Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Standar Kecantikan dan Masuknya Budaya Asing ke Indonesia
4 November 2024 18:26 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari jocelynpinkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Standar kecantikan menjadi satu hal yang sering diperbincangkan di khalayak umum, Indonesia merupakan salah satunya. Kecantikan merupakan satu hal yang diidam-idamkan oleh setiap perempuan di Indonesia. Pasalnya, kecantikan merupakan sebuah privilege bagi perempuan. Kecantikan menjadi tuntutan sosial dimana wanita ingin mendapat penghargaan atau rasa penerimaan diri dengan menyesuaikan diri dengan standar kecantikan yang ada. Menurut Ashad Kusuma
ADVERTISEMENT
Djaya pada tahun 2007 Kecantikan merupakan hal yang mencakup fisik, mental atau kepribadian.
Adanya pergeseran standar ini dipengaruhi oleh globalisasi yang mempertemukan standar kecantikan berbagai negara. Semakin rendahnya biaya transportasi juga memudahkan interaksi negara masing dengan negara Indonesia. Dengan teknologi yang semakin canggih, Khususnya dengan adanya media massa yang menayangkan standar kecantikan mereka lewat televisi, Youtube, hingga Tiktok, hal ini dapat mempercepat atau mempermudah pertukaran kebudayaan yang lebih cepat antar negara di era globalisasi ini. Apabila di masa lampau Indonesia hanya terpaku pada konsep kecantikan mereka sendiri, kini pandangan masyarakat Indonesia akan standar kecantikan perlahan berubah dengan sendirinya.
Standar kecantikan di Indonesia sudah dipengaruhi oleh banyak negara dimana standar kecantikan ini terkonstruksi sebagai konsep ideal mengenai kecantikan yang seharusnya dimiliki oleh perempuan. Konsep yang dimaksud adalah bentuk tubuh yang langsing, warna kulit yang putih seakan-akan menjadi target yang harus dicapai oleh semua perempuan. Konsep ini datang karena pengaruh dari berbagai negara seperti negara Korea. Kegemaran masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea yaitu K-pop berdampak pada pola pemikiran dan standar-standar yang sudah ada di Indonesia. Sebagian perempuan yang menggemari K-pop sangat mendambakan visual seorang K-pop idol sehingga mereka merasa bahwa perempuan yang sempurna harus menyerupai idola mereka.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi salah satu bukti terjadinya globalisasi yang mempengaruhi budaya suatu negara. Melalui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat pesat, budaya baru dari negara lain akan sangat mudah masuk dan mempengaruhi budaya dalam negara tersebut. Jika tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, budaya yang baru akan merusak pola perilaku masyarakat sehingga akan memunculkan masalah-masalah seperti diskriminasi dan ketidak percayaan diri serta penyakit mental lainnya. Dengan begitu, akan ada banyak orang yang tersiksa akibat adanya perpindahan budaya, dalam konteks ini adanya perubahan dalam standar kecantikan yang sudah ada.
Fenomena ini terjadi langsung dalam negara kita, Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memiliki warna kulit yang lebih gelap dibandingkan masyarakat dari asia timur. Korea tepatnya. Saat ini, banyak masyarakat Indonesia yang mengidolakan selebriti asal Korea seperti Yoona dari Girls Generation, Jisoo dari Blackpink, dan masih banyak lagi aktris Korea yang diidolakan masyarakat mancanegara. Karena fenomena ini, banyak masyarakat terutama wanita yang berusaha untuk menjadi cantik dengan standar seperti aktris-aktris asal Korea tersebut. Pada awalnya, hal ini tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Namun semakin lama, standar kecantikan yang ada di Indonesia berubah dan menjadikan kecantikan aktris-aktris Korea sebagai standar yang baru. Dan karena itu, banyak wanita terutama pada anak remaja yang merasa tidak percaya diri dengan penampilan mereka. Tak hanya itu, bahkan juga banyak orang dewasa yang merasa insecure karena penampilan dan warna kulit mereka tak seperti aktris Korea yang diidolakan. Dengan begitu, masyarakat umum terutama masyarakat pada usia remaja hingga dewasa yang ada di Indonesia memiliki resiko depresi atau stress akibat dari tuntutan sosial yang ada di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
Adanya standar kecantikan yang secara perlahan berubah di Indonesia yang dipengaruhi karena adanya perubahan sosial dan juga proses interaksi antar individu dari satu negara dengan negara lainnya. Perubahan sosial yang terjadi saat ini tentu mengarah pada tujuan tertentu dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang merupakan salah satu produk hasil dari evolusi yang dapat mempercepat pertukaran kebudayaan dari penjuru dunia. Fenomena pergeseran standar kecantikan ini sudah terjadi sejak kemunculan Bangsa Eropa ke Indonesia pada tahun 1512 dengan menggunakan kapal sebagai alat transportasinya. Dengan datangnya Bangsa Eropa ke Indonesia, budaya seperti standar kecantikan yang ada berubah sesuai dengan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Portugis yang bertolak belakang dengan ciri khas fisik yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini pun berlanjut sampai ke era masuknya Jepang ke Indonesia. Pada saat itu, Jepang berusaha sekuat tenaga untuk menampilkan perempuan Jepang agar menjadi standar kecantikan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan perempuan-perempuan Jepang yang kerap muncul pada majalah-majalah seperti “Poetri Nippon” atau juga pada film-film Jepang. Figur perempuan Jepang juga kerap muncul pada majalah Indonesia yaitu “Djawa Baroe” pada sekitar tahun 1943. Namun hal ini menjadi usaha yang gagal karena pada masa itu perempuan-perempuan Eropa masih mendominasi standar kecantikan dalam banyak hal, salah satunya pada iklan kosmetik.
Negara Korea dikenal sebagai negara yang memiliki standar kecantikan yang tinggi. Kini, standar kecantikan Indonesia beralih ke standar kecantikan di Korea karena adanya Korean wave. Gelombang korea atau Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada fenomena tersebarnya budaya pop Korea (K-pop) secara global di berbagai negara di seluruh dunia yang dimulai dari tahun 1990-an. Negara Korea dikenal sebagai negara yang memiliki standar kecantikan yang tinggi. Keberadaan budaya K-pop menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi standar kecantikan di Indonesia saat ini. Salah satu bukti dari hal ini dengan banyaknya video dan postingan di media sosial seperti Tiktok dan Instagram yang menampilkan kalau masyarakat Indonesia saat ini sangat menginginkan penampilan fisik yang dimiliki oleh selebriti asal Korea. Hal ini juga ditunjukan lewat maraknya penggunaan citra Korea di Indonesia dalam berbagai produk seperti halnya makeup, skincare karena banyaknya selebriti Korea dengan yang dijadikan brand ambassador oleh industri di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Banyaknya pengaruh standar kecantikan Indonesia dari berbagai negara menimbulkan banyak masalah, terutama dalam media sosial. Cemooh yang mengacu pada fisik seseorang seringkali dilontarkan terhadap wanita Indonesia di media sosial. Salah satu fenomena verbal bullying yang sedang ramai yaitu komentar “aura maghrib” yang merujuk pada seseorang dengan kulit gelap dilontarkan dengan tujuan yang negatif. Lontaran seperti ini merupakan salah satu dampak dari standar kecantikan Korea yang mendambakan kulit putih, namun standar kulit putih ini sendiri memiliki kesenjangan dengan warna kulit masyarakat Indonesia pada umumnya yang kecoklatan. Akibatnya, timbul rasa tidak penerimaan diri hingga sikap konsumtif seperti pembelian produk kecantikan dan prosedur estetika dengan harga yang tinggi.
Dari kejadian ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena ini. Berdasarkan teori evolusi milik Herbert Spencer yang menjelaskan bahwa manusia mengalami perubahan secara perlahan sesuai dengan arah dan tahapannya, memperjelas bahwa sejak dahulu manusia telah mengalami banyak perubahan mulai dari teknologi, pola pikir, serta pola perilaku manusia yang juga ikut berubah. Saat ini, teknologi yang ada dan dimiliki masyarakat sudah sangat berkembang dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Perubahan yang terjadi memiliki banyak dampak yang diberikan. Sebagai contoh dari dampak dari evolusi dan perkembangan manusia dalam bidang teknologi adalah jaringan internet yang menyebabkan banyaknya pengguna sosial media.
ADVERTISEMENT
Berkembangnya jaringan internet dan sosial media serta bertambahnya pengguna sosial media inilah yang menjadi awal dan sumber dari masuknya budaya asing ke dalam suatu negara dan berpotensi merubah budaya yang dimiliki negara tersebut sejak dulu. Inilah yang menyebabkan adanya perubahan standar kecantikan di Indonesia yang saat ini menjadikan selebriti dari Korea sebagai standar kecantikan bagi wanita Indonesia. Singkatnya, fenomena ini terjadi akibat dari perkembangan pesat teknologi seperti jaringan internet dan media sosial yang mempercepat globalisasi dan akhirnya menimbulkan pergeseran budaya yang dapat berdampak buruk bagi masyarakat suatu negara. Dalam hal ini, berubahnya standar kecantikan di Indonesia yang menimbulkan efek verbal bullying, yaitu lontaran istilah “aura maghrib” yang merujuk pada orang-orang berkulit gelap dengan tujuan negatif.
ADVERTISEMENT
Dengan mengkaji menggunakan definisi globalisasi milik Anthony Giddens, fenomena pergeseran standar kecantikan ini disebabkan oleh globalisasi yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kecantikan dimana terjadi peningkatan intensifikasi hubungan sosial di tingkat internasional yang mempertemukan berbagai tempat, termasuk kebudayaan dan pola pikir. Dengan adanya teknologi sebagai produk globalisasi, semakin mudah mempertemukan tempat yang satu dengan lainnya, baik secara langsung maupun melalui media massa, peristiwa di tempat yang jauh mampu mempengaruhi kejadian di suatu tempat. Meskipun hanya menyaksikan figur dengan standar kecantikan tertentu lewat gawai, seseorang dapat terpengaruh oleh standar kecantikan tersebut, khususnya dengan maraknya komentar netizen yang ikut mendamba-dambakan standar kecantikan tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan ruang lingkup globalisasi dalam bidang sosial dan budaya dimana pertukaran unsur-unsur kebudayaan satu dengan lainnya semakin mudah, namun juga memberi dampak negatif seperti ancaman bagi kebudayaan lokal, yang di dalam konteks ini, wanita Indonesia mulai melupakan citra kecantikan alami milik mereka.
ADVERTISEMENT
Standar kecantikan yang berbeda-beda di setiap negara sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup masyarakat, terutama di Indonesia. Melihat bahwa standar kecantikan ini sudah ada dari zaman masuknya bangsa Eropa ke Indonesia, representasi bahwa perempuan yang cantik itu harus memiliki kulit yang putih dan berbadan langsing dapat dikatakan sudah menjadi hal yang biasa dalam masyarakat. Semakin berkembangnya zaman, standar kecantikan ini semakin tinggi sehingga menyebabkan banyak permasalahan dalam masyarakat terutama dalam media sosial. Dengan teknologi yang sudah semakin canggih, budaya lain masuk dengan mudah ke dalam Indonesia sehingga merubah standar kecantikan yang sudah ada di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sangat mendambakan kulit putih, padahal kenyataannya, Indonesia merupakan yang negara yang multikultural dimana terdapat banyak warna kulit dan bentuk tubuh yang berbeda-beda. Kecantikan tidak seharusnya dilihat dari kulit putih dan berbadan langsing. Namun, mirisnya masih banyak sekali orang yang tidak bisa menerima perbedaan ini karena standar kecantikan yang sudah terbentuk sejak dulu. Pengaruh budaya dari negara lain akhirnya memunculkan kata “aura maghrib” yang sering sekali ditemukan dalam jejaring sosial di Indonesia. Kata ini muncul karena adanya ketidaksesuaian seseorang akan standar kecantikan yang ada. Sehingga menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri. Keberadaan standar kecantikan dari berbagai negara juga bisa memicu adanya verbal bullying dalam media massa karena tabrakan perbedaan persepsi kecantikan yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Masuknya standar kecantikan ini dipengaruhi karena beberapa faktor. Teori milik Herbert Spencer menjadi salah satu faktor dimana dijelaskan bahwa manusia mengalami perubahan secara perlahan sesuai tahapannya. Teknologi yang semakin berkembang membuat masyarakat dengan mudah mengakses internet secara luas, sehingga mempengaruhi pandangan masyarakat Indonesia akan standar kecantikan. Globalisasi menjadi elemen yang mempengaruhi fenomena pergeseran standar kecantikan saat ini. Kebudayaan satu tempat dengan yang lainnya dapat dengan mudah saling mempengaruhi dengan adanya teknologi. Namun pertukaran kebudayaan ini dapat mengancam kebudayaan lokal, seperti yang kita lihat terhadap fenomena pergeseran standar kecantikan Indonesia sehingga mengakibatkan ketimpangan antara kecantikan alami Indonesia dengan standar kecantikan negara lain.