Konten dari Pengguna

Program “Jelantah” Sosialisasi Pengolahan Limbah Minyak Goreng (Minyak Jelantah)

Jevon Febriano Soegiono
Mahasiswa Kimia, Universitas Negeri Malang
22 April 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jevon Febriano Soegiono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosialisasi bahayanya minyak jelantah terhadap lingkungan bagi masyarakat Gadang 21 A pada Selasa (26/03/23). (Sumber: Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sosialisasi bahayanya minyak jelantah terhadap lingkungan bagi masyarakat Gadang 21 A pada Selasa (26/03/23). (Sumber: Pribadi)
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) Aldizar Wicaksono, Aziz Fauzi, Jevon Febriano Soegiono, dan Muchammad Ilham, sedang melakukan sosialisasi bahaya membuang minyak jelantah di selokan atau tanah.
ADVERTISEMENT
Malang - Minyak goreng bekas atau jelantah sebaiknya tidak dibuang sembarangan, hal ini akan menjadi permasalahan lingkungan yang kompleks. Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) melaksanakan kegiatan sosialisasi pengolahan limbah minyak jelantah kepada warga sekitar. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gadang 21 A, kecamatan sukun, Kelurahan Gadang, Kota Malang pada Selasa, 26 Maret 2024.
Salah satu limbah rumah tangga yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan yaitu minyak goreng bekas atau minyak jelantah. Dilansir dari Traction Energy Asia, konsumsi minyak goreng konsumsi minyak goreng sawit pada tahun 2019 yatu 16,2 juta kilo liter, hal ini menjelaskan bahwa minyak jelantah yang dihasilkan berada pada kisaran 40-60% atau berada di kisaran 6,46 - 9,72 juta KL.
Dokumentasi salah satu selokan di Gadang 21 A (Sumber: Pribadi)
Minyak jelantah yang dibuang ke selokan dapat menurunkan kualitas air sehingga berdampak pada organisme sekitarnya. Untuk mengatasi masalah tersebut kami mahasiswa Universitas Negeri Malang melakukan kegiatan sosialisasi mengenai bahayanya limbah minyak jelantah.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama kami menjelaskan mengenai pengertian limbah minyak jelantah, dan bertanya mengenai kebiasaan membuang limbah minyak jelantah pada warga yang ada disana. Cukup banyak warga disana yang membuang limbah minyak jelantah di wastafel ataupun di selokan.
Dokumentasi sosialisasi (Sumber: pribadi)
“Kalau saya, biasanya langsung dibuang ke selokan soalnya kan cuma sedikit, jadi repot kalau harus ditampung dulu.” Khorid, salah satu warga disana.
Kami melanjutkan penjelasan mengenai dampak apa saja yang diberikan jika membuang limbah di selokan ataupun wastafel secara langsung. Limbah minyak jelantah berpotensi untuk mencemari tanah dan air, hal ini dikarenakan minyak jelantah mengandung zat karsinogenik dengan kadar asam dan peroksida yang tinggi sehingga berbahaya bagi organisme disekitarnya.
Tidak lupa juga, kami memberikan cara pengolahan limbah minyak jelantah yang benar. Cara pengolahan limbah minyak jelantah ada beberapa cara, yaitu sebelum dibuang biasanya dimasukkan ke botol plastik terlebih dahulu setelah itu bisa dibuang ke tempat sampah, atau merubah minyak jelantah menjadi padatan dengan bubuk agar-agar, sehingga akan lebih mudah untuk dibuang.
ADVERTISEMENT
“Namun minyak jelantah tersebut bisa dijual ke pengepul minyak dan dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel,” lanjutnya.
Sosialisasi berlangsung dengan baik, kami cukup bangga dengan antusias warga yang bertanya seputar minyak jelantah dan masih peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Kami juga melakukan kegiatan monitoring terhadap kegiatan tersebut, harapannya ketika kami sudah tidak berada di tempat tersebut program tersebut masih tetap berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, S. A,. (2021). Paparan Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Produksi Biodiesel dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. https://tractionenergy.asia/id/paparan-pemanfaatan-minyak-jelantah-untuk-produksi-biodiesel-dan-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia/. (Accesed: April 19, 2024).