Jaksa Agung AS: Lembaga Intel Era Obama Mengintai Kampanye Trump

AmerEurope
Menyajikan berita-berita Amerika yang tidak sampai ... atau sengaja tidak disampaikan ... ke telinga Anda
Konten dari Pengguna
11 April 2019 9:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari AmerEurope tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jaksa Agung AS, William Barr
zoom-in-whitePerbesar
Jaksa Agung AS, William Barr
ADVERTISEMENT
Dalam hearing di Senat AS Rabu ini, Jaksa Agung AS William Barr memastikan bahwa Lembaga Intel Federal era Obama telah memata-matai tim kampanye Trump 2016.
ADVERTISEMENT
Barr menyatakan bahwa telah menjadi kewajibannya untuk memastikan bahwa pemerintah tidak menyalahgunakan kekuasaan pengintaian untuk kepentingan politik.
Barr berkata, “Saya pikir tindakan memata-matai telah terjadi. Pertanyaannya adalah apakah tindakan tersebut mempunyai landasan yang kuat. Saya tidak mengatakan landasannya tidak ada, tapi saya perlu memeriksanya. Saya berpendapat itulah kewajiban saya. Selama ini, Kongres juga selalu memperingatkan agar lembaga intel dan penegakan hukum tetap di jalur yang benar.”
Aktifitas memata-matai tersebut akhirnya berkembang menjadi investigasi dugaan kolusi Trump dan Rusia selama pilpres 2016. Investigasi tersebut dipimpin oleh Robert Mueller.
Namun, dalam dua tahun terakhir, terkuak berbagai rekayasa yang dilakukan petinggi-petinggi Obama di Department of Justice and FBI untuk menyokong Hillary Clinton dan menghadang Trump selama dan setelah pilpres 2016. Dokumen-dokumen yang menunjukkan sikap bias dan tindakan rekayasa tersebut telah diterima Kongres AS. Kongres belum mendapatkan persetujuan Presiden Trump untuk membuka dokumen-dokumen tersebut ke publik.
ADVERTISEMENT
Beberapa minggu lalu, Mueller telah menyelesaikan investigasinya dan melaporkannya ke Jaksa Agung. Jaksa Agung kemudian membuat ringkasan yang dikirim ke Kongres dan dibuka ke publik. Ringkasan tersebut menyatakan tidak ditemukan kolusi antara tim kampanye Trump dan Rusia. Jaksa Agung akan mengirim laporan lengkapnya ke Kongres dalam waktu seminggu.
Dalam hearing di Senat tersebut, seorang Senator menanyakan kepada Barr mengapa Tim Kampanye Trump tidak diberitahu dari awal oleh pihak otoritas federal akan investigasi dugaan campur tangan Rusia dalam pilpres AS. Barr menjawab, “ Saya tidak mengerti mengapa pihak Kampanye Trump tidak diberitahu padahal terdapat mantan jaksa penuntut Federal di Tim Kampanye Trump seperti Chris Christie dan Rudy Guiliani.”
Lebih lanjut, Barr menyatakan bahwa penyalahgunaan kekuasaan untuk memata-matai bukan merupakan masalah akut FBI. Kemungkinan permasalahannya terletak pada kegagalan sekelompok pimpinan lembaga tersebut.
ADVERTISEMENT
Kita tahu sebelumnya bahwa Direktur FBI era Obama, James Comey, akhirnya dipecat Trump dua tahun lalu. Comey inilah yang diduga merupakan salah satu petinggi Federal yang ikut merekayasa berbagai hal menyangkut pemenangan Hillary Clinton dan penjegalan Trump selama pilpres 2016.
Mengenai hiruk-pikuk pengintaian Trump dan investigasi Rusia yang mulai terkuak, Trump menuduh adanya upaya kudeta terhadapnya. Beliau juga menyatakan dukungannya terhadap Barr yang akan menginvestigasi kasus tersebut.
Sebelum pernyataan Barr di hearing Senat tersebut, seorang anggota Kongres dari Republikan California, Devin Nunes, telah mengajukan pengaduan kriminal terhadap delapan mantan petinggi Obama yang merekayasa investigasi Trump-Rusia ke Department of Justice.
Twitter @AmerEurope