/schizophrenia/what-is-schizophrenia https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia https://www.apa.org/topics/schizophrenia