Kehidupan Sosial Budaya di Guatemala

Jessica Natania Elvisnanda
Mahasiswa Hubungan Internasional, UKI
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2023 11:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jessica Natania Elvisnanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bendera Guatemala. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Guatemala. Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Guatemala merupakan salah satu negara di Amerika Tengah dengan dominasi budaya pribumi di dataran tinggi pedalamannya yang membedakan Guatemala dari negara-negara tetangganya di Amerika Tengah.
ADVERTISEMENT
Setelah memperoleh kemerdekaan dari Spanyol pada tahun 1820-an, negara ini memiliki sejarah panjang pemerintahan otoriter dan rezim militer hingga berada di bawah pemerintahan demokratis pada tahun 1985.
Pada tahun 1954, pemerintahan Guatemala menghadapi perlawanan gerilya hebat yang memicu perang saudara selama 36 tahun, hingga akhirnya perjanjian perdamaian ditandatangani pada tahun 1996.
Perjuangan masyarakat pribumi Guatemala selama tahun-tahun perang terungkap ketika Rigoberta Menchú, seorang Quiché Maya dan pembela komunitas pribumi di seluruh Amerika Latin, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1992.
Pembentukan kehidupan sosial budaya di Guatemala sangat dipengaruhi oleh sejarah panjang yang dimilikinya. Kebudayaan negara ini masih kental dengan budaya pribumi yang terbagi menjadi dua kelompok etnis utama yaitu Ladino dan Maya.
ADVERTISEMENT
Suku Ladino (mestizos) terdiri dari keturunan campuran Hispanik-Maya dan berjumlah antara setengah hingga tiga perlima dari total populasi, sedangkan suku Maya berjumlah sekitar dua perlima dari populasi negara tersebut.
Ada sejumlah kecil orang Xinca yang berbahasa Spanyol di Guatemala selatan dan Gariffuna (orang keturunan campuran Aftika dan Karibia) di kota pelabuhan timur laut Livingston dan Puerto Barrios. Orang Ladino, yang hanya berbicara bahasa Spanyol adalah kelompok yang lebih berpengaruh secara komersial dan politik dan mereka mendominasi perkotaan.
Seni di Guatemala. Sumber: Pixabay.com
Bahasa yang digunakan dalam semua transaksi resmi di Guatemala dilakukan dalam bahasa Spanyol, namun banyak dokumen telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa Maya.
Kelompok Maya terbesar adalah Mam, yang tinggal di wilayah barat Guatemala; suku K’iche’, yang menempati wilayah di utara dan barat Danau Atitlán; Kaqchikel, yang membentang dari pantai timur Danau Atitlán hingga Kota Guatemala; dan Q'eqchi', yang terkonsentrasi di pegunungan di utara dan barat Danau Izabal.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak orang Maya yang menguasai dua bahasa dalam bahasa Spanyol, terdapat komitmen yang kuat sejak akhir abad ke-20 untuk menegaskan identitas etnis Maya dan untuk mempromosikan berbagai bahasa Maya baik untuk penggunaan sehari-hari maupun untuk sastra.
Guatemala City. Sumber: Pixabay.com
Di Guatemala City (Ibukota Guatemala), keluarga-keluarga elite hidup seperti halnya di pusat-pusat kosmopolitan di negara-negara maju, berkomunikasi melalui e-mail, telepon seluler, dan pager. Di sisi lain, dalam waktu satu jam perjalanan dari ibu kota terdapat masyarakat pribumi yang pola kehidupan sehari-harinya mencerminkan pola hidup berabad-abad yang lalu dan komunitasnya terus terikat oleh kehidupan pasar.
Perbedaan tajam seperti ini terdapat dalam budaya Guatamala, baik dalam bahasa yang digunakan atau dalam hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, masakan, pakaian, atau urusan keluarga.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Guatemala semakin rentan terhadap pengaruh asing terhadap cara hidup mereka. Semua aspek komunikasi—berita berkala, komik, sinetron, film—terutama berasal dari luar negeri. Banyak produk, mulai dari sabun, sereal dalam kemasan, minuman kemasan hingga mobil, mempunyai merek asing. Namun demikian, di desa-desa Maya setempat, pakaian asli yang berwarna-warni masih umum dan bervariasi menurut desa dan kelompok bahasa.
Suku Pribumi Guatemala. Sumber: Pixabay.com
Perbedaan kehidupan budaya di wilayah urban dan rural menjadi memicu ketimpangan sosial yang juga menghambat dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
Sehingga dibutuhkan upaya untuk mengatasi ketimpangan di Guatemala seperti program dan kebijakan yang membangun seluruh wilayah secara merata, seperti penyediaan listrik bagi masyarakat desa untuk meningkatkan tenaga kerja di wilayah rural.
ADVERTISEMENT
Pembangunan yang merata dapat menjadi solusi karena Guatemala masih terbagi rata antara penduduk perkotaan dan pedesaan, yaitu sekitar 49% penduduknya tinggal di lingkungan perkotaan dan sisanya di pedesaan.
Sehingga jika wilayah pedesaan difasilitasi dengan sumber daya yang sama dengan yang ada di perkotaan, masyarakat yang ada di sana dapat mengaksesnya untuk membangun ekonomi baik di rural ataupun berkontribusi secara nasional.