Konten dari Pengguna

Misi Kebhinnekaan Paus Fransiskus untuk Dunia Melalui Indonesia

Jody Pratama Pongtiku
Seorang Pegawai di Kementerian Keuangan dan Mahasiswa di Politeknik Keuangan Negara STAN.
6 September 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jody Pratama Pongtiku tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (kanan) mencium tangan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar usai melakukan foto bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (kanan) mencium tangan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar usai melakukan foto bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Umat Katolik di Indonesia saat ini sangat antusias karena pemimpin Gereja Katolik sekaligus Pemimpin Takhta Suci Vatikan, Sri Paus Fransiskus, melawat ke Indonesia. Kunjungan ini tentunya menjadi momen yang sangat langka dan penting. Terakhir kali kunjungan Sri Paus adalah 35 tahun yang lalu, ketika Sri Paus Yohanes Paulus II mengunjungi tanah air kita.
Kunjungan Sri Paus Fransiskus kali ini tidak hanya menjadi momen bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. Kunjungan ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Takhta Suci Vatikan yang telah terjalin sejak tahun 1947. Ini juga sekaligus menjadikan Vatikan sebagai salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.
“Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa” menjadi tema utama misi apostolik Sri Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Indonesia. Perjalanan Apostolik sendiri, menurut Vatican News, adalah lawatan resmi yang dilakukan Paus sebagai pemimpin spiritual Gereja Katolik ke berbagai komunitas Gereja di seluruh dunia. Tema ini yang selaras dengan Bhinneka Tunggal Ika yang dianut oleh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berbagai suku, ras, dan agama bersatu dalam satu jati diri Indonesia, mencerminkan kekayaan budaya dan keberagaman yang ada di negeri ini. Kunjungan Sri Paus Fransiskus membawa harapan baru bagi umat Katolik dan seluruh masyarakat Indonesia untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati.
Dalam konteks global, misi apostolik ini diharapkan dapat menginspirasi dunia dengan memaknai arti keberagaman dan persatuan. Sri Paus Fransiskus, dengan pesan-pesan kasih dan perdamaian, mengajak kita semua untuk melihat perbedaan sebagai kekuatan, bukan sebagai sumber konflik.
Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus memberikan rosario kepada warga yang menyambut kepulangan paus dari Kedubes Vatikan, Gambir, Jakarta, Jumat (6/9/2024). Foto: Abid Raihan/kumparan
Selain itu, kunjungan ini juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bagaimana prinsip Bhinneka Tunggal Ika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada sebuah anekdot yang disemarakkan oleh masyarakat Indonesia tiap kali Timnas Sepakbola Indonesia bertanding, yaitu “Timnas Indonesia dibantu lewat jalur langit 6 server.
ADVERTISEMENT
Anekdot ini menggambarkan betapa indahnya toleransi antar umat beragama di Indonesia. Dalam setiap pertandingan, doa-doa dari berbagai agama dipanjatkan untuk kesuksesan tim nasional, mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, pesan persaudaraan dan bela rasa dari Paus Fransiskus menjadi sangat relevan. Dunia dapat belajar dari Indonesia tentang bagaimana menjaga harmoni dalam keberagaman, serta bagaimana membangun masyarakat yang inklusif dan penuh kasih.
ADVERTISEMENT
Dunia dapat belajar dari peristiwa pecahnya Yugoslavia akibatnya tensi antar etnis yang tak lagi terbendung. Sepeninggal Josip Broz Tito yang merupakan pemimpin yang menyatukan negara-negara Balkan, Yugoslavia mulai kehilangan pijakannya untuk mempertahankan persatuan antara etnis Serbia, Kroasia, beserta etnis Balkan lainnya.
Perang pun tak terelakkan. Masing-masing etnis berperang satu sama lain untuk kepentingannya, mengakibatkan kehancuran dan penderitaan yang luar biasa. Konflik ini menunjukkan betapa rapuhnya persatuan tanpa kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas untuk keberagaman.
Umat kristen menyapa Paus Fransiskus keluar usai memimpin misa suci di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta pada 5 September 2024. Foto: Dita ALANGKARA / POOL / AFP
ADVERTISEMENT
Tentu hal ini juga menjadi tantangan di Indonesia saat ini, di tengah maraknya para pemecah belah bangsa. Indonesia, dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama yang luar biasa, harus belajar dari sejarah Yugoslavia untuk menghindari perpecahan serupa. Penting bagi kita untuk terus memperkuat semangat Bhinneka Tunggal Ika, yang menjadi landasan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dapat menjadi momentum untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama, serta bagaimana kita dapat hidup berdampingan dalam damai meskipun berbeda.
Dengan semangat ini, kita berharap kunjungan Paus Fransiskus dapat memperkuat hubungan antarumat beragama di Indonesia dan menginspirasi negara-negara lain untuk mengedepankan toleransi dan kerukunan. Misi apostolik ini bukan hanya tentang Indonesia, tetapi juga tentang bagaimana kita semua, sebagai warga dunia, dapat hidup berdampingan dalam damai dan harmoni.
ADVERTISEMENT
Benvenuti in Indonesia, Papa Francesco!