Memahami Giphy Serta Tenor dan Alasan Ada Gambar GIF Porno di WhatsApp

7 November 2017 8:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menggunakan aplikasi Whatsapp. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menggunakan aplikasi Whatsapp. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kita semua yang ada di Indonesia terancam tak bisa lagi memakai WhatsApp jika aplikasi pesan itu tidak merespons perintah dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
ADVERTISEMENT
Semua ini gara-gara konten Graphics Interchange Format (GIF) yang ada di WhatsApp. Jika kita cari dengan kata kunci tertentu, maka bisa ditemukan sejumlah konten yang dinilai pemerintah masuk dalam kategori pornografi. Bagi orang dewasa, mungkin gambar tersebut tidak terlalu vulgar karena tidak mengandung ketelanjangan, namun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), telah menilai konten GIF porno tersebut tidak layak dikonsumsi anak-anak.
Para ibu resah dengan keberadaan konten ini. Seorang ibu bernama Gelies, mengaku menerima pesan berantai di WhatsApp soal keberadaan GIF porno tersebut. Dia menanti agar ada jalan keluar terkait masalah ini sehingga ia tenang membiarkan anaknya berkomunikasi dengan WhatsApp.
Kalau mau ditelusuri biang keroknya, kita patut menyalahkan Giphy dan Tenor sebagai perusahaan pihak ketiga yang menyuplai konten di perpustakaan GIF WhatsApp. Keduanya adalah pemain top untuk urusan bikin konten GIF.
ADVERTISEMENT
Tenor
Tenor adalah aplikasi berbasis web dan perangkat mobile yang menyediakan layanan pembuat konten GIF sejak tahun 2014. Perusahaan yang berbasis di San Francisco ini, sebelumnya mengusung nama Riffsy.
Tenor aplikasi pembuat GIF (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tenor aplikasi pembuat GIF (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Tenor punya daya tarik pada aplikasi ponsel, karena mereka menyediakan fasilitas yang memungkinkan pengguna merekam video diri dan langsung dijadikan GIF. Dengan begini, Tenor memudahkan orang mengekspresikan apa yang sedang mereka pikirkan dan tidak heran kini mereka punya 300 juta pengguna bulanan.
Giphy
Ini adalah merek top of mind ketika kita berbicara soal GIF. Didirikan sejak Februari 2013 oleh Alex Chung dan Jace Cooke di New York, Giphy mendefinisikan diri mereka sebagai "mesin pencari untuk GIF."
Giphy aplikasi pembuat GIF (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Giphy aplikasi pembuat GIF (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Aplikasi ini memudahkan pengguna dalam membuat konten GIF karena tidak meminta pengguna untuk melakukan login.
ADVERTISEMENT
User Generated Content (UGC)
Setelah mengenal Giphy dan Tenor dalam sebuah penjelasan singkat di atas, sekarang waktunya kita memahami bagaimana mereka mendapatkan dan mengumpulkan konten.
Baik Giphy dan Tenor, keduanya mengandalkan konten yang dibuat oleh pengguna atau populer disebut user generated content (UGC). Pengguna dipersilakan membuat konten GIF, mengunggahnya ke server Giphy atau Tenor, dan konten tersebut bisa dipakai pihak lain (jika diizinkan). Oleh karenanya konten yang mengandung pornografi juga ada di sana.
Untuk menghadapi isu tersebut, Giphy dan Tenor sudah membuka fitur laporan dari pengguna untuk menandai dan menindaklanjuti konten yang dirasa tidak patut untuk dikonsumsi.
Dengan kekuatan UGC dan kekayaan konten ini, keduanya memperluas bisnis dengan menyediakan application programming interface (API) yang bisa dipakai pada peranti lunak pihak ketiga guna mendistribusikan konten GIF.
ADVERTISEMENT
Giphy dan Tenor saat ini telah mendistribusikan gambar GIF kepada aplikasi pihak ketiga populer, termasuk aplikasi pesan WhatsApp, Facebook Messenger, Telegram, Google Allo, serta aplikasi keyboard Gboard buatan Google, agar mereka tidak perlu lagi memproduksi GIF secara mandiri.
Biasanya, aplikasi pesan instan pihak ketiga yang memakai API Giphy maupun Tenor itu akan menyediakan perpustakaan GIF tersendiri sehingga pengguna bisa mencari, memilih, dan mengirim gambar GIF.
Sejauh ini, kita tidak tahu seberapa ketat WhatsApp dan aplikasi pesan lain melakukan kurasi atas gambar yang masuk ke perpustakaan GIF. Kita juga belum memahami secara pasti kesepakatan yang terjalin di antara kedua pihak dalam menyediakan konten GIF. Yang diketahui kini adalah pengguna aplikasi pesan dimungkinkan untuk mencari, memilih, dan mengirim gambar GIF.
ADVERTISEMENT
Tenor Diblokir Kemkominfo, Giphy Tidak
Kembali lagi ke urusan blokir-blokiran yang belakangan ini gemar dilakukan Kemkominfo. Kementerian yang dipimpin Rudiantara ini telah memahami bahwa gambar GIF porno di WhatsApp itu berasal dari Giphy dan Tenor. Dan atas dasar itu, akhirnya Kemkominfo mengambil langkah blokir akses Internet terhadap Tenor.
Ada enam domain name server (DNS) dari Tenor yang sudah diblokir Kemkominfo dan operator telekomunikasi diminta untuk menyetop akses Internet ke sana, di antaranya adalah tenor.com, api.temor.com, blog.tenor.com, qa.tenor.com, media.tenor.com, serta media1.tenor.com.
Lho... kok cuma Tenor? Kenapa Giphy enggak ikut diblokir?
Begini. Giphy itu sebelumnya sudah pernah diblokir Kemkominfo pada akhir Agustus 2017 karena disebut ada iklan judi online. Kemudian pada Oktober 2017, Kemkominfo membuka blokir Giphy setelah perusahaan tersebut menyatakan komitmen untuk membersihkan konten negatif yang beredar untuk kawasan Indonesia.
Situs pembuat GIF, Giphy. (Foto: Giphy)
zoom-in-whitePerbesar
Situs pembuat GIF, Giphy. (Foto: Giphy)
Nah, karena Giphy telah menyatakan akan ikut aturan hukum yang berlaku di Indonesia, maka pada pekan ini Giphy terbebas dari aksi blokir (kebiasaan lama) Kemkominfo.
ADVERTISEMENT
"Giphy sudah mau berkoordinasi untuk mengikuti aturan perundang-undangan. Mereka akan melakukan pembersihan konten negatif di layanannya," kata Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo, di sela jumpa pers di Jakarta, Senin (6/11).
Semuel sendiri meminta WhatsApp untuk bertindak aktif memberantas konten negatif di platform-nya, walaupun Kemkominfo tahu bahwa konten negatif yang sedang bermasalah ini berasal dari pihak ketiga.
WhatsApp telah menyatakan bahwa mereka tidak bisa memfilter konten GIF yang dikirim oleh pengguna karena semua pesan yang terkirim telah dienkripsi secara end-to-end. Namun, WhatsApp mengaku sudah berkoordinasi dengan pemerintah dan secara langsung akan kerja sama dengan layanan pihak ketiga dalam memonitor konten GIF mereka.
ADVERTISEMENT
Kini, keputusan akhir diblokir atau tidaknya WhatsApp, bergantung kepada langkah WhatsApp itu sendiri dalam waktu 2 x 24 jam yang terhitung sejak Senin, 6 November 2017. Filter konten GIF yang mengandung pornografi perlu dilakukan agar aplikasi pesan terpopuler itu tetap bisa dipakai orang Indonesia.
Kalau sampai hari Rabu besok WhatsApp tidak memberi respons sesuai harapan, apakah menurutmu Kemkominfo benar-benar berani untuk memblokirnya?