“Si Kecil Mulai Aktif Ya, Bun”, Yuk Simak Pergeseran Makna Kata ‘Bun’

Jesyischa Rizky Devista
Seorang Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menulis agar bahagia.
Konten dari Pengguna
11 Desember 2020 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jesyischa Rizky Devista tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pemakaian Kata 'Bun' di Kalangan Milenial dan Pergeseran Makna Bahasa yang Terkandung di Dalamnya.

Sumber Foto: Tangkapan Layar Pribadi dalam Pesan WhatsApp Grup Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Tangkapan Layar Pribadi dalam Pesan WhatsApp Grup Penulis.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bahasa menjadi bahan kajian dan pembicaraan yang tak akan ada habisnya. Selama masyarakat menggunakan bahasa, maka akan selalu ada hal menarik dari bahasa tersebut yang bisa dijadikan ajang belajar banyak hal.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini media sosial sedang ramai dengan penggunaan kalimat “Si kecil mulai aktif ya, bun”. Kalimat yang ramai dibicarakan tersebut awalnya terinspirasi dari dua produk jenama susu, yakni Dancow dan SGM. Kata kunci yang identik dari kedua jenama tersebut adalah “si kecil”, “aktif”, dan “bun”. Sehingga, ini yang menjadi titik awal penggunaan kalimat “Si kecil mulai aktif ya bun”, atau “aktif ya bun”.
Jika dilihat secara semantik, “bun” dalam kalimat tersebut merujuk maknanya pada kata “Bunda”, yang artinya menurut KBBI V Daring, yakni kata sapaan untuk orang tua perempuan. Namun, dewasa ini penggunaan sapaan ‘bun’, tidak hanya digunakan untuk kata sapaan orang tua perempuan, namun juga digunakan untuk kata sapaan teman sebaya.
ADVERTISEMENT
Tentunya, penggunaan kata ‘bun’ akhir-akhir ini mengalami generalisasi di kalangan anak muda. Coba deh, teman-teman membuka riwayat chat dan mencari-cari, ada berapa banyak pesan masuk yang menggunakan kata ‘bun’, bahkan untuk menyapa teman-teman sendiri. Sudah mulai paham? Kalau sudah, wah keren sekali. Kalau belum, ya artinya saya harus nulis lagi. Ya sudah, saya tulis lagi saja ya.
Apa Maksud Generalisasi?
Campbell dan Mixco dalam Subuki, menyebutkan bahwa generalisasi atau yang lazim disebut broadening dan widening dalam bahasa Inggris, mengacu kepada gejala pada arti sebuah kata atau leksem yang menjadi lebih luas dari sebelumnya (Subuki, 2011: 116). Generalisasi ini disebut juga sebagai perluasan makna. Makna luas atau extended meaning, menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan (Pateda, 2010: 120).
ADVERTISEMENT
Generalisasi termasuk salah satu fenomena perubahan makna. Dalam ilmu semantik, ada banyak perubahan makna terhadap suatu kata yang terus menerus berkembang di tengah masyarakat. Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh sebab itu, semantik mencakup kata-kata, perkembangan, dan perubahannya (Tarigan, 2015: 7).
Kata selaku komponen yang terus berkembang dan berubah, tentu harus selalu kita perhatikan, sebab dewasa ini ada banyak penggunaan-penggunaan sebuah kata dalam masyarakat yang melewati garis batas makna yang seharusnya menjadi arti suatu kata tersebut.
Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi hadirnya perubahan-perubahan makna, diantaranya adalah faktor linguistik, faktor kesejarahan, faktor sosial masyarakat, faktor psikologis, faktor kebutuhan kata baru, faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan, faktor pengaruh bahasa asing, faktor asosiasi, faktor pertukaran tanggapan indera, faktor perbedaan tanggapan pemakaian bahasa, dan faktor penyingkatan (Suwandi, 2011: 151).
ADVERTISEMENT
Bagaimana Generalisasi dalam Kata ‘Bun’?
Kata ‘bun’ yang akhir-akhir ini naik daun dan kerap digunakan dalam percakapan di media sosial, hadir dengan dibalut perubahan makna, yakni generalisasi atau perluasan. Bun yang merupakan singkatan dari ‘bunda’, dalam KBBI bermakna sebagai sebuah kata sapaan untuk orang tua perempuan, sama halnya dengan mama, ibu, mami, dan sebagainya, sekarang justru digunakan sebagai sapaan dengan teman sebaya, dalam situasi dan kondisi tertentu yang menyertainya.
Jika pembaca berselancar di dunia maya, sebut saja twitter, dan mengetikkan ‘bun’, di bilah pencarian, akan ada banyak hasil pencarian yang menandakan kata ‘bun’ ini sudah amat sering digunakan, dan yang menarik adalah konteks makna dalam kata ‘bun’ tersebut. ‘Bun’ tidak lagi hanya digunakan sebagai kata sapaan untuk orang tua perempuan, namun juga sebagai sapaan kepada teman sebaya. Misalnya, ada dua orang teman yang sedang bercakap-cakap, sebagaimana percakapan berikut:
ADVERTISEMENT
P : “Makan, yuk.”
Q : “Ayo, bun.”
P : “Di mana ya, enaknya?”
Q : “Di deket kosan ku aja, bun.”
Tuturan sederhana tersebut pernah penulis alami sendiri saat berkomunikasi dengan salah satu rekan penulis. Padahal, penulis bukan lah orang yang lebih tua dari mitra tutur penulis saat itu, namun mitra tutur penulis tetap menggunakan kata ‘bun’ saat berkomunikasi dengan penulis. Bagaimana? Apakah kalian pernah juga mengalami hal yang serupa?
Agar lebih jelas, analisis ini kita alihkan pada percakapan di salah satu twitt milik penulis, yuk.
Sumber Gambar: Tangkapan Layar Komentar Twitter Penulis.
Dalam tangkapan layar di atas, rekan penulis mengomentari salah satu twitt yang penulis buat, dengan komentar “Saya juga adik anda, bun. Jadi terharu bun”. Percakapan sederhana tersebut dapat menunjukkan bagaimana pola penggunaan kata ‘bun’ yang tak lagi sesempit dulu, hanya untuk sapaan orang tua perempuan, namun saat ini penggunaan kata ‘bun’ dapat juga dituturkan pada teman sebaya. Apalagi jika konteksnya adalah candaan, atau agar membuat suasana percakapan menjadi jauh lebih hangat dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya perubahan makna ‘bun’ di kalangan milenial, salah satunya yakni perubahan sosial. Interaksi sosial yang selalu melibatkan pemakaian bahasa, maka arus perubahan dalam masyarakat biasanya tercermin dalam bahasa (Subuki, 2011: 107). Akhir-akhir ini, perubahan masyarakat dalam memandang kata ‘bun’, kemudian membawa masyarakat kepada pola penggunaan kata ‘bun’ yang digeneralisasikan. Berawal dari iseng, mengikuti trend, hingga agar lebih akrab dengan rekan sebaya.
Kalimat awal yang menjadi asal mula ramainya kata ‘bun’ digunakan, yakni “Si kecil sudah mulai aktif ya bun”, digunakan dalam konteks bercanda dan hanya untuk hiburan, atau seru-seruan saja. Hingga, kata ‘bun’, yang tadinya hanya diartikan sebagai kata sapaan untuk orang tua perempuan, dewasa ini juga mengalami perluasan, bahkan untuk sapaan dengan teman sebaya, dalam konteks bercanda di media sosial tersebut.
ADVERTISEMENT
Sehingga, penggunaan kata ‘bun’ akan semakin sering kita temui dalam percakapan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Kata ‘bun’ ini tak lagi hanya disandingkan dengan “si kecil” dan “aktif”, sebagaimana asal muasal trendingnya kata ‘bun’, tapi sekarang penggunaan kata ‘bun’ juga dapat disandingkan dengan kata-kata lainnya dalam tuturan sehari-hari, seperti ‘semangat’, ‘makan’, ‘terharu’, ‘terserah’, dan masih banyak lagi kata-kata yang bisa disandingkan dengan kata ‘bun’.
Bagaimana? Sudah paham dengan konteks generalisasi dalam kata ‘bun’? Mau coba untuk menganalisis kata-kata lainnya? Yuk! Semangat belajar semantik ya, semua. Ada banyak fenomena bahasa yang dapat dijadikan ajang belajar.
Sumber Referensi
Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta. PT Rineka Cipta. 2010.
ADVERTISEMENT
Subuki, Makyun. Semantik; Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta. Transpustaka. 2011.
Suwandi, Sarwiji. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. 2011.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa. 2015.