Konten dari Pengguna

Di Balik Pesona Kosmetik: Kekejaman Terhadap Hewan yang Tersembunyi

Jona Kaysa Putri
English Department student, Universitas Andalas
28 September 2024 18:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jona Kaysa Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengujian hewan dalam kosmetik telah menjadi isu yang banyak mendapat perhatian publik. Pengujian hewan atau yang biasa dikenal dengan sebutan animal testing adalah proses melakukan eksperimen ilmiah pada hewan untuk mengetahui potensi efek yang ditimbulkan bahan kimia ketika digunakan oleh manusia. Pengujian tersebut dilakukan dengan mengoleskan atau menghirup suatu bahan kimia tertentu secara paksa kepada hewan untuk melihat reaksi yang ditimbulkan. Berdasarkan Humane Society International (HSI) lebih dari 500.000 hewan seperti tikus, kelinci, marmut, hamster dan mencit dibunuh untuk alasan pengujian kosmetik setiap tahunnya. Data dari Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA) memaparkan 5 negara dengan penggunaan hewan untuk bahan percobaan terbanyak di dunia pada tahun 2020 yaitu Amerika Serikat, Cina, Jepang, Uni Eropa, Australia, Kanada, United Kingdom (UK) dan Selandia baru. Amerika Serikat menduduki posisi pertama dengan jumlah mencapai 20 juta hewan untuk bahan percobaan. Diikuti oleh Cina pada posisi kedua dengan jumlah 16 juta hewan dan Jepang pada posisi ketiga dengan jumlah 11 juta hewan.
ADVERTISEMENT
Menurut kelomppok advokasi The Humane Society sekitar 40 negara telah melarang pengujian hewan untuk kosmetik. Namun, pengujian hewan untuk kosmetik masih diwajibkan di beberapa negara khususnya Tiongkok. Negara lainnya yang masih melakukan pengujian hewan adalah Amerika Serikat. Larangan legislatif terhadap pengujian hewan dalam kosmetik di negara tersebut masih terpecah. Saat ini, ada 12 negara bagian yang secara independen telah memberlakukan undang-undang untuk melarang penjualan kosmetik yang diuji pada hewan. Namun, komunitas hak-hak hewan terus menekan pemerintah untuk memberlakukan larangan federal agar pengujian hewan di seluruh Amerika Serikat dapat dihapuskan.
Beberapa merek kosmetik masih menerapkan pengujian terhadap hewan demi keamanan konsumen namun apakah hal ini benar-benar efektif? Faktanya hewan memiliki biologi yang sangat berbeda dengan manusia. Sebuah penelitian terkini oleh Cruelty Free International menemukan bahwa dari 93 efek samping obat berbahaya, hanya 19% yang dapat diprediksi melalui uji coba pada hewan. Selain itu proses ini juga memakan lebih banyak dana, tenaga dan waktu. Pengujian terhadap hewan biasanya membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mencapai hasil yang diinginkan namun seringkali kegagalan terjadi selama proses ini sehingga banyak obat yang dibuang karena gagal dalam pengujian hewan sedangkan harga 1 obat tersebut tidak murah.
ADVERTISEMENT
Saat ini para ilmuwan hebat di dunia tengah mengembangkan alternatif yang lebih efektif untuk mengganti pengujian terhadap hewan. Berikut ini contoh beberapa alternatif non hewan yang sudah terbukti manfaatnya:
Para peneliti telah menciptakan "organ-on-chip" yang dapat menggantikan hewan dalam penelitian penyakit dan telah terbukti dapat mereplikasi fisiologi manusia. Chip ini berisi sel-sel manusia yang tumbuh dalam sistem canggih untuk meniru sistem organ dan struktur organ manusia.
Para peneliti telah mengembangkan komputer-komputer canggih yang dapat mensimulasikan biologi manusia dan meneliti penyakit yang sedang banyak berkembang di dunia secara akurat sehingga metode ini dapat menggantikan penggunaan hewan sebagai alat pengujian.
Metode ini dikenal dengan sebutan "microdosing" yang dapat memberikan informasi penting terkait keamanan obat yang diberikan kepada manusia sebelum uji coba skala besar pada manusia. Hal ini dilakukan dengan memberikan relawan dosis obat yang sangat kecil saja sambil memantau bagaimana obat tersebut bekerja di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Simulator pasien manusia adalah alat yang terkomputerisasi yang sangat mirip layaknya manusia asli yang bernafas, kejang, berdarah, berbicara dan bahkan mati. Alat ini lebih efektif karena memberikan reaksi biologis yang lebih akurat terhadap bahan kimia dari pada penggunaan hewan.
Kesimpulannya, meskipun masih banyak merek kosmetik yang menggunakan metode pengujian pada hewan hingga saat ini, alternatif-alternatif lainnya untuk metode ini juga terus berkembang dan sudah banyak negara yang melarang pengujian terhadap hewan. Hal ini memberikan kita harapan terciptanya masa depan yang lebih baik untuk makhluk hidup dan mengakhiri eksperimen dan kekejaman terhadap hewan. Sementara itu, program sertifikasi seperti Leaping Bunny dapat membantu konsumen untuk memilih dan memastikan bahwa uang mereka tidak mendukung pengujian pada hewan.
ADVERTISEMENT