Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Penggunaan Generatif AI Membuka Akses Perang Digital dalam Konflik Israel-Hamas
17 Januari 2025 21:45 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Jihan Novitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketika AI Jadi Senjata Alternatif Terkuat dalam Konflik Israel-Hamas
ADVERTISEMENT
Awal mula perlawanan baru di Gaza pada 7 Oktober 2023. Hamas melancarkan serangan yang menandai eskalasi dramatis dalam konflik Israel-Palestina dan belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan ini memperlihatkan dampak yang luar biasa, beda dari sebelumnya. Bahkan menarik perhatian seluruh negara di penjuru dunia. Hamas mengirimkan serangan ribuan roket yang ditembakan ke wilayah Israel dan infiltrasi darat ke beberapa kelompok masyarakat sipil yang tengah berada di festival musik. Memicu reaksi keras dan tajam dari militer Israel, termasuk pengepungan di Gaza dan serangan rudal di udara yang merenggut lebih dari 5000 nyawa. Sementara Israel meluncurkan serangan udara yang masif ke Gaza sebagai balasan, menyebabkan lebih dari 33.000 nyawa dikabarkan melayang termasuk wanita dan anak-anak di pihak Palestina.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, penyebaran informasi palsu melalui platform media sosial berkembang pesat. Tak hanya menambah kekacauan saja, tetapi juga memperburuk emosi jutaan orang di seluruh penjuru dunia. Penggunaan platform digital memfasilitasi penyebaran konten visual secara masif dan intens. Misalnya Instagram, Twitter, dan TikTok bak medan pertempuran informasi. Meskipun platform media sosial menawarkan akses langsung ke informasi, sebagian besar penggunaan mengarah pada lahan subur untuk menyebarkan kebohongan. Di mana konten yang diunggah dapat dimanipulasi dan mempengaruhi opini publik sebelum memverifikasi kebenaran terlebih dahulu. Karakteristik konten berupa visual fotografi melalui bantuan Generative Artificial Intelligence (GAI). Bagaimana teknologi ini menghadirkan tantangan baru dalam upaya menjaga integritas informasi khususnya konflik internasional. Dalam studi hubungan internasional, seni visual berbasis AI telah menjadi instrumen soft power yang powerful dalam diplomasi publik dan perang informasi kontemporer. Namun, penggunaanya menentang jauh melampaui aspek teknologis dalam konflik internasional.
ADVERTISEMENT
Definisi Generative Artificial Intelligence (GAI)
AI generatif atau dikenal dengan istilah Kecerdasan Buatan (AI) merupakan salah satu jenis AI yang mampu menghasilkan produk berupa konten, teks, gambar, audio atau video. Bekerja dengan menggunakan sejumlah parameter yang terinspirasi oleh koneksi dalam otak manusia. Perbedaan utama AI generatif dan bentuk AI lainnya adalah bahwa sistem AI generatif dapat mengembangkan keluaran baru, bukan hanya memprediksi dan mengkategorikan saja. Beberapa contoh AI generatif gambar atau video seperti Bing Image Creator, DALL-E 3, Mid Journey, dan Stable Diffusion. Dengan semua kemudahan teknologi ini, minat menggunakan AI semakin meningkat secara signifikan, tidak hanya dari negara, sektor swasta atau masyarakat umum tetapi juga organisasi ekstremis melihat peluang untuk memperluas propaganda mereka dan meningkatkan pengaruh mereka di seluruh dunia bertujuan mendapat dukungan. Di sisi lain, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa penggunaan GAI telah memberikan kontribusi pada taktik dan modus melalui fitur deepfake, yaitu pemalsuan visual berupa audio dan visual.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Kerja Generative Artificial Intellegence (GAI) dalam Menghasilkan Produk ?
Beragam jenis AI telah berkembang pesat tahun ini, hampir semua orang kini dapat menggunakan generator AI untuk membuat konten melalui gambar yang tampak nyata. Pengguna harus menuliskan masukan atau ide berupa instruksi atau deskripsi oleh aplikasi seperti Mid Journey atau Dall-E dengan imbuhan perintah, termasuk spesifikasi dan informasi mengenai apa yang ingin diciptakan. Kemudian perangkat mengubah perintah tertulis menjadi sebuah gambar sesuai dengan basis data yang telah di input.
Umumnya seseorang menciptakan ilustrasi dalam bentuk visual yang lebih artistik, sementara generatif AI menciptakan gambar dengan kualitas yang lebih realistis. Misalnya, jika pengguna meminta model AI berbasis teks untuk menulis artikel tentang suatu topik, maka produk yang dihasilkan akan menggunakan pola yang telah diproses untuk menghasilkan teks yang relevan. Dalam hal gambar, pengguna dapat menuliskan deskripsi, generatif AI akan menghasilkan ilustrasi yang sesuai dengan deskripsi tersebut.
ADVERTISEMENT
Semua ini berlaku untuk gambar yang berkaitan dengan konflik di Timur Tengah. Menurut penelitian (Eisele & Steinwehr, 2023) , masyarakat saat ini memanfaatkan teknologi tersebut untuk menciptakan adegan yang lebih atau kurang realistis. Seringkali dimaksudkan untuk menangkap momen emosional guna menyebarkan narasi tertentu.
Dalam konflik memanas Israel-Hamas telah menciptakan gelombang kejutan emosi yang sangat tinggi, termasuk penyebaran disinformasi melalui gambar AI yang bekerja dengan sangat baik. Keberpihakan pada dua kubu yang ekstrim merupakan tempat berkembang biaknya berbagai konten palsu dan menjurus pada emosi.
Bagaimana Generative Artificial Intelligence (GAI) Membentuk Narasi Publik ?
Peluang ketertarikan publik melalui generatif AI dapat menghasilkan kemampuan memengaruhi lebih tinggi, apalagi memungkinkan seseorang tidak dapat membedakan mana konten yang asli dan palsu. Salah satu cara GAI membentuk narasi publik adalah melalui pembuatan konten yang dapat disesuaikan kebutuhan audiens. Memanfaatkan data demografis, kondisi psikologis, atau preferensi individu, GAI mampu menghasilkan pesan yang relevan dan menarik ditujukan bagi kelompok tertentu. Hal ini memungkinkan pihak yang menggunakannya dapat memperkuat pengaruh mereka secara lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bantuan teknologi deepfake mendukung generatif AI membuat video atau audio palsu yang tampak sangat realistis. Faktanya fitur ini justru melemahkan fungsi utamanya yaitu memperluas penyebaran informasi palsu, menciptakan ketidakpercayaan, atau merusak reputasi individu atau kelompok.
Dalam konflik ini upaya kampanye dilakukan alih-alih sebagai alat propaganda, video deepfake sering kali digunakan untuk membingkai narasi tertentu yang menguntungkan satu pihak bahkan merugikan pihak lain.
Gambar-gambar tersebut langsung menyebar di media sosial sebagai bentuk dukungan dan harapan tinggi oleh aktivis dari salah satu pihak yang sebelumnya memulai terlebih dulu dari karya All Eyes on Rafah bertujuan menyebarkan dan menciptakan kesadaran solidaritas internasional tentang isu yang sedang dihadapi oleh masyarakat Palestina dalam serangan Israel-Hamas, serta mengkritik tindakan pemerintah Israel sebagai bentuk penindasan karena telah menewaskan 33.000 lebih penduduk Palestina tanpa memandang bulu termasuk kelompok rentan wanita dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Visualisasi Memperkuat Klaim dan Fakta
Beberapa objek seperti gambar bayi, masyarakat terluka, dan kelompok rentan dalam serangan tersebut tampaknya diorganisir dengan teknologi generatif AI untuk menciptakan lebih banyak kekacauan dan konten yang mengganggu di internet. Penggunaan beberapa objek tertentu mampu mengindikasikan keberpihakan dalam menghasilkan produk generatif AI seperti gambar pengungsi atau kehancuran rumah-rumah sipil akibat serangan udara identik digunakan pro Palestina. Sementara visualisasi roket yang diluncurkan ke wilayah pemukiman atau ledakan guna memperkuat klaim mereka bahwa adanya ancaman keamanan berada di pihak Israel.
Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, harapan tetap harus diarahkan pada solusi damai yang memprioritaskan kemanusiaan di atas segala bentuk inovasi. Salah satu perhatian terbesar pihak berwenang adalah penggunaan Generative AI menawarkan peluang untuk menyebarkan kesadaran. Namun, ada juga kritik terkait dampak etisnya. Sehingga harus dikelola dengan bijak agar tidak memperburuk penderitaan manusia, melainkan menjadi alat untuk mendorong dialog, keadilan, dan perdamaian di tengah konflik.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Schiff, Kaylyn J., Schiff S. Daniel, and Natalia S. Bueno. 2024. “The Liar’s Dividend: Can Politicians Claim Misinformation to Evade Accountability?” American Political Science, (Februari), 1-20. https://doi.org/10.1017/S0003055423001454.