Memahami Trump dan Perang Dagangnya dengan China

AmerEurope
Menyajikan berita-berita Amerika yang tidak sampai ... atau sengaja tidak disampaikan ... ke telinga Anda
Konten dari Pengguna
20 Mei 2019 13:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari AmerEurope tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Trump dan Presiden Xi
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Trump dan Presiden Xi
ADVERTISEMENT
Perang Dagang antara TRUMP dan CHINA menghangat! Banyak yang mengira Trump tiba-tiba muncul dan mengobrak-abrik tatanan yang ada tanpa sebab. Banyak yang berpikir bahwa Trump tidak mempunyai konsep dan asal menembak. Pandangan seperti ini bersifat dangkal. Trump muncul karena China bermasalah selama puluhan tahun. Apa masalahnya? Apa konsep Trump?
Kutipan dari Presiden Trump tentang China dan para pemimpinnya
ADVERTISEMENT
SEJARAH SINGKAT MASUKNYA CHINA KE PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Di bawah Trade Act (1974), Amerika Serikat (AS) mengategorikan China, Soviet dan negara-negara sosialis lain sebagai “Non-Market Economy”. Tahun 1980, hubungan AS dan China mencair. AS kemudian menghadiahi status perdagangan “Most Favored Nation (MFN)”’ kepada China. China mulai mendapatkan kemudahan dan keringanan tarif untuk ekspor ke AS.
Status MFN China harus di-review/diperbaharui setiap tahun. Tahun 1980-90, di Kongres AS selalu ada kelompok penentang MFN China. Mereka adalah kelompok nasionalis ekonomi, akitifis HAM dan anti-komunis. Suara kelompok-keompok ini selalu kalah setiap tahun.
Argumentasi mereka yang mendukung MFN China adalah dengan membuka pasar AS untuk impor dari China, diharapkan China akan perlahan menuju ke sistem ekonomi liberal, demokrasi multipartai dan penegakan HAM. Fakta: Setelah puluhan tahun, harapan ini TIDAK terjadi.
ADVERTISEMENT
Tahun 1998, Kongres AS mengubah nama “Most Favored Nation” menjadi “Normal Trade Relation”. Tahun 2000 Kongres menghadiahi China dengan status “Permanent Normal Trade Relation (PNTR)”. Status ini memperlancar China untuk bergabung dengan WTO pada 11 November 2001
Penandatanganan bergabungnya China ke WTO
MASALAH AS: DEFISIT PERDAGANGAN
Setelah bergabung dengan WTO, China semakin gencar dengan ekspornya. Amerika berharap bahwa investasi pengusaha AS ke China akan meningkat. Namun, faktanya adalah banyak hambatan non-tarif dan persyaratan transfer teknologi yang diberlakukan China bagi pengusaha AS yang ingin berinvestasi. Mereka dipersulit!
Pasar China tak sama dengan Barat. Meski jumlahnya banyak, warga China lebih banyak menabung untuk hari tua daripada berbelanja. Negara tidak menyediakan social security untuk hari tua. Di Barat, ada social security dan program bantuan lain sehingga warganya tidak perlu banyak menabung dan bisa berbelanja. Malah pemerintah AS menganjurkan warganya untuk belanja agar ekonomi bisa bergerak.
ADVERTISEMENT
Karena banyak faktor, defisit perdagangan AS – China melonjak. Pada tahun saat China bergabung dengan WTO (2001), defisitnya “hanya” USD 83 milyar. Tahun 2018, defisitnya mencapai USD 419 milyar (1). Jika penggelembungan defisit ini diteruskan, AS bisa kolaps. Salah satu tujuan negosiasi Trump dengan China adalah pengurangan defisit.
PERILAKU PERDAGANGAN CHINA
Setelah bergabung dengan WTO, bagaimana perilaku perdagangan China? Berikut beberapa contoh perilaku negatif China.
China didapatkan melakukan PENCURIAN INTELLECTUAL PROPERTY. Pada Mei 2013, Commission on the Theft of American Intellectual Property melaporkan bahwa China bertanggungjawab sampai 80% (setara dengan USD 240 milyar) dari kerugian ekonomi AS akibat pencurian IP (2).
Pada Mei 2014, US Justice Department memidana lima anggota militer China dalam kasus CYBER ESPIONAGE (hacking) terhadap perusahaan-perusahaan AS dan organisasi buruh untuk kepentingan bisnis.
Pernyataan dari US Department of Justice atas pemidanaan anggota militer China dengan tuduhan espionase
Pemerintah China juga main SUBSIDI. Tahun 2015, pemerintah China menyubsidi produksi beras, gandum, dan jagung melampaui ketentuan WTO sebanyak USD 100 milyar. Petani AS kalah bersaing sehingga merugi USD 700 juta/tahun. Presiden Obama mengajukan complaint ke WTO.
Complaint Pemerintahan Obama ke WTO atas praktik subsidi China
Pemerintah China juga melakukan DUMPING. Tahun 2016, China berkontribusi 46% terhadap overkapasitas baja dunia. Perusahaan-perusahaan baja China pada umumnya adalah milik negara. Antara Januari-Juni 2016, industri baja Amerika kehilangan 14.500 lapangan kerja karena kalah bersaing.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya baja, China juga melakukan DUMPING ALUMINIUM. Pemerintahan Obama kembali mengajukan complaint ke WTO. Complaint ini adalah yang ke-16 terhadap China selama 8 tahun Obama berkuasa.
Complaint Pemerintahan Obama ke WTO atas praktik dumping/subsidi China
Ditemukan pada tahun 2016, China menyembunyikan stok aluminiumnya, sebanyak 6% dari stok dunia atau setara dengan USD 2 milyar, di Meksiko dekat perbatasan AS. Pemerintah AS menuduh China berusaha memasukkan aluminium ke AS lewat Meksiko menggunakan fasilitas NAFTA. Kita mengetahui bahwa perjanjian NAFTA melingkupi AS, Meksiko dan Kanada saja (3).
Sejak tahun 2005, China MEMANIPULASI mata uangnya. Pergerakan mata uangnya tidak diserahkan ke mekanisme pasar. Saat mata uang negara-negara lain mengalami fluktuasi terhadapa Dolar AS, Renminbi relatif tidak berfluktuasi dan cenderung menurun. Pada saat yang sama, ekspor dari China ke AS meningkat (4).
Pergerakan mata uang negara-negara terhadap dolar AS
ADVERTISEMENT
STRATEGI TRUMP
Menghadapi China, Presiden Trump tidak mengikuti cara Obama yang suka complain ke WTO. Terlihat sekali bahwa China tidak terlalu merespon dengan pengaduan ke WTO. Trump secara langsung berhadapan dengan China dengan senjata TARIF.
Pernyataan Trump yang sering diungkapkan, “Jika Anda menaikkan tarif sambil dumping, maka saya akan menaikkan tarif juga. Jika Anda menurunkan tarif, maka saya juga akan menurunkan.”
Pernyataan Presiden Trump tentang praktik perdagangan yang "fair dan reciprocal"
Para pengamat menuduh Trump bermain PROTEKSIONISME yang anti-pasar bebas. Proteksionisme Trump berbeda dengan definisi Textbook. Trump menaikkan tarif untuk memaksa China menurunkan tarif dan bermain secara fair. Tujuannya adalah untuk menciptakan “a level playing field” bagi pekerja dan pengusaha AS saat bersaing dengan China.
Pernyataan dari Presiden Trump tentang "a level playing field" bagi pekerja Amerika
Trump tidak menyukai pendekatan multilateral. Ia cenderung bermain BILATERAL. Tiap negara dihadapi sendiri-sendiri sesuai dengan nature hubungan perdagangannya. Khusus untuk China, pemerintahan Trump menerbitkan dokumen yang menjelaskan masalah China dan langkah-langkah yang diambil. Silahkan baca! (5)
ADVERTISEMENT
Pengamat juga menuduh Trump menerapkan ISOLATIONISM karena semboyan “Buy American. Hire American”. Tuduhan tersebut tidak akurat! Slogan tersebut ditujukan untuk menurunkan angka pengangguran warga AS, menaikkan upah dan menegakkan hukum Imigrasi mengingat banyaknya imigran GELAP yang mengambil jatah lapangan kerja warga AS (6). Trump tetap berdagang dengan negara lain secara fair. Tidak ada isolasi!
Trump menerapkan ECONOMIC NATIONALISM dengan slogan “America First”. Paham tersebut sering dituding bersifat rasis, anti-imigran, xenophobic, white supremacist dll. Tuduhan tersebut juga tidak akurat!
Definisi economic nationalism diberikan oleh mantan chairman Tim Kampanye Trump, Steve Bannon sebagai berikut: “Economic nationalism DOESN’T care about your race, gender, religion or sexual orientation. The only thing it cares about is that you are a CITIZEN of the US” (7)
ADVERTISEMENT
KESIMPULAN
Terdapat manipulasi-manipulasi dalam praktik perdagangan China yang telah berlangsung puluhan tahun. Praktik-praktik tersebut berdampak negatif terhadap daya saing perusahaan dan pekerja Amerika.
Presiden Trump menerapkan strategi yang berbeda dengan presiden-presiden terdahulu. Pendekatannya bersifat frontal dengan senjata tarif untuk mendorong negosiasi.
Pendekatan nasionalistik yang dianut Trump tidak seharusnya dipandang negatif seperti yang banyak dituduhkan pengamat dan media. Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kompetisi perdagangan yang adil dalam kancah perdagangan internasional, khususnya dengan China.
Referensi: