Konten dari Pengguna

Emosi yang Dirasakan Manusia

Jessica Naomi Pane
Mahasiswi psikologi Universitas Brawijaya
25 November 2021 21:05 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jessica Naomi Pane tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Dalam berperilaku, manusia disertai dengan reaksi yang dapat berupa reaksi positif atau bahagia dan reaksi negatif atau tidak senang.

ADVERTISEMENT
Kata emosi berasal dari “émotion” dalam bahasa Prancis dan “emovere” dalam bahasa Latin yang artinya bergerak keluar. Menurut para ahli, emosi merupakan ujung pangkal dari terbentuknya kognisi dan perilaku yang kemudian mengarahkan perilaku atau respons seseorang.
ADVERTISEMENT
Awalnya emosi akan muncul saat ada rangsangan yang sumbernya dari dalam yang berupa lapar, ngantuk, haus, dan lain-lain ataupun rangsangan yang sumbernya dari luar yang berupa individu, barang, iklim, lingkungan, dan lain-lain. Kemudian rangsangan akan ditafsirkan menjadi hal yang membuat bahagia atau membuat sedih. Setelah ditafsirkan, emosi diterjemahkan menjadi respons fisiologik dan motorik yang dapat berupa jantung berdebar, mulut terbuka, merinding, dan lain-lain. Emosi terproses di dalam otak.
Menurut JW Papez, respons emosional tergantung oleh sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya stimulus afektif dan melibatkan beberapa area otak lain juga. Biasanya, respons emosional disertai dengan perubahan fisik yang disebut juga autonomic response atau respons yang tidak bisa dikendalikan. Sistem Limbik juga mengatur respons otonom yang memberikan respons melalui sumsum tulang belakang.
Emosi terproses di otak (sumber: pixabay)
ADVERTISEMENT
Tingkat primer yang terdiri dari pengaruh sensorik yang memicu perasaan senang atau tidak senang, pengaruh homeostatis yang memicu rasa lapar atau haus, dan pengaruh emosional yang menimbulkan niat dalam suatu tindakan. Tingkat primer juga banyak dialami oleh binatang. Selanjutnya ada tingkat sekunder yang melibatkan memori. Dalam tingkat sekunder, beberapa afeksi dihubungkan dengan pengalaman masa lalu. Terakhir ada tingkat tersier yang bisa mengontrol emosi. Dalam tingkatan ini, individu sudah bisa mengontrol rasa takut dengan memasang ekspresi tidak takut. Tingkat tersier terjadi di neocortical yang akan mempengaruhi berbagai ekspresi emosi sedangkan tingkat primer dan tingkat sekunder terjadi di subcortical atau di sistem limbik.
Tahukah kamu, ada lebih dari 500 kata yang mendefinisikan emosi di dalam bahasa Inggris. Maka dari itu, emosi adalah sebuah konsep yang memiliki banyak sekali definisi sehingga tidak ada satupun yang bisa diterima secara universal.
ADVERTISEMENT
Terdapat dua opini mengenai bagaimana emosi dapat terjadi. Pertama adalah opini nativistik bahwa emosi merupakan bawaan. Menurut Rene Descartes (1596-1650), manusia memiliki enam emosi dasar yang didapat sedari manusia lahir, yaitu cinta, rasa gembira, kemauan, benci, sedih, dan kagum. Dasar dari pendapat ini adalah karena adanya argumentasi mengenai ekspresi emosi pada binatang dan manusia yang sama.
Kedua yaitu opini empirik bahwa emosi merupakan efek berlatih atau pengalaman yang mementingkan kaitan antara jiwa yang pusatnya ada di otak dengan berbagai rangsangan yang berasal dari sekitar melalui jaringan saraf dalam badan suatu individu. Pendapat empirik memiliki tiga teori klasik, yaitu teori somatik dari William James dan Carl Lange, teori Cannon-Bard, dan teori kognitif atau disebut juga teori Singer-Schachter. Emosi merupakan akibat dari transformasi dari sistem fisiologi tubuh (Garrett, 2005; Feldman, 2003; Schwartz, 1986). Teori Cannon-Bard merupakan hasil kritik dari teori somatik. Diambil dari contoh saat seseorang melihat seekor beruang, menurut teori somatik orang tersebut belum merasa takut melainkan jantung berdegup kencang dan adrenalin meningkat atau terjadi perubahan fisiologi dahulu baru orang tersebut merasa takut sedangkan Walter Canon dan Philip Bard (1929) melakukan pembuktian dalam riset dengan binatang, reaksi motorik muncul sesudah takut bukan reaksi motorik mengakibatkan rasa takut (Garrett, 2005; Feldman, 2003).
ADVERTISEMENT
Intinya, teori Cannon-Bard mengemukakan orang berteriak dan lari akibat merasa takut sedangkan teori Somatik mengemukakan orang menjerit dahulu baru merasa takut. Teori kognitif mengemukakan bahwa emosi sangat bergantung pada pengalaman. Saat melihat beruang, adrenalin terpacu dan jantung berdebar kemudian baru menjerit.
Berbagai bentuk ekspresi emosi (sumber: pixabay)
Watson (dalam Effendi dan Praja, 1989) mengungkapkan manusia memiliki tiga macam emosi dasar, yaitu takut, marah, serta cinta. Emosi ternyata dapat sangat mudah terlihat dari ekspresi wajah. Maka dari itu, saat seseorang bahagia kita dapat langsung mengetahuinya karena ekspresi wajah orang tersebut terlihat berseri.
Takut merupakan bentuk emosi yang menghindar dari suatu hal. Takut yang bentuknya lebih ekstrem disebut dengan phobia. Rasa takut juga bisa memiliki arti kelainan kejiwaan atau yang biasa disebut dengan anxiety (kecemasan) yang rasa takutnya tidak jelas, baik sasaran maupun alasannya. Kecemasan terus-menerus biasa dihadapi penderita psikoneurosis. Orang normal juga sering mengalami kecemasan, yang biasa disebut khawatir yang merupakan rasa takut yang tidak jelas, namun rasanya kuat sekali.
ADVERTISEMENT
Marah bersumber dari kegiatan yang terganggu sehingga suatu usaha menjadi gagal. Duffy (2012) menyatakan bahwa marah merupakan emosi yang sangat normal. Akan tetapi, kita harus bisa membedakan antara marah, agresi, dan kekerasan karena ketiga hal ini sering sekali disamakan. Marah merupakan emosi yang orang rasakan. Agresi atau kekerasan adalah tingkah laku yang terlihat sebab munculnya suatu emosi, terlebih marah. Ramirez dkk. (2001) melakukan riset lintas budaya dan mengatakan bahwa marah dan agresi disebabkan oleh budaya dimana seseorang tinggal. Misalnya dalam budaya Batak, sudah menjadi hal biasa untuk berbicara dalam nada yang tinggi sedangkan dalam budaya Jawa akan kaget ketika ada yang berbicara dengan nada tinggi karena akan dikira orang tersebut sedang marah.
ADVERTISEMENT
Menurut Plutchik, cinta merupakan bentuk emosi yang rumit yang terbentuk dari gabungan dua emosi dasar, yaitu rasa senang dan penerimaan. Gross dan John (1997) berpendapat bahwa ekspresi emosi cinta bisa didefinisikan sebagai manifestasi yang timbul dalam bentuk tingkah laku. Buscaglia (1988) menyatakan bahwa ekspresi emosi cinta penting sekali untuk perkembangan hubungan pacaran. Cinta dapat berupa penerimaan, persahabatan, kepercayaan, hormat, kemesraan, kebaikan hati. Ketika kita berpacaran dan pasangan kita menunjukkan ekspresi emosi cinta seperti memeluk, mencium, merangkul pada kita, pasti kita akan dapat mengetahui bahwa kita dicintai oleh pasangan kita.
DAFTAR PUSTAKA:
Sarwono, S. W. (2000). Pengantar Psikologi Umum. (edisi ke-11). Depok, Indonesia: RajaGrafindo Persada.
Pudjono, M. (1995). Dasar-Dasar Fisiologis Emosi. Buletin Psikologi, 3(2), 41-48. 10.22146/bpsi.13396
ADVERTISEMENT
Al Baqi, S. (2015). Ekspresi emosi marah. Buletin psikologi, 23(1), 22-30. https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/viewFile/10574/7969
HM, E. M. (2016). Mengelola kecerdasan emosi. Tadrib, 2(2), 198-213. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/download/1168/987
Siagian, Eva Grace. (2002). Ekspresi emosi cinta dalam hubungan pacaran menurut laki-laki dan perempuan. https://library.ui.ac.id/detail?id=20287265