Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Mathilda Batlayeri, Srikandi Penjaga Gerbang Saumlaki
21 Agustus 2017 13:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari johannes febrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebuah pesan moral yang disampaikan untuk memperingati pengorbanan Mathilda Batlayeri tertulis di Monumen Bhayangkari Teladan di Bandara Saumlaki
ADVERTISEMENT
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.34 WIT saat kami--tim kumparan Getaway Saumlaki--tiba di ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Setelah hampir delapan jam perjalanan dari Jakarta menuju Saumlaki, sebuah tulisan besar bertuliskan “Bandar Udara Mathilda Batlayeri” menyambut kami yang datang menggunakan pesawat ATR 72-600 milik Garuda Indonesia.
“Pasti tokoh penting”, itu yang ada di otakku saat membaca nama Mathilda Batlayeri. Ya ternyata benar. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari tahu siapa beliau karena saat tiba di bandara ini kami langsung diajak untuk mengetahui kisah sejarah tentang Mathilda Batlayeri oleh panitia kumparan Getaway Saumlaki.

Bandara Mathilda Batlayeri, Saumlaki, Maluku Tenggara Barat
Heri Lerebulan atau yang memiliki nama beken Bapak Herman menjadi guide kita untuk mengetahui lebih banyak tentang sosok yang memiliki nama gadis Mathilda Lamere itu. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Tenggara Barat ini mengawali penjelasannya dengan salam pembuka “kidabela, keselibur” yang artinya “kita saudara dari ujung barat sampai ujung timur”.
ADVERTISEMENT
Setelah memberikan salam yang kemudian diikuti oleh tim kumparan Getaway Saumlaki, Pak Heri memulai kisahnya. Menurut penuturan Bapak yang pernah menjabat Mantan Kepala Dinas Pariwisata ini, Mathilda Lamere adalah seorang srikandi dari daerah Cifnana Omele di Kepulauan Tanimbar.
Mathilda muda kemudian menikah dengan seorang anggota polisi yang bernama Adrianus Batlayeri sehingga nama Batlayeri menjadi nama belakangnya juga.

Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri di Bandara Mathilda Batlayeri, Saumlaki
"Nama Batlayeri ini sebenarnya bukan nama asli Adrianus. Adrianus Batlyare adalah nama sebenarnya. Batlyare memiliki arti batu lebar. Dikarenakan pada saat itu terjadi kesalahan dalam pencetakan nama di ijazah maka terciptalah Batlayeri", jelas Pak Heri.
Setelah mengenal asal usul Mathilda Batlayeri, Pak Heri pun melanjutkan ceritanya tentang perjuangan ibu-ibu Bhayangkari ini. Saat Adrianus Batlayeri dipindah tugaskan ke Kalimantan Selatan, Mathilda ikut dengannya dan tinggal di asrama polisi. Kisah heroic ibu Mathilda terjadi di sini, di asrama polisi Kurau Kabupaten Tanah Laut.
ADVERTISEMENT
Di masa itu terjadi pemberontakan oleh kelompok Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRyT) atau Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) KRyT pimpinan Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan. Kelompok ini membuat teror ke kampung-kampung termasuk ke asrama polisi dan tentara untuk mengambil perbekalan senjata.
Pada 28 September 1953 di waktu subuh, kelompok tersebut melakukan penyerangan ke asrama polisi tempat Adrianus Batlayeri menetap. Terjadi baku tembak di sana antara GPK KRyT yang dipimpin Suwardi – konon katanya kebal peluru – dan polisi yang jumlahnya tidak seberapa. Saat itu Adrianus sedang pergi mengambil air ke sumur, tinggal Mathilda beserta tiga anaknya dan janin yang sedang dikandung di dalam rumahnya.
Melihat pertempuran tersebut, Mathilda pun tidak tinggal diam. Beliau ikut serta dalam perang tersebut dengan menggunakan senjata jenis moser milik suaminya. Mathilda dinilai sangat berjasa di pertempuran ini karena selain ikut berusaha mempertahankan kedaulatan Negara beliau juga dapat membuat pimpinan serangan GPK KRyT – Suwardi – yang kebal peluru tersebut meninggal meskipun akhirnya Mathilda dan anak-anaknya ikut tewas dalam pertempuran itu.
ADVERTISEMENT
Untuk menghormati pengorbanannya, maka dibuatlah monumen pejuang Ibu Bhayangkari Mathilda Batlayeri di Kalimantan Selatan dan juga dijadikan nama bandara di Saumlaki ini, jelas Pak Heri. Mengakhiri kisahnya, Pak Heri mengatakan bahwa Mathilda Batlayeri saat ini sedang diusulkan menjadi pahlawan nasional.

Bandar Udara Mathilda Batlayeri Tampak dari Landasan