Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pendidikan Karakter dengan Permainan Tradisional
28 Oktober 2023 19:13 WIB
Tulisan dari Bahren tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sebuah kata yang termasuk dalam kategori nomina (kata benda) yang memiliki makna proses, cara. Lebih lanjut kata ini dimaknai sebagai satu perbuatan mendidik proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sementara itu, karakter dalam kamus yang sama juga termasuk satu kata berkategori nomina (kata benda) yang diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Jika kita gabungkan kedua kata tersebut menjadi Pendidikan karakter maka artinya lebih kurang upaya yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mendewasakan orang lain dalam hal kejiwaan, ahklak, budi pekerti dan tabiat.
ADVERTISEMENT
Kemendikbud sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi bidang pendidikan ini pun telah merilis bahwa dalam rangka penguatan pendidikan karakter memiliki lima nilai utama yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri dan integritas. Kelima nilai utama itu kemudian dijabarkan menjadi 18 nilai-nilai karakter bangsa. 18 Nilai Pendidikan Karakter tersebut yaitu (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (lihat laman kemendikbud.id).
Kedelapan belas nilai-nilai pndidikan karakter bangsa itu tentunya tidak dapat diajarkan hanya melalui mata pelajaran formal di sekolah saja. Namun, lingkungan dan tempat tinggal peserta didik setidaknya juga memiliki andil dalam mengajarkan anak-anak dalam hal karakter ini. Melalui permainan tradisional misalnya anak-anak dapat diajarkan beberapa nilai pendidikan karakter tersebut. Nilai karakter kreatif contohnya, dengan adanya permainan tradisional anak-anak diajarkan untuk memiliki kreatifitas sendiri dalam melakukan permainan atau membuat alat untuk bermain permainan tradisional tersebut, sebagai contoh pada permainan lomba sendal batok kelapa. Anak-anak diajarkan bagaimana kreatif dalam memanfaatkan bahan baku yang ada disekitar mereka (batok kelapa) untuk dijadikan mainan. Batok yang memiliki bagian bermata, akan dipilih sepasang untuk kemudian dilobangi dan diberi tali sebagai pegangan untuk lenjalankan sednal batok tersebut. Selain Karakter kreatif pada permainan tradisional lomba sendal batok kelapa juga diajarkan kepada anak-anak untuk cinta lingkungan dengan memanfaatkan barang-barang yang dianggap sebagai barang bekas di sektar mereka menjadi benda yang lebih berguna dan bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Permainan tradisional lain, Gobak sorong misalnya, mengajarkan kepada para peserta didik untuk mampu bekerja sama, nilai disiplin terhadap tempat mereka ditugaskan, kerja keras menjaga tempat mereka agar lawan tidak mudah menembus masuk arena mereka. Permainan gobak sorong juga mengajarkan anak untuk berkarakter jujur, jika mereka memang telah kalah maka tim yang bertanding akan segera berganti posisi sebagai pihak yang menjaga dan pihak yang akan masuk ke arena gobak sorong.
Nilai-nilai kerja keras dan kemandirian bisa kita lihat dalam permainan engrang (egrang), seseorang yang tidak memiliki karakter kerja keras dan mandiri bisa dipastikan tidak akan bisa memainkan permainan yang perlu usaha untuk menyeimbangkan diri ini. Tekun dan kerja keras dalam berlatih mmainkan permainan engrang (engrang) serta percaya kepada diri sendiri bahwa kita bisa melakukannya sangat diperlukan dalam permainan ini. Jika pemain engrang (egrang) tidak memiliki dua karakter itu, maka mustahil baginya dapat menjalankan dan berdiri tegak di atas alat engrang dengan baik.
ADVERTISEMENT
Usaha yang serius dan bersinergi dari pihak sekolah dan orang tua serta lingkungan anak didik mestinya sudah saatnya dilakukan agar delapan belas nilai-nilai pendidikan karakter tersebut bisa dijalankan sebagaimana mestinya. Jika orang tua hanya mengandalkan pihak sekolah saja dalam memikirkan proses untuk menjalankannya maka tidak semua karakter akan dimiliki oleh anak kita. Sementara, karakter-karakter tersebut merupakan karakter-karakter penting bagi anak kita untuk masa depannya. Memperkenalkan anak dengan permainan-permainan tradisional mereka kembali juga adalah sebuah usaha yang mesti secepatanya dilakukan, apalagi saat ini kita dihadapkan pada sifat individualisme yang tinggi anak didik karena mereka telah dirasuki oleh gadget yang membuat mereka tidak peka lagi dengan lingkungan. semoga