Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gondang Winangoen, Sejarah Gula di Tanah Jawa
4 Maret 2017 9:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Joko Parwata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kita perhatikan banyak daerah, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, selalu terdapat pabrik gula. Sebagian besarnya merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda. Tetapi Pabrik Gula di Klaten, Jawa Tengah cukup unik karena juga memiliki Museum Gula.
ADVERTISEMENT
Beragam koleksinya dapat membuat kita kagum dan bangga. Museum Gula Jawa Tengah terletak di lingkungan kompleks Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, terletak di wilayah Desa Gondang Baru, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Letak Museum PG Gondang Baru sangat strategis karena berada persis tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kota Solo.
Pendirian Museum Gula Jawa Tengah dilandasi oleh pertimbangan perlunya menggali sejarah perkembangan industri gula sebagai data untuk pengembangan masa depan.
Gagasan pertama dimunculkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang kala itu dijabat oleh Bapak Soepardjo Roestam dengan dukungan penuh dari Ir. Waryatno selaku Direktur Utama PTP. XV – XVI (persero).
ADVERTISEMENT
Peresmian berdirinya museum dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1986, bertepatan dengan diadakannya Kongres Internasional Soceity of Sugar Cane Technologist (ISSCT) di Pasuruan Jawa Timur yang dihadiri para ahli, praktisi dan pemerhati gula seluruh dunia.
Museum Gula Jawa Tengan menempati sebuah bangunan lama, yaitu bangunan bekas tempat tinggal yang bergaya arsitektur klasik Eropa.
Bangunan museum didirikan di atas areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavatory, dan musholla, serta dilengkapi dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi.
Selain itu terdapat juga area bermain anak-anak dan taman di lingkungan sekitar bangunan museum. Status penyelenggaraan museum dilaksanakan oleh PTP. XV – XVI (Persero) yang berkedudukan di Solo dan dikelola oleh Pabrik Gula Gondang Baru Klaten.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari jenis koleksinya, museum Gula Jawa Tengah termasuk jenis museum khusus dengan bercirikan teknologi. Koleksi-koleksinya terdiri dari peralatan tradisional penanaman bibit tebu, peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu dan alat-alat, mekanisme atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto bersejarah sebagai penunjang.
Foto-foto penunjang, antara lain: foto pabrik gula lama, foto upacara giling pertama, tiruan visualisasi ruang administrasi lama dan lain-lain.
Pada mulanya, bangunan utama tersebut merupakan rumah hunian bagi pejabat pabrik gula. Kemudian sejak tahun 80-an resmi menjadi museum.
Pagi-pagi museum ini sudah dibuka untuk umum, walau belum terlihat petugas berjaga, kami sudah berada di sana. Hingga seorang pria dewasa yang masih tampak muda, datang menyapa. Kami pun berbincang mengenai apa saja yang ada di dalam bangunan dan pekarangan Museum Gula.
ADVERTISEMENT
Setelah membubuhkan nama, alamat, tanda tangan serta membayar tanda masuk seharga lima ribu rupiah kita akan dipandu petugas berkeliling museum.
Di dalam ruang pendaftaran saja, ada berbagai koleksi yang dapat kita simak, mulai dari maket pabrik gula (secara umum), beberapa toples berisi beberapa produk pabrik gula sampai limbahnya (seperti gula pasir, tetes tebu, ampas tebu, dsb), hingga koleksi macam-macam tanda mata dari pengunjung.
Di ruang berikutnya, kita dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan gula.
Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah hama pengganggu tanaman juga dipajang. Selain itu ada juga miniatur mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manual-modern) dan alat laboratorium.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi di ruang berikutnya, beberapa koleksi di ruang ini mungkin dapat membangkitkan kenangan masa kecil. Sebab di sana dipamerkan berbagai jenis perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya terlihat antik.
Beberapa di antaranya sangat bersejarah dan dibuat tahun 1900-an. Di ruang sebelahnya, dipajang meja kerja berikut beberapa peralatan kerja, foto-foto kepala pabrik gula, dari pejabat pertama hingga terkini.
Di sana juga ada sepasang topi dan tongkat yang digunakan Pak Sinder (istilah/jabatan untuk supervisor perkebunan). Topi dan tongkat ini mungkin mengingatkan kita pada kakek, atau orang tua teman yang kebetulan memiliki jabatan serupa.
Saat ini, aksesoris kostum tersebut kerap dipakai dalam film/sinetron ber-setting zaman kolonial.
ADVERTISEMENT
Beberapa koleksi dipajang di luar bangunan. Dekat dengan pintu masuk, ada alat pembuat gula dengan sistem manual. Menurut petugas museum, gula yang dihasilkan dari alat tradisional tersebut secara fisik mirip gula merah (gula Jawa), namun bahannya dari tebu.
Tak kalah menariknya, adalah koleksi yang ada di sebelah kiri bangunan museum.
Di sini kita juga bisa menemui Simbah (lokomotif kuno) yang menurut MURI dibuat oleh Backer dan Rubb Prada Nederland tahun 1889. Namun sayangnya, di loko tersebut tak ada catatan tahun pembuatannya.
Museum Gula masih punya koleksi lain yang tak kalah menarik. Ada loko buatan Jerman produksi tahun 1901, pedati (semacam gerobak yang digerakkan dengan sapi/kerbau), yang digunakan sebagai pengangkut tebu dari ladang ke pabrik, dan alat transportasi untuk inspeksi di perkebunan.
ADVERTISEMENT
Saksi Kejayaan Penghasil Gula Tebu
Sekitar lebih dari tiga setengah abad bangsa Indonesia dijajah kolonial Belanda. Sekitar itu pula beragam kekayaan bumi khatulistiwa ini dieksploitasi. Salah satunya tebu yang dapat diolah menjadi gula (di samping produk lain seperti vetsin, minuman dll).
Tak heran, pada pertengahan abad XIX, di Indonesia (sebagai salah satu wilayah Hindia Belanda) hanyak didirikan industri gula. Tidak tanggung-tanggung, Belanda menerapkan teknologi paling canggih yang dimilikinya, hingga Indonesia menjadi produsen gula terbesar di dunia kala itu.
Bukti banyaknya pabrik gula di Indonesia ada di berbagai kota, bahkan masih beroperasi hingga saat ini. Beberapa di antaranya Pabrik Gula (PG) Madu Kismo (Yogyakarta), PG Tasik Madu (Karanganyar, Jawa Tengah), PG Pangka (Tegal, Jawa Tengah), dan tentu saja Pabrik Gula Gondang Baru yang ada di Jl. Raya Yogya-Solo Km. 25, Dusun Gondawinangun, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini.
ADVERTISEMENT
Yang disebut terakhir sudah ada sejak tahun 1860. Ini merupakan salah satu destinasi yang sangat menarik untuk di kunjungi…!!!