Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kenapa Saya Harus Menulis?
21 Agustus 2021 10:17 WIB
Tulisan dari Joko Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menulis merupakan wujud nyata seseorang dalam merepresentasikan suatu pemikiran, ide, dan perasaan ke dalam sebuah struktur yang mudah dipahami dan bisa dimengerti orang lain. Setiap orang memiliki ide unik dan keresahan masing-masing dalam hidupnya, namun tak semuanya menuliskan dalam sebuah cerita.
ADVERTISEMENT
Penting kita ketahui bersama bahwasanya menulis adalah kegiatan yang kerap kali disepelekan. Hal ini bahkan sudah terjadi sejak kita berada di bangku sekolah hingga perguruan tinggi. Banyak dari teman-teman saya yang tidak mencatat saat guru ataupun dosen menjelaskan materi, termasuk saya sendiri. Begitu mendekati ujian, kebanyakan dari kami meminjam catatan salah satu teman yang rajin mencatat untuk di fotocopy dan dipelajari.
Sebuah contoh kecil di atas seakan ingin memberikan pesan kepada kita pentingnya menulis, baik untuk diri kita sendiri ataupun untuk orang lain. Bahkan saya pun baru menyadari pentingnya menulis sejak saya lulus kuliah pada tahun 2020 lalu. Tepatnya bukan menyadari, melainkan ada seseorang yang menyadarkan saya.
Awalnya, bagi saya membaca dan menulis merupakan sesuatu hal yang membosankan. Hingga suatu hari saya dipaksa oleh keadaan harus mampu menulis dengan baik pada tugas akhir kuliah saya. Saya butuh waktu kurang lebih dua bulan hanya untuk memperbaiki struktur tulisan saya kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga tiap paragraf. Namun dari hal ini saya belajar bahwa keterpaksaan bukanlah sesuatu hal yang mengerikan. Justru berawal dari keterpaksaan saya jatuh cinta terhadap dunia tulisan.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus kuliah, saya aktif menulis. Saya menjadi freelancer di salah satu media online di Jawa Timur. Kemudian saya juga sempat menjadi wartawan lapangan. Dimulai dari keterpaksaan, saya menemukan hal-hal kecil yang menurut saya merupakan kebahagiaan dan makna kehidupan. Yakni ketika saya liputan berita di lapangan, bertemu dengan rakyat yang sedang kesusahan, dan berusaha menyampaikan sebuah kebenaran adalah kegiatan yang penuh pengalaman dan proses pembelajaran. Sehingga ketika hasil liputan sudah tertuang dalam bentuk tulisan dan disebarluaskan, datanglah kebahagiaan dalam nilai kebermanfaatan.
Jangan pernah meremehkan apapun yang kita tulis, selagi itu baik dan bermanfaat maka kita akan merasakan kebahagiaan. Jangan pernah melihat hasil karena saat ini kita sedang menanam. Kapan kita menuai apa yang kita tanam? Entahlah jangan pernah kau harapkan karena Tuhan yang menetapkan.
ADVERTISEMENT
Tulisan membuat kita akan terus hidup, dimanapun dan kapanpun. Selain itu menulis juga dapat merepresentasikan perasaan-perasaan ataupun ide-ide yang ada di dalam diri kita. Tak hanya melampiaskan ide dan perasaan, menulis juga membuat kita secara tidak langsung menambah wawasan dan bacaan. Bahkan dalam ajaran agama Islam perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad dalam wahyu-Nya adalah iqra (bacalah). Betapa tidak mengherankan Nabi Muhammad yang tidak pandai baca tulis diperintahkan untuk membaca. Namun keheranan itu sirna begitu kita sadar pentingnya membaca untuk mengarungi kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Maman Suherman atau yang biasa kita kenal Kang Maman (Notulen ILC) telah diajarkan membaca oleh ayahnya sedari ia kecil. Ayah Kang Maman berpesan kepadanya, “kalau kamu iqra kamu gaakan lapar”. Setiap hari ayahnya selalu membacakan koran kepadanya, hingga akhirnya di usia 3 tahun ia sudah bisa membaca.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya dengan mengisi (membaca) maka kita akan bisa berbagi (menulis). Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer).