Konten dari Pengguna

Dari Podium ke Layar: Menyikapi Pergeseran Gaya Komunikasi Masyarakat Modern

Jeshicca Wulan Nari
Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
13 Juni 2024 11:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jeshicca Wulan Nari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jeshicca Wulan Nari Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung dalam Psikoedukasi Terbuka di MAN 1 Pangkalpinang
zoom-in-whitePerbesar
Jeshicca Wulan Nari Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung dalam Psikoedukasi Terbuka di MAN 1 Pangkalpinang
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, keterampilan public speaking seolah-olah menjadi kemampuan "kuno" yang mulai terlupakan. Dahulu, berbicara di depan umum dianggap sebagai kompetensi penting yang menandakan kepemimpinan dan kepercayaan diri. Namun, tren komunikasi virtual dan ketergantungan pada media sosial kini telah mengubah cara kita berinteraksi dan menyampaikan pesan.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini menjadi salah satu indikasi adanya pergeseran budaya dan norma sosial dalam masyarakat modern. Generasi milenial dan Gen Z cenderung lebih nyaman berkomunikasi melalui layar gawai daripada berbicara secara langsung. Presentasi tatap muka yang dulunya menonjol kini seakan tergeser oleh webinar, video conference, dan platform digital lainnya.
Situasi ini memicu keprihatinan, mengingat public speaking merupakan keterampilan penting yang memungkinkan kita untuk mengembangkan kepemimpinan, menyampaikan gagasan secara efektif, dan membangun koneksi interpersonal. Ketika kemampuan ini semakin terkikis, kita dihadapkan pada tantangan menciptakan ruang bagi pengembangan keterampilan komunikasi yang adaptif terhadap perubahan zaman.
Menyikapi fenomena ini, kita perlu menyelami lebih dalam faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Apakah pergeseran gaya hidup dan pola interaksi sosial memang menjadi penyebab utama? Atau justru terdapat pergeseran nilai dan persepsi dalam masyarakat yang menganggap public speaking kurang penting dibandingkan kemampuan lain? Memahami akar permasalahan ini menjadi kunci untuk merumuskan solusi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kita perlu mengupayakan upaya-upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan keterampilan public speaking di tengah dominasi komunikasi virtual. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai inisiatif, mulai dari penguatan kurikulum di sekolah-sekolah, program pelatihan untuk masyarakat umum, hingga mendorong budaya presentasi yang lebih inklusif di dunia kerja. Dengan demikian, kita dapat menjaga keseimbangan antara kemampuan komunikasi digital dan kemampuan berbicara di depan umum.