Konten dari Pengguna

FOMO: Realita atau Ilusi Media Sosial?

Jessie Chriscellyn
Siswa SMA Citra Berkat Surabaya
16 Januari 2025 10:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jessie Chriscellyn tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fomo vs Jomo. Sumber gambar: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Fomo vs Jomo. Sumber gambar: freepik.com
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda merasa cemas atau iri ketika melihat teman di media sosial memamerkan pencapaian, liburan mewah, atau momen-momen spesial? Anda merasa hidup Anda tidak sebanding atau bahkan “kurang”. Fenomena ini dikenal sebagai Fear of Missing Out (FOMO) dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, terutama di era media sosial.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, istilah FOMO atau Fear of Missing Out kembali menjadi bahan perbincangan di kalangan warganet. Istilah tersebut kerap dikaitkan dengan hal-hal yang sedang trending di media sosial seperti TikTok, Instagram, X, dan platform sosial lainnya. Fenomena ini seakan membuat hidup orang lain terlihat jauh lebih sempurna dibanding kenyataan kita.
Tapi apakah realita mereka benar-benar bahagia? Atau ini hanya ilusi yang membuat kita merasa tidak cukup? Mari kita pahami lebih dalam tentang FOMO, dampaknya, dan cara mengatasinya agar tidak terus merasa terjebak dalam ilusi dunia maya.
Apa Itu FOMO?
FOMO adalah perasaan takut atau cemas yang muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain sedang menikmati sesuatu yang lebih baik atau lebih menarik. Istilah ini pertama kali diperkenalkan dalam penelitian oleh Dr. Andrew Przybylski pada 2013, yang menemukan bahwa FOMO sering kali berasal dari kebutuhan dasar manusia untuk terhubung dan merasa diterima dalam lingkungan sosial.
ADVERTISEMENT
FOMO bukanlah sebuah fenomena yang baru, namun perkembangan teknologi dan media sosial telah memperparah dampaknya. Dengan kemudahan akses informasi, kita jadi lebih mudah membandingkan diri dengan orang lain dan membuat kita merasa tertinggal.
Hubungan FOMO dengan Media Sosial
Media sosial memainkan peran besar dalam memicu dan memperburuk FOMO. Instagram, TikTok, dan platform serupa memungkinkan pengguna untuk membagikan momen-momen terbaik dalam hidup mereka. Mulai dari liburan ke luar negeri hingga pencapaian karier yang membanggakan, semua unggahan ini menciptakan ilusi bahwa hidup orang lain jauh lebih sempurna daripada milik kita.
Menurut penelitian di Journal of Social and Clinical Psychology (2018), penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali dikaitkan dengan meningkatnya rasa tidak puas terhadap diri sendiri, yang memicu FOMO. Paparan terhadap unggahan media sosial ini dapat membuat seseorang merasa tidak cukup atau tertinggal karena cenderung membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang terkadang tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Dampak FOMO pada Kehidupan Kita
FOMO tidak hanya mempengaruhi perasaan seseorang, tetapi juga berdampak pada aspek kehidupan lain, termasuk kesehatan mental dan hubungan sosial. Berikut adalah beberapa dampaknya:
Melihat kehidupan orang lain yang terlihat sempurna dan menyenangkan dapat memicu rasa cemas, stres, bahkan depresi. FOMO cenderung membuat kita merasa tidak percaya diri dan meningkatkan kecemasan sosial.
Kebiasaan memeriksa media sosial sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur. Sebuah studi oleh Sleep Foundation menunjukkan bahwa cahaya biru dari layar ponsel dan kecemasan terkait FOMO dapat memperburuk insomnia.
FOMO dapat menyebabkan seseorang terlalu fokus pada apa yang terjadi di dunia maya, sehingga mengurangi produktivitas dan kemampuan berkonsentrasi pada pekerjaan atau studi di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
FOMO membuat kita lebih fokus pada apa yang tidak kita miliki, sehingga sulit untuk menghargai hal-hal positif yang sebenarnya ada dalam hidup kita.
Cara Mengatasi FOMO
Meski FOMO sudah menjadi bagian dari kehidupan modern, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
Dilansir dari Verywell Mind, membatasi waktu penggunaan media sosial dapat membantu mengurangi paparan terhadap konten yang memicu FOMO. Gunakan fitur screen time untuk mengontrol waktu yang dihabiskan di aplikasi tertentu.
Apa yang Anda lihat di media sosial hanyalah sebagian kecil dari hidup seseorang. Media sosial sering kali menampilkan “highlight reel” yang tidak mencerminkan realitas penuh. Setiap orang pasti ingin menunjukkan sisi terbaik dari diri mereka melalui sosial media.
ADVERTISEMENT
Luangkan waktu untuk menjalani aktivitas yang memberikan kebahagiaan nyata, seperti hobi, olahraga, atau berkumpul langsung dengan teman dan keluarga.
Melatih rasa syukur dapat membantu Anda lebih menghargai hal-hal kecil dalam hidup. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology (2017), rasa syukur dapat meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi stres.
Ambil waktu untuk berhenti total dari media sosial, meskipun hanya sehari atau seminggu. Ini membantu menyegarkan pikiran dan lebih fokus pada hal-hal yang penting.
FOMO adalah fenomena yang tidak bisa dihindari di era media sosial. Namun, dengan kesadaran dan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengurangi dampaknya dan fokus pada hal-hal yang benar-benar membuat kita bahagia. Ingatlah, hidup Anda tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Nikmati perjalanan Anda sendiri, karena setiap orang memiliki cerita yang unik dan menarik dengan caranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi:
Adrian, K. 2024. Mengenal FOMO dan Dampak Negatifnya. Diperoleh 10 Januari 2025, dari https://www.alodokter.com/mengenal-fomo-dan-dampak-negatifnya
Hunt, M. G. 2018. No More FOMO: Limiting Social Media Decreases Loneliness and Depression. Diperoleh 10 Januari 2025, https://guilfordjournals.com/doi/10.1521/jscp.2018.37.10.751
Millacci, T. S. 2017. What is Gratitude and Why Is It So Important? Diperoleh 10 Januari 2025, dari https://positivepsychology.com/gratitude-appreciation/
Scott, E. 2024. How to Deal With FOMO in Your Life. Diperoleh 10 Januari 2025, dari https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-fomo-4174664