Konten dari Pengguna

Mungkinkah Uang Dapat Membeli Kebahagiaan?

John Bryan Khornelius
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya
28 Maret 2023 14:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari John Bryan Khornelius tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi uang. Foto: Bangun Stock Productions/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang. Foto: Bangun Stock Productions/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Uang menjadi sesuatu yang tidak dapat kita abaikan dalam hidup kita. Uang dapat memenuhi kebutuhan dasar kita seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Uang juga dapat memberi kita kesempatan untuk menikmati hal-hal yang kita nilai dalam hidup, seperti waktu luang dan ketenangan pikiran.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah uang dapat membuat kita bahagia? Apakah ada batasnya? Pertanyaan ini telah menjadi bahan perdebatan bagi para filsuf, ekonom, dan ilmuwan sosial selama puluhan tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa uang dan kebahagiaan berhubungan, tetapi tidak dengan cara yang kita kira.
Ada dua jenis kesejahteraan yang diukur oleh para psikolog yaitu evaluatif dan pengalaman. Kesejahteraan evaluatif mengacu pada jawaban kita terhadap pertanyaan “Bagaimana menurut Anda kehidupan Anda berjalan?” Kesejahteraan pengalaman mengacu pada perasaan kita saat ini di saat tertentu.
Sebuah studi tahun 2010 yang dilakukan oleh Daniel Kahneman— seorang ekonom dan psikolog pemenang Nobel—menemukan bahwa kesejahteraan emosional meningkat seiring dengan pendapatan. Tetapi tidak ada kemajuan lebih lanjut setelah pendapatan tahunan mencapai 75.000 dolar (setara dengan sekitar 90.000 dolar saat ini).
ADVERTISEMENT
Ini tampaknya menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar dan beberapa “kebutuhan lanjutan” kita terpenuhi dengan nyaman, uang lebih tidak diperlukan untuk kesejahteraan.
Namun, sebuah studi baru tahun 2021 yang melibatkan lebih dari satu juta peserta menemukan bahwa tidak ada titik balik di mana uang lebih tidak berarti kebahagiaan lebih, setidaknya tidak sampai pendapatan tahunan mencapai 500.000 dolar.
Dalam studi ini, kesejahteraan peserta diukur dengan lebih rinci. Alih-alih diminta untuk mengingat bagaimana perasaan mereka dalam seminggu, sebulan, atau setahun terakhir, mereka ditanya bagaimana perasaan mereka saat ini atau di saat tertentu melalui aplikasi smartphone yang dikembangkan oleh Matthew Killingsworth—seorang peneliti kebahagiaan dan senior fellow di Wharton School Universitas Pennsylvania. Dan berdasarkan penilaian real-time ini, penghasilan tinggi merasa hebat.
ADVERTISEMENT
Studi lain dari Swedia tentang pemenang lotre menemukan bahwa bahkan setelah bertahun-tahun, orang yang memenangkan lotre memiliki kepuasan hidup yang lebih besar, kesehatan mental yang lebih baik, dan lebih siap menghadapi kemalangan seperti perceraian, penyakit, dan kesepian daripada orang biasa yang tidak memenangkan lotre. Seolah-olah memiliki tumpukan uang membuat hal-hal itu lebih mudah untuk diatasi bagi para pemenang.
Jadi, apakah artinya uang dapat membeli kebahagiaan? Jawabannya bisa jadi iya dan bisa jadi tidak. Iya, uang dapat meningkatkan kesejahteraan kita secara umum dengan memberi kita akses ke hal-hal yang membuat kita bahagia.
Tidak ada salahnya untuk mengejar uang sebagai salah satu tujuan hidup kita, selama kita melakukannya dengan cara yang sehat dan etis. Namun, uang juga bukanlah segalanya. Uang tidak dapat menghapus penderitaan yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang, seperti cinta, kesehatan, dan makna hidup. Uang juga tidak dapat menjamin kebahagiaan.
ADVERTISEMENT