Konten dari Pengguna

Harmoni di Lapas Perempuan: Menentang Stereotip Hubungan Petugas dan Narapidana

Jihan Maliha Aini
Mahasiswa, UINSI Bimbingan dan Konseling Islam
4 November 2024 15:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jihan Maliha Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tengarong merupakan contoh menarik bagaimana Lembaga Pemasyarakatan bisa lebih dari sekedar tempat menjalani hukuman. Di tengah stigma dan stereotip seputar kehidupan penjara, penjara ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, keharmonisan antara petugas dan narapidana dapat dicapai, sehingga menciptakan lingkungan yang cocok untuk menjadi lebih baik ke dalam masyarakat.
Kegiatan Nail Art di Lapas. Foto Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Nail Art di Lapas. Foto Dokumen Pribadi

Stereotip yang diberikan pada narapidana sering kali bersifat negatif dan mengabaikan rasa kemanusiaannya. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang berada di Lapas tidak berhak mendapatkan kesempatan kedua. Namun, di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tengarong, hubungan luar biasa antara petugas dan narapidana mengakui bahwa setiap individu berhak dihormati dan diberi kesempatan untuk berubah, terlepas dari kesalahan masa lalu berhak mendapatkan peluang untuk lebih baik lagi.

ADVERTISEMENT

Satu hal yang menonjol dari Lapas ini adalah interaksi yang ramah dan komunikatif antara petugas dan warga binaan. Petugas tidak hanya berfungsi sebagai wali tetapi juga sebagai mentor dan rekan kerja. Mereka memahami bahwa narapidana adalah orang-orang yang memiliki perasaan, harapan, dan impian. Ketika ada suasana saling menghormati, narapidana akan lebih nyaman membuka diri dan menceritakan pengalaman sedih dan bahagianya.

Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tengarong juga melaksanakan program rehabilitasi yang mendukung pengembangan keterampilan dan karakter narapidana. Program-program tersebut tidak hanya berfokus pada bidang akademis, namun juga pada skill. Misalnya, ada kursus pelatihan keterampilan menjahit, memasak,kerajinan tangan, pertanian,membuat kue dan salon, yang memungkinkan narapidana mengembangkan bakatnya. Dengan mempelajari keterampilan baru, narapidana tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga kepercayaan diri yang akan membantu mereka ketika kembali ke masyarakat.
Kegiatan pertanian dan laundry di Lapas. Foto Dokumen Pribadi
Keharmonisan yang tercipta di dalam lapas juga tercermin dalam aktivitas sosial para narapidana. Kegiatan tersebut meliputi membatik, menanan tanaman, melaundry, membuat kue, menjahit. Inisiatif ini memberikan kesempatan bagi para narapidana untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sekaligus membantu mereka membangun kembali citra diri yang mungkin telah rusak.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat tantangan dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara petugas dan narapidana. Berurusan dengan narapidana dengan latar belakang, trauma, dan perilaku berbeda bisa menjadi tugas yang petugas. Namun, petugas Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tengarong fokus untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung mereka dilatih untuk memahami dan menangani masalah yang mungkin timbul dan melakukan pendekatan penuh kasih kepada setiap narapidana.
Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan dan pendidikan lanjutan para petugas juga sangat penting untuk menciptakan keharmonisan petugas yang memahami psikologi narapidana dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan lebih mampu membangun kepercayaan. Dengan cara ini, narapidana dapat berbagi dan berinteraksi dengan lebih aman, sehingga meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan rehabilitasi.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tengarong dalam melawan stereotip tersebut memberikan pembelajaran berharga bagi lembaga pemasyarakatan lainnya semua lembaga pemasyarakatan harus memahami bahwa narapidana adalah anggota masyarakat dan harus diperlakukan secara bermartabat. Melalui hubungan yang saling menghormati, kita dapat memutus siklus prasangka yang menyelimuti kehidupan penjara.
Kerhamonisan yang tercipta di Lembaga Pemasyarakatan tidak hanya akan menguntungkan para narapidana, tapi juga spetugasnya. Mereka melihat perubahan positif dalam penangkaran, yang menjadi alasan untuk terus berinvestasi dalam hubungan tersebut. Melihat narapidana bertumbuh, menjadi manusia yang lebih baik, menjadikan pekerjaannya lebih menyenangkan dan bermakna.
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tenggarong adalah contoh yang baik bagaimana mematahkan prasangka buruk terhadap narapidana dengan cara yang positif. Dengan menciptakan lingkungan yang positif, namun juga memberikan harapan kepada Masyarakat setiap narapidana memiliki potensi untuk menjadi kepribadian yang lebih baik, dan dengan dukungan petugas Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tenggarong ia dapat mencapai potensi tersebut. Koordinasi antara petugas Lembaga Pemasyarakatan dan narapidana merupakan langkah pertama menuju perubahan yang lebih baik, tidak hanya dalam kehidupan mereka sendiri, namun juga di lingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT