Darurat Asia Pasifik Antara China, Taiwan, dan Amerika Serikat

Jessica Natania Elvisnanda
Mahasiswa Hubungan Internasional, UKI
Konten dari Pengguna
17 April 2023 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jessica Natania Elvisnanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bendera Taiwan. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bendera Taiwan. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Asia Pasifik telah menjadi sebutan untuk kawasan yang mencakup negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara, dan Australasia yang berada di dekat Laut Pasifik. Saat ini di kawasan Asia Pasifik terjadi krisis antara dua negara yaitu China dan Taiwan. China melakukan simulasi penyerangan Taiwan dengan melintasi wilayah Taiwan dengan 70 pesawat dan 11 kapal sebagai tanggapan atas pertemuan Presiden Taiwan dengan ketua DPR Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami bagaimana krisis ini bisa terjadi, kita harus melihat ke sejarah antara kedua negara tersebut terlebih dahulu. Sejarah telah mencatat perang sipil di China pada tahun 1927 yang berlangsung sampai 1949 dengan Partai Komunis yang berhasil mengambil alih Beijing. Partai Nasionalis yang tersisa kala itu pergi ke Taiwan dan memerintah di sana selama beberapa dekade.
China menyatakan bahwa Taiwan awalnya merupakan salah satu provinsi China. Tetapi, Taiwan dengan argumentasi sejarah yang sama menyatakan bahwa mereka tidak pernah menjadi bagian dari negara China modern yang dibentuk setelah revolusi tahun 1949. Sejak saat itu, Kuomintang (Partai Nasionalis) menjadi salah satu partai politik paling dominan di Taiwan yang memerintah pulau tersebut dalam sebagian besar sejarahnya.
Bendera China dan Taiwan. Sumber: Shutter Stock
Taiwan telah diakui oleh 13 negara (termasuk Vatikan) sebagai negara berdaulat, namun China memberikan tekanan diplomatik ke negara lain untuk tidak mengakui Taiwan atau melakukan apa pun yang menyiratkan pengakuan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sejarahnya, kita bisa melihat bahwa kedua negara memang tidak memiliki hubungan yang baik sejak awal. China tetap menganggap Taiwan bukan negara berdaulat sehingga penyatuan kedua negara harus dilakukan. Sehingga, ketika Presiden Taiwan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat, China langsung melakukan latihan militernya.
Ketegangan ditambah lagi dengan pertemuan antara Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen dengan Ketua Dewan Perwakilan Amerika Serikat, Kevin McCarthy yang sebelumnya sudah diperingati oleh China. China mengancam akan mengambil tindakan jika keduanya melakukan pertemuan.
Secara diplomatik, Amerika Serikat memegang kebijakan “One China” yang didasarkan pada beberapa dokumen seperti tiga komunike AS-Tiongkok tahun 1972, 1978, dan 1982, serta UU Hubungan Taiwan tahun 1979, dan “Six Assurances” tahun 1982. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa, Amerika Serikat mengakui posisi China dan hanya ada satu China dan Taiwan merupakan bagian dari China.
Ilustrasi bendera Amerika Serikat dan China. Foto: Reuters/Damir Sagolj
Amerika Serikat akan tetap menjaga hubungan budaya, komersial dan sebagainya dengan Taiwan melalui American Institute in Taiwan (AIT). Amerika Serikat juga tetap menjual senjata ke Taiwan dengan maksud self-defense. Tujuan kepala Amerika Serikat melakukan ini adalah untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di wilayah Taiwan.
ADVERTISEMENT
Melalui strategi ambiguitasnya, Amerika Serikat selama beberapa dekade terlihat mengusahakan keseimbangan antara mendukung Taiwan dan mencegah perang dengan China. Tetapi Presiden Amerika Serikat sekarang, Joe Biden, terlihat menolak dijalankannya kebijakan One China tersebut dan beberapa kali menyatakan akan membela Taiwan jika China menyerang. Menanggapi pernyataan Presiden AS tersebut, Gedung Putih menyatakan bahwa kebijakan tersebut tidak berubah, meskipun pada akhirnya tetap presiden yang akan memutuskan.
Pertemuan antara Presiden Taiwan dengan Kepala Dewan Perwakilan AS tersebut dianggap China sebagai usaha mempromosikan kemerdekaan Taiwan. Hingga saat ini, China masih melanjutkan latihan perang Joint Sword dengan mengepung Taiwan sehingga pada Senin (10/04/2023) latihan dilaporkan akan mencakup tembakan langsung di lokasi lepas pantai Provinsi Fujian, China yang menghadap Taiwan.
ADVERTISEMENT