Aktivis 98: Jangan Sampai Kekejaman Orde Baru Terulang

12 Mei 2017 23:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Acara "Melawan Kebangkitan Orde Baru" (Foto: Teuku Valdy/kumparan)
Kepemimpinan 32 tahun Presiden Soeharto sudah tamat 19 tahun silam. Namun suara-suara rindu presiden kedua Indonesia itu masih ada. Buktinya, meme bergambar The Smilling General yang disandingkan tulisan "Penak Zaman Ku Tho" bertebaran di media sosial dan tertempel di beberapa tempat.
ADVERTISEMENT
Fenomena itu diendus para aktivis yang ikut turun ke jalan ketika perjuangan menuju reformasi pada tahun 1998. Mereka yang tergabung dalam PENA 98 (Persatuan Nasional Aktivis 98) buka suara. Mereka menggelar acara menyalakan lilin yang bertepatan pada peringatan Tragedi Trisakti.
Dalam acara yang berlangsung di luar Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat (12/5), belasan tiruan nisan kayu bertulis nama-nama peristiwa pelanggaran HAM masa Orde Baru dijajarkan. Pengingat kekejaman Orde Baru itu berdampingan dengan manekin berbalut perban merah dan ratusan lilin yang dinyalakan.
Sejumlah orang duduk bersila di depannya. Mereka duduk sembari menyanyikan lagu-lagu yang biasa dilantunkan saat masih turun ke jalan.
Acara "Melawan Kebangkitan Orde Baru" (Foto: Teuku Valdy/kumparan)
Sedangkan di bagian dalam Galeri Cipta II, film dokumenter yang menceritakan masa-masa Reformasi diputar. Foto-foto dan koran yang memberitakan demonstrasi mahasiswa tahun 1998 juga ditampilkan.
ADVERTISEMENT
"Kami ingin mengingatkan kekejaman Orde Baru. Jangan sampai masa itu terulang kembali," kata Roy Simanjuntak, panitia acara yang juga turun ke jalan saat demonstrasi menuntut mundurnya Soeharto, kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (12/5).
Kemungkinan bangkitnya rezim pemerintah represif, disebut Roy, terlihat dengan masih berperannya para politisi yang berkaitan dengan Orde Baru.
Sementara itu, Mustar Bona Ventura, aktivis 98 dari Universitas Kristen Indonesia, menilai fenomena perpolitikan dan bernegara Indonesia semakin jauh dari cita-cita Reformasi. Dulu di tahun 1998 mahasiswa menghadang barisan senjata dan menduduki Komplek Parlemen Senayan untuk menjadikan Indonesia negara maju.
"Negara maju itu multikultural, multietnis, sekarang kok mundur. Isu SARA malah dimainkan lagi. Itu cara-cara Orba," kata Roy.
ADVERTISEMENT
Acara "Melawan Kebangkitan Orde Baru" (Foto: Teuku Valdy/kumparan)
Dia menduga pendukung Orde Baru saat ini coba kembali menggalang kekuatan untuk kemudian bangkit kembali. "Jangan sampai 20 tahun setelah Reformasi, Orde Baru bangkit lagi," sebutnya.
Mustar juga khawatir akan kebebasan di Indonesia kembali dibelenggu dan dominasi pemerintahan kelompok tertentu, sebab masih adanya sejumlah orang mendukung praktik tersebut. Terlebih melihat penindakan hukum untuk pelaku pelanggaran HAM pada masa Orde Baru masih lemah.
"Harusnya diberantas sampai ke akar-akarnya, tapi pemerintah masih setengah-setengah," tutur Mustar.