Konten dari Pengguna

Bonus Demografi: Peluang atau Tantangan Ekonomi?

Jihan Faradilla
Mahasiswi aktif UIN Jakarta fakultas ekonomi dan bisnis prodi Ekonomi Pembangunan angkatan 2024
31 Oktober 2024 5:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jihan Faradilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bonus demografi, sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bonus demografi, sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
Bonus demografi merupakan kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Fenomena ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan dalam pembangunan ekonomi, terutama di negara seperti Indonesia yang saat ini mengalami pergeseran demografis yang signifikan. Dalam konteks ekonomi, bonus demografi membawa banyak peluang. Pertama, peningkatan jumlah tenaga kerja yang terampil dapat mendorong produktivitas. Dengan populasi yang lebih besar dalam usia kerja, Indonesia dapat meningkatkan output ekonomi dan daya saing di pasar global. Selain itu, dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang meningkat, sektor-sektor baru seperti teknologi informasi dan layanan dapat berkembang, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan inovasi.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, bonus demografi juga memperkuat konsumsi domestik. Masyarakat yang produktif cenderung memiliki daya beli lebih tinggi, yang dapat mendorong pertumbuhan pasar domestik. Inisiatif kewirausahaan pun dapat berkembang, menghasilkan berbagai produk dan layanan yang lebih inovatif. Namun, bonus demografi juga membawa tantangan yang tidak boleh diabaikan. Salah satunya adalah penyediaan lapangan kerja. Jika tidak ada kebijakan yang tepat, jumlah tenaga kerja yang meningkat justru dapat menimbulkan pengangguran yang tinggi. Hal ini dapat terjadi jika pasar kerja tidak mampu menyerap semua lulusan baru dari institusi pendidikan. Tantangan lain adalah kualitas pendidikan dan keterampilan. Meskipun jumlah tenaga kerja meningkat, jika kualitas pendidikan tidak diperbaiki, maka produktivitas tenaga kerja akan tetap rendah. Oleh karena itu, pemerintah perlu berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan agar generasi muda siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif. Selain itu, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat juga menjadi fokus penting. Bonus demografi tidak hanya tentang jumlah, tetapi juga tentang kualitas hidup. Pemerintah harus memastikan bahwa layanan kesehatan dan jaminan sosial tersedia untuk mendukung populasi yang produktif agar tetap sehat dan mampu bekerja secara efektif. Ketimpangan ekonomi dan sosial juga harus diatasi. Jika bonus demografi tidak diimbangi dengan pemerataan pembangunan, maka ketidakadilan sosial akan meningkat, menciptakan potensi konflik sosial di masa depan. Kesimpulannya, bonus demografi dapat menjadi peluang signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik. Namun, tantangan yang ada harus diatasi melalui kebijakan yang proaktif dalam pendidikan, kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja. Dengan langkah yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi sebagai pendorong kemajuan ekonomi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT