Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kisah Inspiratif Harry Tjan Silalahi
4 Desember 2020 5:59 WIB
Tulisan dari Jofrian Adriel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Latar Belakang Kehidupan
ADVERTISEMENT
Lahir pada Kampung Terban, Yogyakarta pada tanggal 11 Februari 1934. Menurut Patrick tananasi dari tirto.id , ia menyatakan bahwa Harry Tjan Silalahi telah dikenal sebagai tokoh senior dalam agama katolik yang berperan pada politik Indonesia zaman Orde Baru. Sejak SMA beliau menjadi ketua Persatuan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia dan aktif dalam Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia. Setelah lulus kuliah, beliau terpilih menjadi ketua organisasi sampai menjadi sekretaris jenderal sebuah partai politik (Partai Katolik Indonesia), kemudian beliau menjadi anggota DPRGR dan menjadi ketua untuk Komisi 1.
ADVERTISEMENT
Dalam partai katolik ia sering melakukan aktivitas pembauran sehingga menjadi ketua sampai berubah nama menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dia mendapatkan marga Silalahi pada masa ini, diberikan oleh sahabatnya, yakni Albertus Bolas Silalahi juga pernah memimpin Partai Katolik ketika Harry menjadi sekretaris jenderal untuk pengurus pusat partai. Marga keluarga Harry juga diberikan “Silalahi.”
Setelah berperan dalam partai politik, ia berpindah ke bidang kemasyarakatan dengan CSIS (Centre for Strategic and International Studies) dan Yayasan Universitas Trisakti. Menurut Harry, CSIS didirikan pada tahun 1971 sebagai think tank untuk berbagai pesoalan bangsa. CSIS ini dibuat dengan tujuan untuk melakukan penelitian serta analisis strategi dalam politik, ekonomi, dan keamanan secara internasional dan nasional.
ADVERTISEMENT
Keteladanan Yang Patut Ditiru
Pada hari ulang tahun kedelapan puluh, beliau merilis buku biografi dengan judul "Mempertahankan Cita-Cita, Menjaga Spirit dan Perjuangan", yang ditulis J.B. Soedarmanta dengan penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Dalam sepanjang hidupnya, beliau selalu memiliki paham “Sing becik ketitik, sing ala ketara” yang mengandung makna bahwa di dunia hadir yang baik dan yang buruk. Namun, dari keburukan itu harus diusahakan untuk diperbaiki sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Sang Pencipta. Ini dijadikan sebagai “mantra” terhadap keyakinannya akan Tuhan sehingga terkesan hidup memiliki harapan, kemampuan bertindak, dan orang akan memiliki kehendak baik.
ADVERTISEMENT
Sebuah wawancara pernah dilakukan dari salah satu peneliti IKI (Institut Kewarganegaraan Indonesia) mengenai hal ini. Beliau berkata bahwa sejak kecil, ia sudah bermain dengan orang-orang jawa karena di zaman dahulu belum banyak pendatang di daerah Yogyakarta, beliau berkata bahwa masa kecilnya merupakan zaman indah dengan tidak adanya permasalaahn etnis. Beliau juga memiliki hobi menonton wayang, beliau bersama teman-temannya jalan-jalan ke berbagai tempat hanya untuk menonton wayang tidak hanya itu, bahkan beliau sampai mengidolakan tokoh wayang Sukrosono karena menurutnya Sukrosono memiliki kesetiaan yang patut ditiru (Institut Kewarganegaraan Indonesia: 2014).
Beliau juga memiliki sifat optimis yang dapat ditiru dari formula hidupnya, contohnya
Ia memiliki keyakinan bahwa yang baik akan menang sehingga tidak ada kata putus asa bagi beliau terhadap pejuangan hidup ini. Beliau juga berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada dan selalu bekerja sehingga hidup selalu memiliki harapan. Dengan adanya harapan, maka orang akan terus berkehendak baik dan bertindak. Prinsip hidup dari Santo Paulus juga beliau terapkan bahwa orang harus memiliki kasih, iman, dan harapan sebagai penghayatan hidup individual yang mengisi. Dengan prinsip hidup ini beliau menjalankan perjuangan hidup dengan kelebihan dan kekurangan yang dilandasi dengan tidak sombong mulai dari remaja sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari hidupkatolik.com , dinyatakan bahwa pikiran terbukanya juga dapat kita ambil dalam menghadapi peradaban plural ini. Beliau memiliki paham bahwa semua orang Indonesia termasuk kelompok minoritas, maka kita harus menerima dan menghargai perbedaan untuk saling berinteraksi yang diisi dengan memberi dan menerima. Budaya dalam peradaban tidak hanya dalam perdamaian, tetapi juga berkemampuan untuk menyumbangkan sesuatu kepada masyarakat. Bagi Harry, dasar untuk mewadahi ini merupakan Pancasila. Dalam mewujudkan cita-cita manusia yang merupakan kesejahteraan sosial, maka orang-orang harus Bersatu, berketuhanan, dan berkemanusiaan untuk menjamin hak asasi serta demokrasi. Ini dilakukan karena pluralisme butuh yang lebih daripada sekadar toleransi, dibutuhkan juga usaha untuk mendidik kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ringkasan
Sepanjang hidupnya Harry selalu mengimplementasikan pahamnya, yakni pemahaman bahwa dunia terisi oleh yang baik dan yang jahat. Namun di dunia ini kebaikan selalu menang atas kejahatan. Dalam pandemi ini kita hanya bisa bersabar dan melakukan peran-peran kita sendiri dalam menjaga diri serta tidak menjadi karier atau penyakit bagi orang lain. Kita semua dapat melakukan ini untuk membuat hidup kita semua menjadi baik dengan kita melakukan ini, kita diajarkan bahwa aksi kita memengaruhi orang sebagai tindakan yang baik ataupun yang buruk.
ADVERTISEMENT
Dengan ini, kita dapat mengimplementasikan pelajaran-pelajaran hidup dari Harry Tjan Silalahi seperti kesetiaan, sikap optimistis, selalu memiliki harapan, tidak putus asa, teguh, saling menerima orang apa adanya, dan lain-lain. Dengan kita menerapkan paham-paham ini pada hidup kita, percaya bahwa dunia akan berbuat baik kepada dirimu sendiri tanpa sadar.