Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Nelayan Sehari bersama Nelayan Pulau Seira, Maluku Tenggara Barat
22 Agustus 2017 1:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari johannes febrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menuju lokasi tangkapan ikan
Sudah hari ketiga kami berada di Saumlaki dan di hari ini adalah jadwal kami untuk melakukan operasi tangkap ikan di perairan Pulau Seira bersama nelayan setempat. Berangkat dari dermaga di Hotel Harapan Indah menggunakan speedboat, kami menempuh perjalanan sekitar dua jam lebih untuk sampai di pulau tersebut.
Setibanya di pulau tersebut, kami disambut oleh jemuran ikan dan ikan teri di atasnya. "Ini ikan puri namanya" kata seseorang kepada kami. "Euuhh, enak ni kalo digoreng", pikirku dalam hati. Namun, belum sempat menyentuhnya, kami - tim kumparan Getaway Saumlaki - segera diarahkan untuk berfoto bersama terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan jalan menuju rumah Pak Kades.
Setibanya di rumah Pak Kades, kami dijamu langsung oleh Pak Kades. Di sana kami mengutarakan maksud dan tujuan kami datang ke pulau ini. Pak Kades pun dengan senang hati menerima kami dengan harapan terjadinya pertukaran ilmu antara kami dan nelayan setempat.
Tak lama di rumah Pak Kades, kami pun segera bergegas ke tempat sandaran kapal para nelayan. Di sana kami langsung dibagi per kelompok dengan briefing terlebih dulu oleh para nelayan dan tim. Kami pun langsung menaiki kapal masing-masing. Saya satu kapal dengan bang Ulum (sesama peserta kumparan Getaway) dan om Bor (videographer kumparan) serta abang nelayan.
Sigit dan Agus di atas kapal sebelum berangkat menuju lokasi tangkapan
ADVERTISEMENT
Mesin kapal pun mulai dinyalakan oleh abang nelayan, kemudi mulai diarahkan. Kami menuju daerah penangkapan ikan. Selama kurang lebih 15 menit perjalanan, kami pun sampai di lokasi tangkapan ikan. Setelah mematenkan posisi jangkar, abang nelayan mulai memotong ikan sebagai umpan dan memasangkannya pada kail.
Setelah umpan jadi, abang melemparkan kail tersebut seraya mengulur tali sampai kendur. Abang mengajari kami agar terus mengulur tali sampai terasa tidak tegang. Hal ini menandakan bahwa umpan sudah sampai di dasar perairan. Sambil sesekali ditarik, tali senar harus dirasakan apabila terjadi hentakan. Hentakan ini bisa jadi seekor ikan yang menyambar umpan tadi.
Sementara teman satu tim saya memperhatikan cara melemparkan umpan, saya melihat tim lain yaitu kelompok Pay dan Bung Noi asik memancing ikan. Pay membuat lemparan kail ke laut layaknya nelayan profesional.
Hampir setengah jam kami melaut tapi tak ada satupun ikan yang terpancing. Umpan saya pun terlihat sampai rusak karena sudah lama berada di dalam air tanpa ada sentuhan dari seekor ikan pun. Abang nelayan memberi tahu kepada kami kalo waktu saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk menangkap ikan. Jadi wajar kalo kami tidak dapat ikan. "Coba kalo agak pagi ke sini, itu sekali turun (kail) bisa kasih banyak ikan", kata abang nelayan menyenangkan hati kami.
Keadaan ini membuat saya berfikir, bagaimana jika suatu saat nanti memang benar susah mencari ikan di segala waktu? Ah, saya pun terpikir mengenai fish finder. Alat ini sudah ada di pasaran namun masih menggunakan GPS. Mungkin suatu saat nanti kita bisa kembangkan melalui aplikasi sederhana di handphone dan menggunakan paket data dalam pengoperasiannya. Saya melihat ada tower Telkomsel di pulau ini, mungkin operator ini bisa menjadi pelopor dalam pelaksanaannya. Ohya, sekedar informasi saja, selama saya di Saumlaki hanya Telkomsel yang memberikan layanan komunikasi terbaik termasuk jaringan internet yang lancar.
Bukan suatu hal yang mustahil nantinya jika ditemukan aplikasi smartphone semacam fish finder. Kemudahan nelayan mencari lokasi ikan dibantu dengan konektivitas yang memadai akan menghemat bahan bakar dalam operasi tangkap ikan di hari depan.
ADVERTISEMENT