Pemilu 2024: Peran Vital Generasi Muda dalam Menentukan Arah Indonesia

Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Dalam Pemilu 2024 yang semakin dekat, panggilan untuk generasi muda Indonesia menjadi semakin kuat. Masa depan bangsa berada di tangan mereka dan keikutsertaan dalam proses pemilihan memiliki dampak yang besar.

Faktanya, pada Pemilu 2024 nanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebesar 204,8 juta jiwa dan ternyata pemilih muda tercatat sebagai kelompok “dominan dengan angka mencapai 56,4% dari total DPT (Dihni, 2023).

Tidak hanya sekadar memilih, tetapi anak muda juga memilih dengan bijak dan selektif. Hal ini karena mereka berpotensi untuk menjadi kekuatan penggerak perubahan yang positif.

Di masa kini, generasi muda adalah pilar utama pembangunan bangsa. Dalam Pemilu 2024, partisipasi mereka memiliki arti yang jauh lebih dalam daripada sekadar memilih seorang ‘calon’. Ini berbicara tentang mewujudkan nilai-nilai dan aspirasi yang ingin diterjemahkan dalam kebijakan dan arah bangsa ke depannya. Dengan suara mereka, generasi muda dapat mengambil peran aktif dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik.

Ilustrasi Surat Suara Pemilu 2019. Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Namun, tentu peran mereka ini seringkali menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah bagaimana anak muda harus menghindari golput. Pasalnya, memutuskan untuk tidak memilih dapat merugikan proses demokrasi.

Suara generasi muda adalah energi baru yang dapat membentuk masa depan dan dengan ikut memilih mereka memiliki kesempatan untuk membawa perubahan positif melalui pemilihan pemimpin yang tepat.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UMN Consulting, berkaca dari Pemilu 2019 lalu, golput anak muda disebabkan oleh faktor teknis. Sebanyak 35,9 persen dari pemilih muda tidak ikut memilih yaitu karena alasan masalah pribadi seperti sakit, masalah kedukaan, dan semacamnya.

Selain itu, sebanyak 10,26 persen mereka memutuskan golput karena kebanyakan visi dan misi yang diusung para capres dan cawapres berseberangan dengan ideologi politik mereka. Walaupun pada 2019 lalu, persentase golput pemilih muda memang rendah, kita tetap tidak boleh lengah (UMN Consulting, 2022).

Ilustrasi remaja bernyanyi di taman. Foto: Tom Wang/Shutterstock

Kedua, adalah bagaimana anak muda bisa memilih dengan bijak. Mereka diharapkan tidak hanya ikut-ikutan, tetapi generasi muda harus memahami program-program dan visi masing-masing calon dengan saksama.

Melakukan penelitian, menggali informasi, dan membandingkan alternatif-alternatif yang ada menjadi langkah penting dalam memastikan bahwa suara yang diberikan adalah suara yang cerdas.

Selain itu, di era informasi digital saat ini, generasi muda memiliki akses ke informasi lebih dari sebelumnya. Pemahaman akan isu-isu terkini, tantangan global, dan kebutuhan masyarakat tentu dapat menjadi dasar untuk memilih dengan bijak.

Dengan pengetahuan yang akurat, suara generasi muda akan menjadi suara yang dapat memberikan arah positif demi kemajuan bangsa dan negara ke depannya.

Melalui Pemilu 2024, generasi muda dapat menjadi motor perubahan yang mengarah pada kebijakan-kebijakan inklusif, peningkatan kualitas pendidikan, pembangunan ekonomi berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini adalah momen untuk membuktikan bahwa anak muda Indonesia memiliki dedikasi, pandangan, dan tekad untuk membawa perubahan.

Pemilu 2024 merupakan panggilan untuk seluruh generasi muda bangsa Indonesia. Dengan berpartisipasi dan memilih secara bijak, mereka tidak hanya sekadar menciptakan kemajuan, tetapi juga mewujudkan impian dan harapan bersama.

Masa depan Indonesia berada di tangan kita, anak muda. Inilah saatnya untuk berdampak dan bersama-sama membangun bangsa yang lebih baik dan sejahtera.