Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Ketapang dan Sawit: Ekonomi Berkembang, Lingkungan Terancam?
26 November 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Jessica Sitorus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalimantan merupakan daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia, salah satunya yaitu kabupaten Ketapan yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Ketapang merupakan daerah dengan pertumbuhan industri kelapa sawit yang cukup pesat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Antara tahun 2021 dan 2023, luas tanaman kelapa sawit di Ketapang meningkat dari 386.001 hektar menjadi 454.012 hektar. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 17,1%. Dengan data produksi perkebunan di Kabupaten Ketapang pada periode 2021-2023 menunjukkan pada tahun 2021, produksi kelapa sawit tercatat sebesar 1.382.554 ton, kemudian meningkat menjadi 1.968.5 77 ton pada tahun 2022, dan mencapai 2.682.984 ton pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dalam kurun waktu tiga tahun. Industri ini merupakan salah satu sektor pendukung perekonomian masyarakat lokal sekitar, kelapa sawit memiliki peran penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat serta berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Akan tetapi, sama seperti banyak daerah penghasil kelapa sawit lainnya di Indonesia, industri ini juga menimbulkan tantangan lingkungan
ADVERTISEMENT
Penghasil cuan namun pembawa tantangan
Berkembangnya industri kelapa sawit di Kabupaten Ketapang membawa dampak positif yang signifikan, meliputi berbagai aspek yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Industri ini telah berhasil menyerap ribuan tenaga kerja, baik dari kalangan lokal maupun migran, yang tersebar di sektor perkebunan, pabrik pengolahan, distribusi, dan transportasi. Selain membuka lapangan pekerjaan, industri ini juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan keterampilan di bidang yang relevan, sehingga turut mengurangi angka pengangguran. Dari sisi ekonomi, meningkatnya pendapatan daerah menjadi salah satu dampak positif yang utama. Pemilik lahan plasma yang bekerja sama dengan perusahaan besar memperoleh pendapatan stabil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pendidikan, dan meningkatkan standar kehidupan keluarga. Peningkatan daya beli masyarakat ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, kontribusi industri kelapa sawit terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak dapat diabaikan. Pajak dan bea yang dihasilkan menjadi sumber PAD utama yang memungkinkan pemerintah daerah meningkatkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur serta pelayanan publik. Infrastruktur yang baik pada gilirannya akan mendukung kelancaran arus barang dan jasa serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
ADVERTISEMENT
Industri ini juga mendorong pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum melalui dana dari pajak, yang digunakan untuk membangun serta memperbaiki jalan, fasilitas kesehatan, dan institusi pendidikan. Infrastruktur yang memadai tidak hanya mendukung kelancaran aktivitas masyarakat sehari-hari, tetapi juga membuka akses dan peluang bisnis baru. Pertumbuhan industri kelapa sawit juga membawa dampak pada perekonomian lokal dengan menciptakan peluang bisnis bagi usaha kecil dan menengah di sekitar perkebunan, seperti warung makan dan toko kelontong. Meningkatnya jumlah penduduk dan pekerja di wilayah tersebut ikut meningkatkan permintaan barang dan jasa, yang memberikan dorongan tambahan bagi ekonomi lokal. Secara keseluruhan, industri kelapa sawit di Kabupaten Ketapang memberikan dampak positif yang luas, mulai dari peningkatan ekonomi hingga perbaikan infrastruktur dan kualitas hidup masyarakat. Namun, untuk menjaga manfaat ini tetap berkelanjutan, kita perlu memahami berbagai tantangan yang dihadapi, seperti dampak lingkungan dan sosial.
ADVERTISEMENT
Industri kelapa sawit di Ketapang membawa dampak signifikan terhadap lingkungan, sosial, dan budaya. Secara ekologis, ekspansi perkebunan kelapa sawit menyebabkan deforestasi yang mengancam keanekaragaman hayati, termasuk habitat satwa yang dilindungi seperti orangutan, serta meningkatkan emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan turut menyebabkan degradasi tanah akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan, sementara limbah pabrik mencemari air dan membahayakan ekosistem sungai serta sumber air bersih masyarakat setempat. Dari sisi sosial, perluasan lahan sering menimbulkan konflik lahan dengan masyarakat lokal, terutama masyarakat adat yang memiliki hak atas lahan tersebut, dengan proses pengadaan tanah yang kerap tidak transparan. Selain itu, masyarakat yang sebelumnya bergantung pada pertanian subsisten kini harus beradaptasi dengan ekonomi perkebunan, yang memengaruhi pola konsumsi, ketahanan pangan, dan nilai-nilai budaya yang erat kaitannya dengan alam.
ADVERTISEMENT
Alternatif Solusi untuk Mengurangi Dampak Negatif
Untuk mengurangi dampak negatif industri kelapa sawit, diperlukan pengenalan praktik pertanian berkelanjutan seperti sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) agar produksi minyak sawit memiliki dampak minimal terhadap lingkungan dan masyarakat. Penggunaan teknik ramah lingkungan, seperti sistem wanatani dan rotasi tanaman, juga penting untuk menjaga keseimbangan ekologi. Selain itu, diversifikasi ekonomi lokal dapat mengurangi ketergantungan pada minyak sawit dengan mendorong sektor pertanian lain seperti hortikultura dan perikanan, serta mengembangkan industri kreatif dan wisata alam sebagai alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat lokal. Diversifikasi ini membantu perekonomian lokal lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas global. Penguatan peran masyarakat lokal, khususnya masyarakat adat, dalam pengelolaan lahan juga sangat penting. Pemerintah dapat memfasilitasi dialog antara perusahaan dan masyarakat untuk memastikan hak-hak mereka dihormati, serta memberikan program peningkatan kapasitas dan akses teknologi bagi petani kecil untuk mengelola lahan mereka secara lebih produktif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 12:00 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini