Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Personil TNI AU Bertahan Hidup di Daratan dan Lautan Morowali
18 Maret 2018 16:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari johannes febrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebanyak 61 orang yang merupakan pilot/penerbang serta crew pesawat TNI AU berusaha bertahan hidup setelah pesawat yang diawakinya mengalami accident/incident di daerah musuh wilayah Morowali. Mereka harus bertahan meski hanya dengan perbekalan yang ada yaitu korek dan segenggam garam. Situasi ini tentu bukanlah keadaan sesungguhnya melainkan bagian dari latihan Survival Tempur (Surpur) yang diadakan oleh Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Koopsau II ) dengan sandi "Wanatirta Yudha 2018".
ADVERTISEMENT
Surpur Wanatirta Yudha 2018 berlangsung dari 13-16 Maret 2018. Kegiatan dibagi menjadi dua tahapan. Tahap pertama adalah kelas teori yang dilaksanakan di Yonko 466 Paskhas - Markas Koopsau II (Makoopsau II) Makassar dan tahap kedua adalah manuver lapangan (praktik) yang diselenggarakan di Kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP) - Morowali.
Setelah mendapatkan pembekalan teori yang cukup, para pelaku (sebutan untuk peserta Surpur - red) bergerak menuju lokasi manuver lapangan dengan menggunakan pesawat C 130 Hercules milik Skadron 32 Lanud Abdul Rachman Saleh Malang serta kapal cepat Baruna milik PT IMIP. Selama kurang lebih 7 jam perjalanan dari Makassar ke Morowali, para pelaku, kolat, pelatih & pendukung tiba di pelabuhan yang kemudian dilanjutkan pergerakannya menuju mesjid As Salaam untuk melakukan sholat berjamaah dan doa bersama agar latihan dapat berjalan dengan baik.
Manuver lapangan diawali dengan materi baca dan jalan peta. Pelaku bergerak dari satu titik ke titik lain yang sudah ditentukan oleh pelatih dengan bermodalkan sebuah peta. Kegiatan diteruskan dengan kompas malam di malam harinya untuk menuju bivak sebagai daerah aman.
Selama perjalanan di hari pertama manuver lapangan, tidak sedikit hambatan yang dialami oleh para pelaku. Mulai dari rentetan tembakan sampai dengan ledakan bom dari para pelatih. Namun, semua itu tetap dapat dilalui para survivor dengan baik.
ADVERTISEMENT
Memasuki hari kedua, pelaku melakukan pelolosan dan menuju lokasi Kerjasama dengan Pesawat Terbang (KSPT). Dalam skenario ini, posisi pelaku sudah diketahui oleh musuh sehingga mereka diharuskan untuk meloloskan diri. Akibat waktu yang dibutuhkan untuk meloloskan diri harus cepat, logistik survivor tertinggal sehingga mereka harus meminta bantuan logistik. Bantuan logistik diberikan lewat udara karena jalur darat dirasa sudah tidak aman.
Foto : tni-au.mil.id
Pelaku melanjutkan latihan dengan materi kompas siang. Pada materi ini, pelaku harus berjalan menuju lokasi penjemputan pasukan kawan di Mesjid Al Khaerat Desa Fatufia selama kurang lebih 6-8 jam. Selama perjalanan, para survivor kembali diuji kekuatannya akibat medan ekstrim dan cuaca terik. Namun, mereka tetap dapat melaluinya dan tiba di lokasi penjemputan dengan baik melalui arahan pelatih di antaranya Wakil Komandan Latihan (Wadanlat) Letnan Kolonel Pnb. Sugeng Budiono.
ADVERTISEMENT
Perjalanan para survivor belum berakhir. Mereka masih harus dievakuasi melalui jalur udara dari permukaan laut. Untuk itu, pelaku diantar oleh pasukan kawan menuju lokasi penjemputan udara di laut Dusun Kurisa. Akibat medan yang tidak memungkinkan, pasukan kawan hanya mampu mengantar ke lokasi tertentu dan pelaku harus melanjutkan perjalanan dengan bantuan GPS menuju dermaga. Di tempat ini telah disiapkan kapal oleh partisan.
Setibanya di dermaga, para pelaku langsung melakukan pengendapan untuk memasuki laut dan kembali bertahan hidup di sana. Dari permukaan laut inilah rencananya para survivor akan dievakuasi oleh Heli SAR Puma.
Hampir semalaman para pelaku bertahan di air dan belum ada tanda-tanda penjemputan. Rupanya, posisi survivor dicurigai oleh musuh yang kemudian melakukan patroli udara. Untuk mengelabui musuh, para pelaku harus membalikkan kapal mereka sampai penjemputan tiba.
Waktu yang ditunggu pun tiba. Setelah dirasakan aman, heli SAR Puma datang. Para survivor memberikan tanda keberadaan mereka dan heli pun langsung melakukan evakuasi udara/hoist dengan segera ke para pelaku.
Rangkaian manuver lapangan selesai, para survivor menepi ke pantai untuk segera bersih-bersih. Acara dilanjutkan dengan apel penutupan yang dikomandani oleh Mayor Pas. M. Subhan dan dipimpin oleh Asisten Operasi (Asops) Kaskoopsau II, Kolonel Pnb. Asril Samani.
Di dalam apel tersebut dilakukan juga pemberian sertifikat dan penyematan brivet kepada para pelaku serta penyerahan kenang-kenangan dari Koopsau II, diwakili Kol. Pnb. Asril Samani, ke PT IMIP, diwakili oleh Hamid Mina selaku Managing Director PT IMIP, dan sebaliknya. Kegiatan pun dilanjutkan dengan makan bersama, ramah tamah yang kemudian disusul pasukan kembali ke satuan masing-masing.
Menurut Direktur Latihan (Dirlat) yang juga merupakan Asops Kaskoopsau II, latihan ini merupakan latihan lanjutan program survival dasar yang dilaksanakan di tiap satuan yang memiliki skuadron udara di jajaran Koopsau II (survival tingkat advance). Menurutnya, alasan memilih Morowali, tepatnya di Kawasan PT IMIP, sebagai lokasi latihan adalah karena kawasan ini memiliki standar lokasi latihan survival tempur Wanatirta Yudha yaitu terdapat medan hutan, darat dan laut.
ADVERTISEMENT
JFS