Asal-Usul Emoji dan Penggunaannya dalam Bahasa

5 Juni 2017 13:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Emoji. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Emoji. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Emoji adalah ikon atau simbol yang menggambarkan ekspresi wajah, objek umum, tempat, cuaca, hingga binatang yang biasanya digunakan dalam pertukaran pesan elektronik. Tak bisa dipungkiri, emoji menjadi salah satu bentuk pesan yang memperkuat proses komunikasi jadi lebih interaktif. Sekarang ini diperkirakan ada lebih dari 6 miliar emoji yang dikirimkan per harinya, dengan lebih dari 90 persen di antaranya dikirimkan secara rutin dalam kegiatan online dunia. Emoji berasal dari Jepang, dan mungkin ini jadi salah satu karya terbaik negeri Sakura dalam menciptakan gaya komunikasi terbaru bagi umat manusia. Bahkan, emoji sudah diklasifikasikan sebagai sebuah seni. Pada 2016, Museum of Modern Art (MoMA) di New York, Amerika Serikat, menambahkan emoji ke dalam koleksi permanennya. Ada 176 emoji orisinil yang diciptakan oleh seorang teknisi software bernama Shigetaka Kurita pada 1999 yang menjadi koleksi baru museum. Karya Kurita pun tampil di museum seni populer tersebut berdampingan dengan karya-karya seniman seperti Pablo Picasso dan Jackson Pollock.
ADVERTISEMENT
Pada akhir 1990-an, Kurita yang saat itu bekerja untuk sebuah operator telekomunikasi Jepang NTT DoCoMo, terlibat dalam pengembangan sistem browser dari iklan khusus perangkat mobile pertama di dunia. Dengan layar ponsel pintar yang kemampuannya terbatas saat itu di Jepang, Kurita memutuskan untuk membuat informasi visual menjadi lebih efektif dengan mengembangkan pictogram. Nama emoji diambil dari bahasa Jepang yang berarti 'karakter gambar'. [Baca juga: Trailer Kocak Film 'Emoji' dan Dunia dalam Ponsel Pintar] Apakah emoji bisa dibilang sebuah bahasa baru? Bahasa menyajikan kata-kata dengan aturan yang berlaku, membuatnya dapat mengekspresikan ide-ide kompleks dan jelas yang tidak bisa diberikan sistem komunikasi lain. Bahasa dirangkai menjadi unit-unit penuh makna seperti kata-kata, dan sistem aturan, misalnya grammar dalam bahasa Inggris. Bahasa membuat kita dapat mengungkapkan apapun lewat kata-kata mulai dari sakit hati karena cinta tak berbalas hingga observasi seputar cuaca hari ini. Dibandingkan bahasa Inggris, emoji memiliki kosakata yang jauh lebih sedikit. Saat emoji-emoji baru diperkenalkan tiap tahun, jumlahnya masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jangkauan dan kompleksitas kosakata yang dimiliki pembicara bahasa asli.
Ilustrasi membaca pesan di ponsel. (Foto: StockSnap via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca pesan di ponsel. (Foto: StockSnap via Pixabay)
Menurut CNN, jumlah emoji yang tersedia dalam ponsel saat ini masih kurang dari 2.000. Lihat bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, ribuan kata bisa kamu kuasai di usia lima tahun. Tentu saja tak sebanding dengan perkembangan emoji. Tapi, emoji pun akan terus bertambah dan memberikan lebih banyak variasi dalam mengirimkan pesan. Memang tidak semua kata dalam dunia ini yang bisa digambarkan oleh emoji. Ekspresi seperti kedipan mata, senyum, atau objek buah-buahan dan makanan, bisa digambarkan lewat emoji. Tapi, bagaimana jika kata-kata seperti 'feminis', 'etika', atau 'ambigu' dalam emoji? Hal ini menunjukkan emoji belum begitu kuat untuk digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Dalam bahasa, ada rangkaian kata-kata yang tertata dan kompleks agar terbentuk sebuah kalimat. Sebagai contoh, seorang desainer bernama Ken Hale sangat tertarik dengan emoji dan ia pun menerjemahkan buku klasik 'Alice in Wonderland' ke dalam emoji. Hale menyebut pendekatannya ini untuk menciptakan sebuah bahasa emoji 'kripto-semantik'. Meski begitu, seperti bahasa apapun, sebelum kamu melalui proses mempelajari apa makna-makna simbol dan bagaimana mengkombinasikannya, maka bahasa emoji tetaplah asing. [Baca juga: Akhirnya, Google Chrome Bakal Sediakan Ad Blocker Sendiri] Jadi, jika emoji bukanlah sebuah bahasa, lalu apa? Yang jelas, emoji dapat memperkuat sebuah pesan yang disampaikan dengan ungkapan ekspresi. Bayangkan ketika seorang teman sedang berduka, lalu kita ingin menunjukkan kesedihan kita dengan menyampaikan pesan. Emoji wajah sedih bisa menegaskan perasaan yang kita rasakan dalam pesan itu. Emoji hadir untuk memperkuat dan mengefektifkan alat komunikasi yang ada saat ini di era digital. Emoji dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam berkomunikasi. Hidup di dunia digital mau tak mau kita harus beradaptasi dengan emoji yang sekarang semakin gencar digunakan dalam interaksi manusia. Saat kata-kata tak dapat menggambarkan apa yang ingin kita sampaikan, emoji dapat menjadi jawaban dalam mengatasi hal tersebut.
ADVERTISEMENT